KIPRAH ARTJOG SEBAGAI PAMERAN SENI INTERAKTIF TERHADAP MAHASISWA DESAIN

Sebagai manusia yang hidup dengan sekumpulan manusia yang lain yang memiliki kesukaan yang sama—seni dan desain, rasa-rasanya akan sangat mustahil untuk tidak merasa antusias dengan pagelaran pameran seni terbesar se-Indonesia. Pameran yang diberi nama Artjog ini, yang setiap tahunnya mengusung tema yang berbeda membuat sekumpulan mahasiswa desain asal Universitas Ciputra penasaran akan tema yang diusung di tahun 2023. Usut demi usut, argumen demi argumen, ratusan kilometer yang ditempuh berhasil mengantarkan kami ke depan gedung Jogja National Museum tempat di mana Artjog digelar. Pameran Artjog 2023, yang bertemakan “Motif: Lamaran” sudah berhasil membuat kami terkejut hanya dengan pintu masuknya saja. Siapa yang menyangka kalau dari pintu masuk yang berbentuk seperti bangunan khas Indonesia saja itu sudah termasuk instalasi seni?

Bodoh. Hanya satu kata itu saja yang menggambarkan kami selama di Artjog kemarin. Meskipun sudah banyak terpapar dengan segala jenis visual yang estetis setiap harinya di internet maupun di kehidupan nyata, nyatanya masih ada saja seni yang membuat kami merasa bodoh dengan hanya melihatnya. Hanya dengan auranya saja sudah bisa membuat kami terintimidasi dan penasaran dengan makna yang di baliknya. Karya-karya yang mungkin hanya dilihat orang awam sebagai ‘baju TNI biasa’, ‘kaki dilapisi dengan genteng’, ‘bangunan khas Indonesia’ sudah bisa membuat kami terheran-heran akibat 1000 makna yang terkandung di dalamnya. Kami sadar bahwa interpretasi merupakan senjata utama dalam orang bisa antusias dalam sebuah pameran—dan Artjog 2023 berhasil membuat kami memunculkan berbagai interpretasi di benak seorang calon desainer ini. Lantas apakah hanya sebatas itu saja? Apakah Artjog 2023 hanya membuat kami hanya penasaran dengan maknanya saja lalu ketika pergi kami akan melupakan itu semua?

Jawabannya tentu saja tidak. Kami ingin berterima kasih kepada seluruh seniman yang sudah menyumbangkan karyanya untuk diapresiasi di Artjog. Berkat Artjog, kami—yang walaupun notabenenya seorang ‘desainer’, bisa belajar hal-hal baru dari para seniman. Hal pertama yang kami pelajari adalah mengenai konsep dan topik yang dibahas. Jangan pernah takut untuk menyuarakan sesuatu—sekecil apapun masalah itu, apabila dikemas dengan baik akan sangat menyentuh orang yang melihatnya. Di Artjog kami melihat bahwa topik yang dibahas bukanlah hanya mengenai sesuatu yang sudah terlalu usang untuk dibahas, namun juga ada topik seperti penderitaan orang Papua Nugini yang dilengkapi dengan instalasi dalam satu ruang yang besar beserta suara teriakan yang menyayat hati, lalu ada topik

mengenai ketidaksempurnaan fisik, yang dikemas dengan apik dalam bentuk menyerupai gunungan Jawa dan memiliki arti yang bisa dikaitkan dengan kebiasaan kerajaan di masa kuno. Selain itu, ada pula topik yang berkaitan dengan ketidaksempurnaan tubuh wanita yang digambarkan dengan jelas dalam lukisan-lukisan. Walaupun kesannya terdengar erotis, namun percayalah ketika orang sudah menginjakkan kaki di tempat dimana karya itu diperlihatkan maka mereka akan langsung mengerti maksudnya. Kendati demikian, kami juga masih menemukan banyak karya yang kesannya abstrak apabila dibandingkan dengan karya yang kami buat selama berproses di Desain Komunikasi Visual. Kami sadar betul bahwa beberapa dari kami bukanlah penikmat karya yang demikian, namun dari situ kami memahami bahwa membuat karya itu bukan hanya soal bagus atau tidaknya saja, namun juga harus memperhatikan segmentasinya. Dengan mengetahui orang yang menjadi target dari karya yang dibuat, maka karya itu akan jauh lebih bisa diterima dan dijalankan dengan baik. Seperti halnya dengan Artjog—yang karya abstraknya ada pasarnya sendiri dan itu tidak mengurangi nilai seni yang dimiliki masing-masing karya tersebut.

Masih ada hal lain yang bisa dipelajari di Artjog. Karena Artjog bukanlah pameran yang hanya sekedar memajang suatu karya, kami jadi sadar bahwa membuat seni yang interaktif dan menggunakan media yang bervariatif itu diperlukan agar karya bisa terkesan lebih inovatif lagi. Sebagai manusia yang nantinya diharapkan akan bekerja di industri kreatif, tentunya inovasi akan sesuatu yang baru diperlukan agar dunia tidak hanya diisi dengan hal ‘itu-itu saja’ apalagi dengan kemajuan teknologi yang kian pesat setiap harinya.

Tentunya menjadi desainer yang baik tidak bisa digapai hanya dengan menyerap ilmu-ilmu tersebut saja dan tidak dipraktikkan ke dalam kehidupan industri kreatif. Oleh karena itu, kami sangat berharap hal-hal tersebut dapat kami terapkan dan bisa menghasilkan karya yang dapat menjadi pemecahan dari setiap masalah yang ada melalui visual yang bermakna. Dari Artjog untuk komunikasi visual yang lebih baik, dari seniman dan grafis untuk industri kreatif yang lebih bermakna.

Artikel lain