Advertising in the Pandemic Era

Pada tanggal 22 November 2021, Kelas Commercial Design mendatangkan Bapak Nugroho Nurarifin yang merupakan co-founder dan senior partner agensi PINC Jakarta. Pada sesi hari ini, beliau membahas berbagai kasus studi iklan dari berbagai perusahaan yang ditayangkan ketika masa pandemi Covid-19. Bapak Nugroho memaparkan pentingnya perusahaan untuk merespon situasi pandemi ini dengan baik melalui iklan agar bisnis dapat tetap berjalan. Ada beberapa studi kasus yang dipaparkan, antara lain:
1. Thai Airways
Industri penerbangan adalah salah satu industri yang terdampak cukup berat pada masa pandemi, oleh sebab itu Thai Airways melakukan pivot dengan jalan membuat program #stayhomeearnmiles yang menunjukkan bahwa Thai Airways terus bersama dengan penggunanya di masa pandemi sekalipun. Program ini diluncurkan melalui apps dan menjadi apps nomer 1 untuk apps bagian kesehatan. Apps ini termasuk media yang berfungsi sebagai iklan diluar media2 umum lainnya seperti billboard dan sebagainya, dimasa pandemi ini hendaknya perusahaan dapat melihat peluang media-media tidak umum agar dapat menunjang eksistensi perusahaan.

Selain apps untuk miles, Thai juga meluncurkan menu makanan yang dapat diorder online. Adapun 12 menu yang dibuat terinspirasi dari 5 destinasi ikonik, tujuannya agar pelanggan tetap dapat merasakan sensasi travelling dengan menikmati hidangan ini. Hasil yang didapat dari program baru ini adalah 4500 order makanan dalam 2 minggu, pemasukan sebesar USD 600.000 per bulan dan mampu menjaga 2,234 pekerjaan tetap ada. Iklan yang ditayangkan untuk program menu ini hanyalah secara digital karena budget yang terbatas namun terbukti efektif untuk menjangkau audience yang dituju.

2. TOP
Pada masa pandemi, tidak jarang perusahaan-perusahaan berusaha menunjukkan dukungan mereka kepada masyarakat dengan melakukan donasi alat kesehatan dan agensi periklanan menyampaikan iklan tersebut dengan ide general yang sering kita lihat di media TV, koran dan media sosial. TOP adalah perusahaan asal Thailand yang membawahi Red Bull dan berbagai produk lainnya. Mereka melakukan cara yang berbeda dalam beriklan untuk menunjukkan support mereka kepada masyarakat yaitu dengan meminta salah satu anggota periklanan dari agensi untuk menceritakan mengapa mereka membatalkan kampanye iklan di agensi tersebut yaitu agar uang yang digunakan untuk membayar agensi dapat dipakai untuk membeli alat kesehatan yang dibagikan ke berbagai rumah sakit.

Kesimpulan yang didapat dari studi kasus ini adalah bagaimana perusahaan-perusahaan dapat tetap beriklan dimasa pandemi dengan memilih media-media digital dan media lain yang tidak umum namun telah dimiliki (contoh bengkel Castrol) serta berkomunikasi dengan gaya yang segar dan solutif agar bisa mendapat atensi dari audience.

Shienny Megawati

Artikel lain