Beberapa kebijakan yang diambil oleh pemerintah untuk menekan persebaran virus ini adalah dengan memberikan himbauan bagi siswa untuk School from Home (SCH) dan Work from Home (WFH) bagi para pelajar dan pekerja. Semua aktivitas yang biasanya dilakukan di rumah dan di kantor, saat ini beralih menjadi di rumah saja guna menerapkan instruksi physical distancing.
Pada awal diadakan keputusan ini, mungkin sebagian orang akan merasa senang karena dapat menjaga keamanan diri dan keluarga. Namun seiring dengan berjalannya waktu dan tanggung jawab yang harus diselesaikan, hal ini dapat menimbulkan Work-Family Conflict (WFC) akibat dari tumpang tindih peran sebagai pekerja dan anggota keluarga yang saat ini harus dilakukan secara bersamaan.
Work-Family Conflict adalah salah satu bentuk dari interrole conflict yaitu tekanan atau ketidakseimbangan peran antara peran di dalam pekerjaan dengan peran di dalam keluarga (Greenhaus & Beutell, 1985), di mana hal ini dapat dilihat: sebagai seorang karyawan ia harus menyelesaikan pekerjaan dari rumah, sedangkan di waktu yang bersamaan sebagai seorang ibu (misalnya) ia harus membantu anak untuk belajar dari rumah. Belum lagi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan juga menjadi distraktor bagi karyawan tersebut.
Maka dari itu, perlu adanya upaya penyelerasan yang dilakukan agar keseimbangan tetap terjaga. Berikut beberapa hal yang dapat dijadikan acuan untuk mengatasi WFC yang disebabkan oleh WFH dan SFH.