Universitas Ciputra Buka Pusat Kajian Warisan Budaya Kreatif_Keris Sikep Bersanding Batik Kontemporer. Surya. 16 Oktober 2018. Hal.9,12

Untuk mengenalkan budaya bangsa indonesia pada mahasiswa sekaligus sebagai wadah riset, Universitas Ciputra meresmikan Center for Creative Heritage Studies (CCHS) di Perpustakaan Universitas Ciputra, Senin (15/10).

PERESMIAN CCHS tidak hanya ditandai dengan memasmerkan koleksi dari zaman Majapahit, tetapi juga mewadahi karya mahasiswa yang merupakan adaptasi budaya Majapahit. Michael N Kurniawan, pengelola CCHS mengungkapkan, lembaga itu berfungsi sebagai pusat penelitian, pelestarian, dan penciptaan warisan budaya.

Selain itu, juga sebagai pusat pembinaan, pendampingan, pengembangan pelaku budaya, serta pusat diseminasi budaya dan produk ekonomi kreatif berbasis budaya. “Jika ada mahasiswa desain terinspirasi dan membuat produknya maka bisa di pamerkan juga,” urainya.

Yohannes Somawiharja, Rektor Universitas Ciputra mengungkapkan CCHS digagas sebagai sebuah lembaga riset lintas disiplin ilmu. Lembaga itu di bawah naungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Ciputra yang bekerja sama dengan institusi-institusi kebudayaan nasional dan internasional.

“Kalau tidak diberi perhatian khusus, budaya Indonesia ini akan semakin terkikis dengan budaya global,” ujarnya.

Dengan lembaga ini diharapkan bisa mewadai pertemuan generasi untuk memahami budaya. Jadi, penempatan berbagai produk budaya ini bisa menarik perhatian anak muda juga.

“Itu seperti koleksi keris dari Museum Gubuk Wayang ini memiliki makna simbolis yang bagus, kami pamerkan agar anak muda ini memahami estetika dan nilai simbolisnya,” ungkapnya.

Selain penelitian dan pengabdian masyarakat, CCHS juga memamerkan koleksi dari Museum. Gubug Wayang, Mojokerto. Untuk tiga bulan pertama, sejumlah koleksi keris dipamerkan berdasarkan latar belakang terciptanya keris. Salah satunya adalah keris Rojo Molo yang digunakan untuk menjaga rumah tangga hingga keris Sikep yang biasanya dihadirkan pada anak khitanan.

Saat ini yang dipamerkan keris. Yang dipamerkan adalah koleksi utama dalam 12 lemari dan berisi 14 keris dan dua tombak.

“Koleksi ini akan terus berganti tiap periode selama tiga bulan. Bisa ganti wayang atau terakota. Kami juga akan didigitalkan dan dokumentasikan koleksi budaya ini,” ujar Michael.

Pameran itu menekankan sejarah pembuatan dan penggunaan keris. Jadi agar mudah dipahami orang awam melalui ceritanya, bukan namanya bukan usianya.

Porsi untuk mahasiswa diawali dalam pembukaan CCHS yang memamerkan desain batik kontemporer buatan mahasiswa. Ditampilkan dalam bentuk fashion show, pameran busana itu menampilkan sejumlah batik yang mulai langka yang di desain dalam busana modern. Seain itu, jika ada program lain yang dicetuskan mahaasiswa atau dosen bisa dikembangkan lagi untuk bekerja sama dengan Bekraf.

“Seandainya dari pameran keris ini ada yang terinspirasi membuat animasi, bisa kami bantu untuk bisa mendapat kerja sama dengan Bekraf,” urainya.

Pusat kajian itu dapat dimanfaatkan masyarakat untuk penelitian, penciptaan warisan budaya baru, pelatihan dan pendampingan pelaku budaya, penerbitan artikel dan buku, pameran, seminar, dan festival budaya. (ovi)

Sumber : Surya.16-Oktober-2018.Hal.9,12

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *