Pos

Fahni Ahmad Fatoni Memurnikan Ayam “Raja Galuh Ciung Wanara”

Memurnikan Ayam Raja Galuh Ciung Wanara. Kompas. 3 Desember 2015.Hal.16

Ketika banyak pihak menyilangkan berbagai jenis ayam untuk menemukan produktivitas (daging dan telur) yang tinggi, Fahni Ahmad Fatony (32) malah memurnikan ayam sentul. Peternak ayam asal kampung Karang, Desa Ciamis , Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ini dianggap aneh karena saat ayam goreng sudah tersaji di piring biasanya orang jarang menanyakan asal-usul ayam.

Oleh Dedi Muhtadi

Lulusan Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran 2007 ini bergeming saat teman-temannya mempertanyakan langkahnya. Sebaliknya , Fahni berkeyakinan, dengan meningkatnya populasi dan penampilan ayam asli yang khas, manfaat ekonomi akan mengikuti. “saya disebut belagu, tetapi saya tak peduli karena ingin menjaga keaslian turunan ayam sentul.” Ujarnya di Ciamis, Jumat (27/11).

Ayam Sentul merupakan turunan ayam hutan asal Ciamis yang telah didomestifikasi. Ciri khasnya, dominasi bulu abu-abu dengan postur mirip ayam petarung atau ayam adu. Dulu ayam adu ini disebut si Jelug. Namun, karena ayam ini sering bertengger di pohon sentul, sejenis pohon kecapi, lama-kelamaan disebut ayam sentul.

Menurut hikayat rakyat Ciamis, ayam lokal asli Tatar Galuh (Ciamis), ini disebut ayam Ciung Wanara karena terkait dengan Satria Ciung Wanara, salah satu Raja Kerajaan Galuh sekitar abad ke-8. Saat masih bayi, ia dibuang ke Sungai Citanduy oleh Paman Lengser untuk mengelabui upaya pembunuhan oleh Patih Bondan Sarati. Saat itu Bondan dititipi Kerajaan Galuh oleh Raja Permadikusumah, ayah yang meninggalkan kerajaan untuk bertapa.

Dalam perahunya, bayi itu dibekali dua telur yang kemudian ditemukan pasangan kakek nenek Balangantrang. Singkat cerita, telur tersebut menetas dan berkembang biak menjadi ayam adu dengan ciri khas warna abu-abu. Konon, karena ayam ini mengalahkan ayam raja Bondan, kerajaan Galuh pun bisa direbutnya kembali.

Usaha pemuliaan yang dilakukan Fani dimulai 2005 bersama kakaknya almarhum Edi Diana, yang meninggal awal 2015. Untuk mencari bibit ayam asli, diperoleh dari kelompok peternak ayam di Banjasari, Kabupaten Pangandaran , yang sudah bangkrut.

“Peternakannya kami beli karena tidak berkembang. Ayam-ayamnya ternyata sudah tidak terurus dan berkandang di kebun,” kenangnya.

Perindukan dan pembesaran

Malam-malam Fahni menangkap ayam satu per satu, lalu dikandangkan untuk dimurnikan. Dari hasil pemuliaan tersebut, ayam jantan ternyata ada lima warna, yaitu sentul geni, sentul batu,kelabu, emas,dan sentul debu. Di betina kebanyakan dua warna, yakni abu batu dan warna debu. Bersama almarhum kakaknya, ia membentuk Gabungan Kelompok Ternak (Gapoknak) Sentul Ciung Wanara.

Gapoknak ini sekaligus membagi peran dalam kelompok ternak lainnya, yakni bidang perindukan dan pembesaran. Fahni bersama kakaknya bergabung dalam Kelompok Ternak Unggas Barokah yang mengembangkan kedua pola pemurnian ayam sentul.

Lewat usaha yang jatuh bangun, 10 tahun kemudian keyakinannya di awal mulai membuahkan hasil. Ayam sentul pedaging banyak diminati konsumen di Bandung, Bogor, dan Jakarta. Dari ribuan permintaan, baru sekitar 1.500 ayam sentul yang bisa dikirim ke tiga kota besar itu setiap hari.

“Itu yang memicu tingginya harga ayam sentul Rp.30.000-Rp.35.000 per kg. Padahal harga ayam ras pedaging Rp.18.000-Rp.20.000 per kg,” tutur Fahni

Keunggulan ayam sentul, pertumbuhannya relatif cepat ketimbang ayam kampung biasa. Sentul jantan selama tiga bulan bisa mencapai 1 kg, sedangkan ayam betina rata-rata 0,8 kilogram. Kalau ayam kampung biasa pada usia empat bulan baru mencapai 0,8 kilogram.

Menurut data di Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), ayam sentul merupakan satu dari 28 jenis ayam lokal asli Indonesia.

“Dari berbagai jenis ayam asli itu, hanya ayam sentul yang layak dijadikan sebagai galur murni (pure line) untuk pengembangan selanjutnya ayam produksi,” tutur Ketua Umum Himpuli Ade M Zaulkarnain.

Namun, seiring berjalannya waktu, ayam sentul tidak berkembang biak dengan baik. Bahkan, 10 tahun lalu, populasi di daerah asalnya hanya sekitar 3000 ayam. “kelompok ternak Barokah dan dilanjutkan Gapoknak Ciung Wanara dikenal gigih melestarikan ayam sentul,” tutur Ade.

Untuk melindungi jenis ayam ini, pada 2013 Menteri Pertanian melakukan penetapan rumpun ayam sentul sebagai ayam lokal asli asal Ciamis. SK Menteri Pertanian No 689/2013 menetapkan lima jenis sentul, yakni geni, batu, kelabu, emas, dan sentul debu.

Pelestarian

Kalau dulu ayam sentul digunakan sebagai ayam adu, sekarang jenis ayam ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai ayam pedaging. Selain pertumbuhannya lebih cepat, penampilannya juga sangat disukai pedagang dan konsumen. Namun peternak dan pedagang tetap menyebut ayam sentul sebagai ayam kampung karena keterbatasan pengetahuan genetik.

Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Kementerian Pertanian sejak 2009 melakukan seleksi dan pemurniadn yang selanjutnya dikenal dengan ayam sensi (sentul seleksi). Hasilnya kemudian dikembangkan di Bogor dan Sukabumi setelah dilakukan MOU antara Balitnak dan Himpuli pada 19 April 2012 untuk pelestarian dan pengembangan, diseminasi hasil penelitian, penerapan teknologi , pengawalan dan pendampingan, serta pemanfaatan fasilitas bersama.

Dari kerja sama itulah selanjutnya berkembang usaha pembibitan ayam sentul dalam skala besar. Hasil daily old chicken (DOC)-nya diminati para peternak ayam lokal di seluruh Indonesia. Sarana pembibitannya cukup modern, seperti menggunakan mesin tetas digital asal Belanda dan jumlah indukan yang mencapai 20.000 ayam di satu lokasi.

Produksi 80.000-120.000 DOC setiap bulan diserap oleh peternak di sejumlah provinsi di Tanah Air , seperti kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua.

Sebelum adanya usaha pembibitan ayam sentul skala besar di Bogor dan Sukabumi, telah berkembang lebih dulu pembibitan ayam kampung di Cipanas, Cianjur. Pembibit ini pada 2002-2012 boleh dikatakan sebagai polopor pengembangbiakan ayam kampung terbesar di Indonesia dengan produksi sekitar 60.000 DOC setiap bulan.

Ada juga Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jawa Barat yang menangani pembibitan ayam lokal, yaitu Balai Pembibitan Ternak Unggas (BPTU) di Jatiwangi, Majalengka. Namun, hingga kini produksinya belum signifikan. Himpuli berharap pemurnian ayam sentul ini nantinya mampu memproduksi grand parent stock (GPS) ayam lokal asli.

 

Kompas, Kamis, 03 Desember 2015