Teges Prita Soraya Sebuah Pernyataan Cinta
Teges Prita Soraya
Setelah lama menekuni dunia public relation, kini ia menata banyak bandara di Jakarta
Sewaktu kecil ia tidak punya cita-cita. Tidak seperti anak-anak pada umumnya, ia tidak ingin menjadi presiden, perawat ataupun dokter.
“Saya baru punya cita-cita waktu SMA dan saya ingin bekerja di bidang public relation,” ujar Teges Prita Soraya, Chief Executive Officer Angkasa Pura Retail.
Pemicu cita-cita itu adalah pertemuannya dengan ibu seorang teman yang bekerja sebagai public relation atau kelak popular disebut PR, di sebuah hotel. Pekerjaan tersebut dianggapnya mengasyikkan.
Selepas SMA, Teges pun mencantumkan Jurusan Komunikasi Massa sebagai pilihan pertama dalam ujian masuk perguruan tinggi demi mewujudkan cita-citanya. Namun, ia tidak lulus. Ia malah diterima untuk pilihan keduanya, di Jurusan Sastra Cina, Fakultas Sastra Universitas Indonesia.
Tidak banyak orang beruntung diterima di perguruan tinggi terkemuka. Persaingan sangat tinggi. Andaikata ia menolak, ibunya pasti marah. Alasan “takut ibu marah” mendorong Teges menjalani kuliah di kampus UI, meski hati dan pikirannya tetap tertuju ke dunia PR.
Jalan tengah pun diambil. Ia minta dibolehkan ikut kelas malam Public Relation di London School, Jakarta. Namun, ia akhirnya tiba pada suatu titik yang membuatnya tidak mampu berkompromi lagi. Teges memutuskan untuk meninggalkan Jurusan Sastra Cina agar lebih berkonsentrasi di kelas tersebut. Tidak hanya sibuk belajar, ia mulai mempraktikkan ilmunya dengan magang menjadi PR atau penerima tamu acara konferesnsi pers.
“PR-ing is just the beginning of my career,” katanya, seraya menyeruput secangkir kopi di pagi itu.
Setelah menyelesaikan kuliah, Teges bekerja sebagai PR Hard Rock Café. Ketika itu kafe belum semarak sekarang, belum menjadi bagian dari gaya hidup urban. Ia bangga, karena Hard Rock Café sangat tenar. Pengalaman bekerja di kafe ternyata memberinya kesempatan berharga untuk mengenal lebih dekat dengan dunia food and beverage yang menjadi babak baru dalam kariernya. Kelak Teges membuka restoran.
Apa ukuran sukses seorang PR? “Anda bisa mrnjual sesuatu tanpa orang sadar bahwa sebenarnya anda menjual sesuatu. And that’s the beauty of PR buat saya,” jawabnya.
Dari ruang lingkup korporat dan bisnis pribadi, ia melangkah ke Badan Usaha Milik Negara atau BUMN. Namun, sebagian orang yang menganggap perusahaan negara bersenyawa dengan dunia yang kaku, tidak seirama dengan gerak Teges yang lincah dan kepribadiaanya yang ceria. Ia tidak menampik, tetapi menjelaskan bahwa pekerjaanya sekarang merupakan gabungan dari semua ilmu serta pengalamannya terdahulu. Bagi yang mendengar, itu berarti ia mampu menjalaninya.
Dengan bergurau, ia melontarkan pernyataan telah “dijebak” oleh direktur Angkasa Pura 1 untuk menjadi konsultan interior. Selanjutnya, ia diminta terlibat dalam menyiapkan pembangunan Angkasa Pura Retail, anak perusahaan Angkasa Pura 1 yang bergerak di bisnis retail. Teges melakukan riset, mencari orang-orang baru, membuat konsep pertokoan di bandara, hingga menentukan apa saja yang akan disajikan di pertokoan itu, termasuk penataan serta interiornya. Baginya, ini sebuah tantangan.
“Orang BUMN masuk ke ranah lifestyle saja sudah jadi kejutan. Waktu saya presentasikan konsep, mereka pun benar terkaget-kaget,” katanya seraya tertawa.
Dahlan Iskan, Menteri BUMN ketika itu, akhirnya setuju Angkasa Pura 1 memiliki satu lagi anak perusahaan, yakni Angkasa Pura Retail.
Dalam menata bandara, Teges memperhatikan tingkat kecemasan orang-orang yang hendak bepergian dengan pesawat, mulai dari check in hingga menunggu waktu untuk boarding. Menurutnya, rata-rata penumpang hanya punya waktu 45 menit setelah stress datang sebelum mereka naik pesawat. Selama 45 menit tidak banyak yang dilakukan di bandara, selain duduk dan membeli segelas minuman. Semua data tadi diperolehnya melalui riset dan menjadi landasannya membuat konsep bandara yang menyenangkan bagi para pengguna. Dari sanalah bandara Surabaya, Bali, Balikpapan, dan semua bandara di Indonesia bagian tengah dan timur yang dikelola Angkasa Pura 1 menjadi lebih cantik, apik, dan nyaman.
Semula Teges merasa Angkasa Pura Retail hanya perusahaan khayal, yang sukar terwujud. Namun khayalan tersebut menjelma kenyataan dan dampaknya, menghasilkan keuntungan untuk Angkasa Pura 1.
Onde Mande Masakan Padang, C+, Republik, My Indonesia, Choux Patisseerie, tulisan, Richfield, BACI, Rosiepao Hongkong, Desserts Homemade, Raja Tubruk, Macaron, dan Hand Roll Café adalah took-toko riil yang berhasil dibuat Teges. Semuanya unik dan tersegmentasi.
C+ adalah sebuah juice bar yang semua jus buahnya mengandung vitamin C dan segala sesuatu yang mengandung unsur buah ada di C+. Tidak hanya jus, tapi berbagai makanan berbahan buah juga dijual. My Indonesia, sebuah took barang-barang kerajinan Indonesia yang ada di setiap bandara. Demi menjaga kualitas dan tampilan barang yang dijual di situ, Teges berbelanja dan menyeleksi sendiri barang-barang tersebut, lalu para pengrajin diizinkan untuk menitipkan penjualan karya mereka. Toko kosmetik BACI dibuat Teges untuk para wanita. “Kalau iseng pasti paling tidak beli lipstick satu,” ujarnya. Lalu untuk pria, ia mempunyai Richfield. Para pria tidak pernah sengaja pergi ke mall, kecuali bertujuan untuk menemani istri dan anak. Teges mengetahui hal ini. Richfield menjadi favorit pria di bandara. Ia menjelaskan bahwa pria-pria yang datang ke sini tidak memedulikan harga. Jika mereka memerlukannya, berapapun harganya mereka akan membeli dengan suka cita. Penyebabnya? Mereka jarang berbelanja.
Kisah menarik lain adalah Raja Tubruk. Teges rupanya sangat memperhatikan detail. Bandara besar atau bandara kecil harus sama-sama nyaman dan menarik. Raja Tubruk didedikasikan bagi lidah para penumpang lokal dan asing terutama yang berada di bandara kecil. Raja Tubruk memang hanya menjual kopi tubruk saja, tidak menggunakan mesin-mesin canggih seperti yang digunakan di kafe atau kedai modern. Tagline yang ia usung pun tepat sasaran, “minum kopi cara Indonesia”. Bagi mereka yang ingin menikmati kopi dengan cita rasa yang lebih modern tentu saja ada Republik, kedai kopi yang kontemporer.
Teges berterus terang bahwa ia memang bosan melihat tampilan bandara kita yang begitu-begitu saja. Menurutnya, suasana itu pula yang membuat orang sungkan pergi ke bandara lebih awal dan membuat calon penumpang sengaja datang ketika sudah mendekati waktu pesawat lepas landas. Ia ingin meningkatkan kualitas bandara.
Kini ia juga aktif berkampanye di media social. Setiap orang yang belanja di bandara dapat menggunakan hashtag #belanjadibandara di Twitter maupun Instagram mereka.
Daya kreatifnya tidak pernah redup dan ia memiliki kebebasan untuk memunculkan berbagai ide baru. Namun, memimpin perusahaan menjadi tantangan yang tidak kunjung berakhir baginya. Angkasa Pura Retail semakin beerkembang. Sekarang sudah ada sekitar 1500-an calon pegawai yang siap dipimpin serta bergbung bersama Teges.
Tetapi dibalik kesibukannya menuju satu bandara ke bandara lain, ia mengatakan pekerjaan utamanya adalah menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya. Meskipun tak dipungkiri bahwa ia memiliki komitmen dan tanggung jawab yang tinggi terhadap semua jenis pekerjaanya.
Ia mengakui sangat mudah jatuh cinta terhadap apa yang tengah dilakoninya. “Saya selalu bilang pada anak-anak, jika kamu berhenti bermimpi dan berhenti mencintai pekerjaanmu, maka kamu tidak punya apa-apa lagi untuk dilakukan. Tidak ada yang bisa kamu kerjakan.“ Sebuah pernyataan tegas yang berakar dari kesungguhan.
Baginya, pekerjaan apa pun akan sempurna karena cinta.
Sumber : Dewi , Mei 2015
Leave a Reply
Want to join the discussion?Feel free to contribute!