Pahami dan Motivasi Anak Disleksia

Pahami dan Motivasi Anak Disleksia. Jawa Pos. 23 Juli 2015. Hal 32

GRESIK – Banyak orang tua yang belum memahami disleksia pada anak. Gangguan belajar berupa kesulitan dalam berbahasa, terutama membaca dan menulis, itu lebih baik sejak didini diketahui agar bisa cepat diatasi. Diperlukan terapi motivasi.

Dokter RS Petrokimia dr Erica Jahja SpA mengatakan, tanda anak disleksia terlihat dari gejala awal. Misalnya sulit membedakan huruf d dan b atau a dan e. Sering terbalik. Ada juga gejala lain. Anak disleksia akan sulit memahami dan memproses apa yang didengarnya. Saat membaca juga, sering salah. Selanjutnya, proses belajar menulis pun menjadi lamban.

Erica mengatakan, kasus anak disleksia memang tidak banyak ditemukan di Kota Pudak. Nmaun, semua anak bisa mengalaminya. Disleksia bisa terjadi pada anak di semua tingkat kecerdasan. Mulai anak yang memiliki tingkat inteligensi tinggi hingga rendah. Bahkan, ilmuwan seperti Albert Einstein, konon, mengalami disleksia saat masih anak-anak.

Rata-rata, kata Erica, penyebab dominan disleksia adalah faktor genetik. Anak lebih berisiko mengalami disleksia jika orang tua pernah mengalaminya. Ada bebrapa gen keturunan yang memang dapat mempengaruhi perkembangan otak. Salah satunya, gen yang mengendalikan fonologi. Jika terjadi gangguan, anak akan sulit memahami suara atau bahsa lisan. Misalnya, antara kata luka dan lupa.

Adakah dampak psikologis bagi anak ? Menurut Erica, masalah disleksia memang berdampak pada perkembangan anak. Khususnya, saat masa usia prasekolah. “Meraka cenderung mengalami tekanan secara psikis dari lingkungan,” katanya. Misalnya, diolok-olok atau dinilai lambat belajar. Padahal, tingkat disleksia anak juga mungkin berbeda. Karena itulah, peran orang tua sangat penting agar gangguan tersebut segera disembuhkan.

“Orang tua perlu tahu sejak awwal gejala muncul,” ungkapnya. Penanganan sejak dini bakal membantu menemukan solusi. Salah satunya, intens memberikan motivai kepada anak. Penanganan itu butuh waktu. Namun, jika itu dilakukan intens, disleksia bisa berkurang, bahkan hilang saat dewasa. “Motivasi itu terapi bagus untuk penderita disleksia,” jelasnya. (adi/c10/roz)

Sumber : Jawa-Pos.-23-Juli-2015.-Hal-32

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *