Menelisik Jalan Undaan sebagai Warisan Kawasan Perdagangan (18)_Penduduk Lokal dan Pendatang Hidup Berdampingan. Radar Surabaya. 29 Agustus 2020. Hal.3. Library

“Perumahan rakyat bergaya loji tempo dulu menjadi pilihan para pejabat serta kaum elit di kawasan Jalan Undaan. Kebanyakan yang tinggal adalah pendatang dari Eropa, Arab, dan Tionghoa hingga membuat beberapa warga pribumi tergusur hingga ke pinggir kota,” Ginanjar Elyas Saputra

SEJARAWAN sekaligus pustakawan Universitas Ciputra Surabaya Chrisyandi Tri Kartika menceritakan, berdasarkan buku Nieuwe Soerabaia, penduduk lokal yang pernah bermukim di kawasan ini tergusur. Meski­pun tergusur, masih ada beberapa yang masih berta­han tinggal di Undaan.

“jadi berbeda dengan kawasan yang padat pendu­duk dengan yang tidak padat penduduk. Masyarakat Surabaya yang tinggal di Undaan cenderung sedikit, sehingga berisiko tergusur dengan berbagai cara,” kata Chrisyandi kepada Radar Surabaya.

Sementara itu, berbeda dengan warga Undaan yang berkecukupan dan sudah tinggal puluhan tahun di kawasan ini. Warga lokal yang punya uang pasti dengan cepat membeli rumah sesuai dengan budget masing­-masing.

“Mereka (warga lokal, Red) meniru orang pendatang, membeli sebidang tanah di kawasan ini. Ada pula yang beli tanah kemudian membangun rumah dengan menempel ke rumah besar yang ada di sampingnya,” tuturnya.

Bagaimana bila yang tidak mampu? Warga lokal beli sebidang tanah saja, hanya saja tidak mampu bangun rumah, sehingga hanya membuat bangunan semi permanen yang terbuat dari bambu (berdinding gedhek atau bambu).

“Penduduk lokal juga membaur dengan para pendatang. Jadi mereka kehidupannya berdam­Pingan,” tambahnya. (bersambung/nur)

 

Sumber: Radar Surabaya. 29 Agustus 2020. Hal. 3

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *