Kritisi Makam Londo Peneleh yang Kinclong. Jawa Pos. 13 Maret 2020. Hal.23. Freddy H. Istanto. INA

SURABAYA, Jawa Pos – Revitalisasi Makam Londo Peneleh dilakukan sejak Senin (9/3). Suasana yang semula muram kini berubah bersih dan rapi. Namun, perbaikan besar-besaran itu menuai berbagai kritik dari pegiat sejarah Surabaya. Terutama dari segi pengecatan beberapa makam yang dinilai menghilangkan nilai sejarah bangunan. “Warna ini beda dari asalnya. Merusak nilai sejarahnya,” tunjuk Direktur Surabaya Heritage Society Freddy H. Istanto ke salah satu makam kemarin (12/3). Makam dengan nisan setinggi 3 meter itu memang terlihat mencolok. Dominan berwarna hitam dengan berpadu kuning keemasan.

Makam miliki J. Welter (1818-1855) itu memang terbuat dari besi wungkul yang dicor. Model makam tersebut, kata Freddy, dibuat orang berpengaruh. Bukan orang sembarangan. Warna besi itu seharusnya merah kecokelatan. Bukan hitam keemasan. “Ngene iki model opo. Gak tepak blas karo asline,” ucapnya heran.

Dosen arsitektur Universitas Ciputra tersebut mengapresiasi langkah pemkot untuk memperbaiki makam Belanda Peneleh saat ini. Menurut dia, beberapa perbaikan sudah bagus. Namun, dia berharap pemkot tidak asal mempercantik makam. Terutama mengecat makam dengan warna kinclong yang jauh dari wujud aslinya.

Menurut Freddy, makam Peneleh sebenarnya cukup dibersihkan dan dirapikan. “Jika dibuat terlalu semarak, justru malah akan jauh dari sejarahnya,” katanya.

Kabid Bangunan Gedung Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Cipta Karya dan Tata Ruang (DPRKP CKTR) Surabaya Iman Krestian menyatakaan, polemik mengenai warna cat itu hanya masalah persepsi. Terutama dalam rencana pemkot memperbaiki makam. “Yang mengubah konsep makam yang suram menjadi lebih menarik untuk dikunjungi,” katanya. (elo/c12/al)

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *