Kepo Cukup di Sosmed

Jawa Pos.30 April 2014.Hal.4

SUATU ketika saya bertanya kepada anak saya yang duduk di kelas 3 SD mengenai hasil nilai ulangannya. Dia menjawab, “Ah, kepo Papa ini,” lalu tertawa. Kepo yang berarti pengin tahu banget tersebut ternyata tidak satu atau dua kali saya dengar. Setiap kali saya bertanya, jawabannya selalu kepo. Memang kata kepo terdengar lucu dan modern. Tapi, jika diucapkan berkali-kali saya merasa bahwa tutur katanya mulai tidak sopan dan menjengkelkan. Unggah-ungguh antara anak ke orang tua mulai terpinggirkan.

Wabah kepo ini tidak hanya melanda anak-anak dan remaja, bahkan sampai orang dewasa. Jika ditinjau dari kebahasaan dalam komunikasi, kita dituntut berbahasa secara benar dan tepat namun sopan. Tujuannya agar persepsi penerima pesan tidak negatif terhadap kita. Jadi, sebaiknya kata kepo tidak digunakan pada saat berkomunikasi secara lisan (tatap muka), tetapi cukup dalam bentuk tulisan seperti di sosial media (sosmed) yang sifatnya percakapan tidak penuh atau lepas.

Penulis : Raden Panji, staf Perpustakaan Universitas Ciputra (panji@ciputra.ac.id)

 

Sumber : Jawa-Pos.30-April-2014.Hal.4

 

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *