Kembali Sorgum.Trubus.Februari 2021.Hal.96,97

Presiden Joko Widodo mengingatkan hilangnya tahu dan tempe pada Januari kemarin perlu  mendapat perhatian serius. Pada rapat kerja pertanian 11 Januari, presiden meminta agar desain baru pemenuhan bahan pokok harus menjadi fokus. “ Penduduk Indonesia sudah 270juta jiwa lebih, pengelolaan panganharus betul-betul kita seriusi,” katanya. Kedelai sebagai salah satu komoditas yang masih impor harus menjadi fokus perhatian dalam membangun pertanian.

Pandemi korona memang mengacaukan distribusi pangan dunia. Namun, isu lebih penting terletak pada ketersediaan bahan pangan itu.”Mentri pertanian Syahrul Yasin Limpo menegaskan kesiapan untuk meningkatkan produksi pangannasional,” tulis Kompas, 12 Januari 2021. Pengejaan food-estate di Sumatera Utara dan Kalimantan Tengah ditargetkan selsai pada 2021.

Lahan Marginal

Dikalangan masyarakat, kegemaran bahan makanan lokl kembali semarak. Menyambut Februari ini istri saya lebih rajin menanak sorgum. Ketika memulai tinggal di real-estate ini, kami melihat banyak sorgum tumbuh liar di sepanjang kali. Sekarang sudah bersih, rapi dibeton kanan-kiri. Kami jadi banyak berkomunikasi dengan tenam-teman di daerah untuk emperluas pandangan.

Dari pulau Lembata saya menerima pesan WA (Whatsapp) “sorgum yang belum disosoh menjadi beras harganya Rp10.000 per kg. Kalau sudah jadi beras sorgum Rp35.000 per kg di pasar Lewoleba.” Pengirimnya Erlin Bernadette Wutun, yang dikenal rajin mengolah hasil panen sorgum di kebunnyaseluas 25  m x 25 m. Dari panen tahun kemarin Erlin berhasil mengumpulkan 150kg  tepung sorgum. Bersyukur dia suka memasak kue dan melayani pesanan untuk hajatan dan hari raya.

Sebagai contoh hasil olahannya dia mengirimkan tiga jenis kue buatannya untuk saya di Jakarta. “Sekali bikin kue bisa sampai 5 kg. Kalau pesanan banyak bisa 10 kg,” ceritanya. Kuenya dikemas dalam toples kecil, dibandrol @ Rp30.000. ada juga rasa coklat. Meskipun tidak sering, dulu di Jawa Timur ibu saya juga pernah masak sorgum yang kami sebut “jagung ontel” atau cantel.

Menurut Rm. Firminus Dai Koban, Pr. Di Lembatan dalam bahasa Lamaholot sorgum disebut “solot.” Saya mengenalmya dari Gerakan Pemuda/i Bertanu jarimgam pegiat pertanian yang didukung ratusan orang.  “Saya membongkar bekas jalan aspal sepanjang 7 m x 50 m untuk ditanami sorgum,” katanya pada suatu hari. Dari pegiat di Larantuka itulah saya mengenal Erlin Wutun dan masakan kuenya.

“Sekarang banyak orang beralih makan solot karena bagus untuk mecegah diabetes,” kata Rm. Firminus yang lebih akrab dipanggil “Romo Tinus”. Cita-citanya ingin memiliki mesin kecil untuk mengolah tepung susu sorgum. Ternyata sorgum banyak manfaatnya. Batangnya bisa diperas seperti tebu menjadi gula. Daunnya untuk makanan ternak. Dan bijinya, “Kita harus berebut dengan ratusan burung kecil yang berdatangan menjelang panen,” kata Romo Tinus .

Maklum tanaman anggota keluarga Poaceae itu memang amat disukai burug. Padahal, sebagai beras sorgum dalam bungkusan @ 100 gram dibanderol Rp 10.000 kalau dipesan secara daring. Mengapa warga Nusa Tenggara Timur getol menanam sorgum? Karena sorgum bisa tumbuh subur dilahan kering. Termasuk di lahan bekas aspal yang berbatu-batu di Larantuka itu.

“Ketika jagung dan padi tidak mampu menghadapi kemarau panjang, sorgum tetap bertahan, bahkan panen bagus,” tutur Maria Loretha yang dikenal sebagai “Mama Sorgum”.

Sejak 2015 ia berusaha mengembalikan kejayaan sorgum di Nusa Tenggara Timur. Adapun di Lombok, Hermawan. Menurut laporan Trubus News Id, awal 2019 finalis duta petani muda itu berhasil mengangkat mengangkat sorghum bicolor menjadi makanan berkelas.

Olahan Sorgum

Sekarang resep mengoah sorgum sudah menyebar luas. Bukan hanya untuk campuran nasi dan bubur, tapi untuk berbagai macam kue dan minuman. Pada 2020 Direktorat Jenderal Taman Pangan, Kementrian Pertanian, meluncurkan program bantuan benih alternatif dan menalokasikan ribuan hektare untuk ditanami sorgum. Di Lamongan, Jawa Timur sehak 2016 berdiri Rumah Sorgum Indonesia dengan aktivitasnya bernama Esti Faizah.

Produk yang diperkenalkan termasuk kerupuk kemplanh, sirop sorgum, madumongso, mi sorum, dan sebagainya. Esti yang meraih juara ke-1 inovasi tekologi pangan dari Kabupaten Lamongan, juga mendapatkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan dukugan dari Dinas Pertanian, Kementan. Di tingkat dunia, Amerika Serikat, menjadi produsen sorgum terbesar dengan panen sekitar 9 juta ton setahun, disusul Nigeria yang menghasilkan 6 juta ton.

Secara umum industri sorgum disebut milo yang 50% diperuntukan konsumsi manusia. Selebihnya untuk ternak dan diolah menjadi energi, bioetanol. Kandungan karbohidrat sorgum 73,8% sedangkan beras 76% dan terigu 77%. Protein sorgum 9,8%, beras 8%, dan terigu 12 %. Tantangan yang harus dijawab adalah membuat masyarakat kembali menyukai makanan pokok tradisional dan produk lokal.

Artinya, perlu penyuluhan untuk kembali menanam dan menyukai makanan pokok: jagung, ubi, sagu, dan sorgum yang sering dimasak bersama kacang-kacangan. “Kalau Bung Hatta pergi ke satu tempat, ia selalu menikmati makanan lokal. Waktu dibuang ke Papua makanan hariannya papeda dan ikan bakar.” Begitu teman lama saya, Halida, meningkatkan. Betul! Bung Karno pun menyukai lalap daun kosambi yang tumbuh di halaman belakang istana. Saya teringat rumpun jali-jali yang dulu tumbuh di sepanjang Kli Pesanggrahan, dekat rumah kami di Jakarta Selatan.

 

Sumber: Trubus, Februari 2021

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *