Royal Sembah Ulun Ikhtiar Mandiri di Kaki Rinjani

Ikhtiar Mandiri di Kaki Rinjani.Kompas.10 Februari 2016.Hal.16

Jemu mendengar para pemuda Lembah Sembalun di Kaki Gunung Rinjani dicap sebagai sampah masyarakat,Royal Sembah Ulun menuntun mereka bebrubah.Benih kreativitas dan kepercayaan diri ditanamkan.Baginya,tak cukup berbekal bijak menyikapi perubahan zaman.Yang terpenting adalah bagaimana menfaatnya untuk kemajuan diri dan daerah.

 

OLEH GREGORIUS MAGNUS FINESSO

 

Rintik gerimis gaduh menerpa atap seng sebuah ruangan sederhana di jantung Desa Sembalun , Kabupaten Lombok Timur,Nusa Tenggara Barat , Rabu (27/1) pagi. Beberapa remaja tanggung dan pemuda duduk beralas kerpet sambal bersedekap menahan dingin angina gunung.Di sebuah papan tulis di sudut ruang,terusrat beberapa penggal kalimat percakapan dalam Bahasa inggris.

Sesaat berlalu,sesosok pemuda keluar dari ruangan di sebelah sambil menyapa ramah.Melihat kami menatap papan tulis tadi,dia berujar,”Kami akhir-akhir ini sedang latihan melancarkan conversation (percakapan) bahasa Inggris untuk anak-anak . Jangan malu-maluin kalua sedang dikunjungi wisatawan atau relawan asing.”

Pemuda yang hadir,belakangan ini adalah Royal Sembah Ulum.Setelah bergabung duduk lesehan bersama kami,pria berusia 32 tahun itu mulai bercerita tentang kondisi Desa Sembalun belasan tahun silam.Sembalun desa terakhir sebelum jalur pendakian puncak Gunung Rinjani,dulu tak seramah sekarang.Remaja-remaja putus sekolah di desa itu banyak yang menjadi berandalan dan suka memeras.Mereka tak hanya membuat resah wisatawan,tetapi juga memalukan desa.

Dengan jujur,Royal mengakui sempat menjadi bagiaan dari berandalan Sembalun.”Kami dulu kerjanya hanya gitaran sampai larut malam.Kadang minum-minum sampai membuat resah warga,”ucapnya mengenang kelakuan para remaja Sembalun 10 Tahun silam.

 

Berawal dari “guide”

Tahun 2007,Royal menjadi pemandu wisata.Persentuhannya dengan sejumlah wisatawan membuat dia berpikiran terbuka .Suatu kali,seorang turis asal Amerika Serikat yang kebetulan punya jaringan kesebuah lembaga swadaya masyarakat(LSM) internasional menawarkan bantuan untuk membangun Sembalun.

“Dia bertanya,apa yang mau saya lakukan untuk membangun Sembalun,”ucapnya.Setelah meminta waktu 10 menit berpikir pelatihan bahasa Inggris secara gratis kepada anak-anak dan remaja Sembalun.

Pikir Royal,pelatihan Bahasa Inggris bisa menjadi daya tarik bagi remaja untuk berkumpul dan melakukan hal positif.Selain itu,keterampilan berbahasa inggris juga akan membuat para remaja desa bisa berkomunikasi dengan turis asing.

“Masak seumur hidup jadi porter,Saya ingat , sampai 2007-an,di sini hanya ada lima orang yang bisa bahasa Inggris,”kata Royal yang sadar bahwa transfer pengetahuan bisa diterima jika ada dampak postitif secara langsung kepada para remaja.

Ketidakmampuan berbahasa asing menyebabkan warga Sembalun hanya menjadi pembawa barang atau porter selama puluhan tahun sejak pendakian Rinjani diminati turis lokal dana sing.Pemandu wisata yang posisnya lebih bergengsi hampir 95 persen berasal dari luar Sembalun.

Untuk mewadahi kegiatan remaja,didirikanlah Sembalun Community Development Centre(SCDC) pada akhir 2008.Sebagai tenaga pengajar bahasa asing , SCDC merekrut lulusan perguruan tinggi yang belum mendapat pekerjaan.Berkolaborasi dengan lembaga 4th World Love,mereka pun membuka peluang bagi wisatawan mancanegara menjadi relawan.

Melalui SCDC ,Royal getol mengenalkan potensi ekonomi pariwisata kepada sesame remaja Lembah Sembalun.”Baginya,harus ada lapangan kerja di desanya selain pertanian.Dia rajin menyuarakan prospek pariwisata di setiap rapat desa hingga pengajian-pengajian.

“Hanya 25 persen warga yang punya lahan.Jika hanya mengandalkan produk pertannian,Sembalun sulit major,”ujar Royal.

Ia meyakini,industry pariwisata merupakan motor tercepat penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat yang merata.Selain pengaruhnya dirasakan langsung,pariwisata juga asset yang berdampak panjang.

Seiring peningkatan kemampuan berbahasa Inggris,para remaja juga diajak berani bercakap dengan para tamu luar daerah.SDCD lalu mengadakan rangkaian pelatihan lain untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia(SDM) di Sembalun.Pelatihan itu antara lain fotografi,seni msuik,sablon,dan pengolahan pertanian organic.Mereka juga sempat membuka bisnis warung dan gerai seni .Namun, usaha tidak jalan Karena SDM-nya belum siap.

“Dari kegagalan itu,kami belajar bahwa pemberdayaan tak bisa(digerakkan) hanya dengan uang,tetapi pembangunan kapasitas manusia,”ucapnya.

 

Wisata jadi tumpuan

            Walau begitu,ada saja alasan dilontarkan untuk mematikan semangat menumbuhkan kesadaran wisata di kalangan warga.Mulai dari ketakutan pariwisata akan membawa pengaruh negatif pada budaya lokal hingga isu keagamaan terkait LSM asing.

“Padahal,mereka enggak membawa misi apa pun.Seiring kemajuan Sembalun, lama-lama anggapan negatif itu hilang,” kata Royal yang belakangan berhasil membuka penginapan(homestay) Sembalun Lodge dan kantor biro wisata.

Perjalanan Royal menuntun pemuda dan membuka wawasan masyarakat Sembalun butuh waktu cukup lama.Baru sekitar tahun 2013,para pemuda dan warga sejumlah desa di Kecamatan Sembalun mulai punya ide mengambil peluang dari geliat pariwisata di lereng Rinjani.

Jika dulu hampir semua operator wisata dan trekking berkantor di Mataram dan Senggigi,saat ini ada 18 usaha sejenis geliat pariwisata di lereng Rinjani.

Jika dulu hampir semua operator wisata dan trekking berkantor di Mataram dan Senggigi,saat ini ada 18 usaha sejenis yang dijalankan warga Sembalun.Beberapa di antarnya di lakoni pemuda jebolan SCDC.
Royal Sembah Ulun

Alih-alih takut bisnis biro wisatanya tersaingi.Royal justru mendorong anggota SCDC untuk membangun usaha sendiri.Dia yakin,lebih banyak usaha dibuka , kian besar pula pendapatan yang diserap orang Sembalun,mulai dari porter , pemandu wisata,usaha warung,hingga bisnis penginapan.

Amir Riis,salah satu pelaku  wisata Sembalun mangaku, keberhasilannya membuka usaha tur operator tak lepas dari peran SCDC.”Lewat SCDC ,saya belajar banyak hal .Terutama bagaimana membangun jaringan wisata,”ucapnya.

Kiprah SCDC juga terus berkembang melalui para anggotanya yang kian mahir membuat jejaring ,diantaranya membangun rumah baca dan taman kanak-kanak di Desa Sembalun Lawang hasil kerja sama dengan lembaga donator Singapura. Di sana ,anak-anak kampung di ajari melestarikan lingkungan hingga membuat keterampilan tangan.

Kemajuan di Sembalun tak bisa lepas dari geliat wisata . “Pariwisata benar-benar sudah jadi tulang punggung perekonomian warga.Contoh kecil,saat pendakian Rinjani ditutup,aktivitas ekonomi di Sembalun sepi. Warung – warung rugi . Namun,begitu pendakian dibuka,warga seperti panen raya,” ungkap Royal.

Alih-alih menepuk dada menengok capaian di jalan terjal delapan tahun ini ,Royal memillih terus menatap kedepan.Harapan besarnya terus diukir.Sembalun menjadi destinasi wisata terpadu yang mampu memberi kesejahteraan secara adil dan merata bagi tiap warganya.

 

Royal Sembah Ulun

  • Lahir : Sembalun,Lombok,5 Januari 1984
  • Pendidikan : S-1 Ilmu Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram
  • Aktivitas : Direktur Sembalun Community Development Centre (SCDC)
  • Usaha :
    – Pemilik Royal Agent Tracking
    – Pemilik Homestay Sembalun Lodge
  • Penghargaan :
    – Penghargaan Penggerak Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2015)
    – Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata(Homestay) dari kementrian Pariwisata(2015)

 

UC-Lib Collect
Kompas,10 Februari 2016

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *