F Henry Bambang Soelistyo – Merasakan Harapan Keluarga Korban

Merasakan Harapan Keluarga Korban. Kompas.6 Januari 2014.Hal.16

Ketika menara Pengawas Lalu Lintas Udara Bandara Internasional Soekarno-Hatta menghubungi kantor Badan SAR Nasional terkait hilangnya sinyal pesawat AirAsia QZ 8501 pada 28 Desember lalu, Marsekal Madya F Henry Bambang Soelistyo (55) segera mengerahkan unsur kekuatan Basarnas di daerah. Pergerakan diawali dari pos Basarnas di Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung.

OLEH N ARYA DWIANGGA MARTIAR

“Hari ini, kami luncurkan dulu semua unsur dan potensi kekuatan yang kami miliki. Besok, baru kami adakan koordinasi,” demikian pernyataan Soelistyo di depan media beberapa jam setelah pesawat tersebut dinyatakan hilang.

Wajahnya tegang. Pada waktu itu, Soelistyo menyatakan, dia dan Badan SAR Nasional (Basrnas) akan berusaha secepat mungkin menemukan keberadaan pesawat naas itu.

Ketika ditemui beberapa hari kemudian, Soelistyo mengatakan, setelah menerima informasi kejadian merupakan waktu tanggap bagi Basarnas untuk bergerak secepat mungkin. Pada saat itu, koordinasi belum langsung tertata. Bahkan, wilayah lokasi pencarian masih diperhitungkan.

“Karena ini musibah pesawat, yang saya luncurkan adalah kekuatan yang berhubungan dengan kecelakaan pesawat, alat-alatnya, personelnya, dan alat utamanya, yakni kapal dan pesawat terbang,” ujarnya.

Kala itu, dia segera berkoordinasi dengan TNI Angkatan Laut dan Angkatan Udara untuk menggerakkan unsur kekuatan yang berada di bawah kendali TNI. Pada saat itu, tercatat setidaknya 12 kapal Basrnas dari sejumlah pangkalan, kapan TNI AL, dan Polisi Air langsung bergerak. Dari udara, pesawat dan dua helikopter Basarnas bergerak menuju titik hilangnya pesawat AirAsia.

Menurut Soelistyo, bersamaan dengan kekuatan SAR yang mulai bergerak, pusat komando di Jakarta pun menyusun pemetaan wilayah pencarian beserta instruksi bagi petugas SAR di lapangan. Mereka langsung bekerja untuk mencari perunjuk terkait hilangnya pesawat tersebut. Hasil pencarian kemudian menjadi bahan evaluasi pencarian hari berikutnya.

“Begitu data awal disampaikan oleh ATC (Pengawas Lalu Lintas Udara) Bandara Soekarno-Hatta, kemudian informasi radar diberikan, misalnya kapan pesawat itu hilang kontak dan berapa ketinggiannya saat itu, saya sudah yakin ini (hilang) di laut,” kata Soelistyo.

Oleh karena itu, sembari menunggu kekuatan SAR sampai di lokasi yang diduga menjadi tempat hilangnya pesawat, Basarnas juga menyampaikan maklumat pelayaran kepada semua kapal yang lewat tentang hilangnya pesawat tersebut. Dengan itu, kapal yang menemukan petunjuk terkait hilangnya pesawat itu wajib melapor melalui stasiun radio pantai.

Dia mengatakan, informasi sekecil apa pun yang beredar di masyarakat ataupun temuan tim SAR di lapangan pada awal pencarian menjadi sangat penting. Temuan itu bisa menjadi petunjuk keberadaan pesawat. Namun, bukan tidak mungkin informasi itu tidak berhubungan dengan peristiwa hilangnya pesawat atau sebaliknya malah menyesatkan.

“Contohnya, hari kedua pencarian, ada laporan yang beredar di masyarakat, seperti menemukan sinyal darurat di titik ini, kemudian sinyal yang sama di titik lain pada waktu berbeda, hingga berita ada penumpang yang selamat. Kalau tidak cepat menganalisis benar tidaknya informasi tersebut, kami bisa salah melangkah,” tutur Soelistyo.

Keluarga korban

Bagi Soelistyo, dalam konteks musibah, yang sebenarnya sangat berkepentingan atau berharap pada keberhasilan operasi SAR adalah keluarga korban. Karena itu, dia harus menempatkan segala upayanya hanya untuk memenuhi harapan keluarga korban.

“Saya menempatkan diri sebagai keluarga korban sehingga apa yang mereka harapkan saya tahu persis. Meskipun saya tahu risiko hilangnya pesawat itu apa, saya tetap harus berusaha memenuhi harapan mereka,”ungkapnya.

Oleh karena itulah, pada operasi pencarian hari ketiga, dia menyempatkan diri pergi ke Surabaya untuk menemui keluarga korban. Waktu itu, ada tiga orang dari keluarga korban yang menelepon Soelistyo  dan memintanya bertemu meski hanya 10-15 menit. Dia pun mengatakan tidak mengetahui maksud permintaan itu.

“Begitu saya datang, sebagian dari mereka menyambut dengan senyuman. Itu membuat saya puas karena saya pikir mereka akan menyambut dengan tangis, bahkan kemarahan,” ucapnya.

Soelistyo menyadari, kedatangannya bisa menjadi sedikit pelipur lara. Hal itu pulalah yang menyemangatinya untuk berusaha memenuhi harapan mereka.

Kebiasaan penerbang

Kebiasaan untuk berhati-hati dan bertndak sesuai rencana itu sudah Soelistyo asah ketika dia menjadi penerbang jet tempur Hawk. Dia mulai terbang sejak berpangkat letnan dua hingga marsekal pertama.

Ketika itu, setiap hari dia harus mengikuti pengarahan pagi sebelum terbang, saat melakukan penerbangan, hingga evaluasi mengenai kekurangan dalam setiap penerbangan yang dilakukan.

“Selalu ada standar operasi, ada daftar cek, dan tidak boleh keluar dari situ. Itu berlangsung sekian lama sehingga terbentuk kebiasaan seperti itu. Saya lebih suka bekerja dengan terencana dan mengetahui persis apa yang akan saya lakukan,” lanjut Soelistyo.

Dengan pengalamannya itulah, dia menjadi terbiasa untuk memperhitungkan dan bertindak berdasarkan data yang rasional. Termasuk ketika nantinya dia harus mengevaluasi operasi pencarian dan evakuasi yang sudah dilakukan. Semuanya harus didasarkan pada efektivitas proses pencarian dan hasil operasinya.

“Tetapi, itu nanti. Yang penting sekarang kami berusaha semaksimal mungkin,” kata Soelistyo.

MARSEKAL MADYA F HENRY BAMBANG SOELISTYO

Lahir                    : Yogyakarta, 11 Februari 1959

Pendidikan         : Lulus Akademi Angkatan Udara tahun 1982

Jabatan                :

  • Kepala Badan SAR Nasional (April 2014-sekarang)
  • Dirjen Perencanaan Pertahanan Kementrian Pertahanan (2013-2014)
  • Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (2012-2013)
  • Deputi VII Kemenko Polhukam (2011-2012)

Sumber: Kompas.Selasa.6 Januari 2015.Hal.16

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *