Evolusi Sang Raksasa Yunani. Kompas. 23 Juli 2021. Hal 16

Seusai menjuarai NBA pertama kali bersama Milwaukee Bucks, Giannis Antetokounmpo (26) sulit membedakan kenyataan dan khayalan. Lelaki bertubuh kekar ini merasa seperti masih bermimpi. Antetokounmpo, yang dulu bocah miskin dan kurang gizi, kini telah menjelma menjadi “raksasa” juara NBA.

Antetokounmpo terduduk di bangku cadangan, saat rekan setimnya berpesta di lapangan. Tatapan matanya kosong, air matanya tiba-tiba mengalir. Lalu, dia menutup wajahnya dengan handuk. “Untuk mencapai titik ini adalah sebuah hal yang gila, seperti tidak nyata,” katanya seusai mengantar Bucks mengalahkan Phoenix Suns (4-2) dalam seri final NBA, Rabu (21/7/2021).

Wajar Antetokounmpo merasa masih bermimpi. Sejak kecil, hanya mimpi yang menjadi sandaran hidupnya. Anak kedua dari -tiga bersaudara, dari orangtua asal Nigeria yang jadi imigran di Yunani ini, berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan.

Antetokounmpo menjadi pemenang dalam NBA sekaligus meraih Most Valuable Player (MVP) final. Dua gelar, tim dan individu, itu merupakan capaian paling diburu para pebasket di jagat raya. Tujuan realistis Antetokounmpo pertama kali diambil Bucks pada draft 2013 hanyalah untuk menghidupi keluarga. Tanpa terasa, dia telah melampaui itu.

“Saya tidak pernah menyangka akan mencapainya pada usia 26 tahun. Perjalanan ini sudah sangat jauh dari tujuan untuk membantu keluarga keluar dari kesulitan ekonomi,” tulisnya. Malam itu seusai juara, Antetoko unmpo diperlakukan seperti pahlawan perang oleh warga Kota Milwaukee. Para pendukung di dalam Arena Fiserv Forum berisi 17431 orang dan di luar arena sekitar 65.000 orang mengelu-elukan namanya.

Mereka akhirnya punya alasan untuk berpesta lagi setelah Bucks terakhir kali juara pada setengah abad lalu, 1971. Bagi tim dari kota yang bukan pusat bola basket seperti Bucks, juara NBA sebuah kebahagiaan. Mereka hanya bisa juara saat punya pemain berta lenta dan berkelas mega bintang.

Talenta megabintang

Talenta pemain seperti itulah yang melekat pada sosok Kareem Abdul-Jabbar (1971) dan Ante tokounmpo (sekarang). “Ini (trofi juara NBA) harus membuat setiap orang, setiap anak, siapa pun di seluruh dunia percaya pada mimpi mereka. Percaya pada apa yang Anda lakukan dan teruslah bekerja,” pungkas Antetokounmpo.

Antetokounmpo saat ini bagaikan sosok manusia berbeda jika dibandingkan dengan pertama kali dikontrak Bucks, delapan tahun lalu. Perbedaan itu seperti melihat transformasi dari tokoh pahlawan super Marvel, yaitu dari sosok manusia (Bruce Banner) menjadi sosok monster (Hulk). Tubuhnya kurus kering pada 2013. Dia hanya memiliki berat 88,9 kilogram dalam tubuh setinggi 2,08 meter.

Kata penulis The Ringer, Mirin Fader, pada malam draft seluruh klub menyadari sang pemain mengalami malnutrisi. Bucks memilihnya karena tidak percaya pada bakat fisik dan tinggi pemain kelahiran Athena tersebut. Mal nutrisi itu berasal dari kehidupan keras Antetokounmpo di Yunani. Dia sering tidak sarapan ketika berangkat sekolah. Ia berkali-kali baru bisa mengisi perutnya setelah latihan, pukul 11 malam.

Ibunya, Veronica, adalah seorang pengurus bayi. Mendiang ayah, Charles, seorang tukang reparasi dari rumah ke rumah. Penghasilan itu tak cukup untuk menghidupi tiga anak. Alhasil, Antetokounmpo dan dua saudaranya juga harus mencari uang dengan menjual aksesori di jalan. Beruntung, pada 2007, ia bertemu dengan seorang pelatih amatir bernama Spiros Veliniati.  Sang pelatih melihat bakat besar dalam sosoknya, lalu minta izin kepada ibunya agar bisa melatih Antetokounmpo.

Kemudian, dua saudara Antetokounmpo, Thanasis dan Kostas, juga ikut berlatih. Singkat cerita, bakat mereka tero pemantau bakat NBA. Akhirnya, ketiga bersaudara itu bisa bermain di liga bola basket terbesar di dunia, NBA. Antetokounmpo begitu ke ras berlatih sejak diambil Bucks.

“Saat awal datang kemari, saya sudah mendengar banyak tentang etos kerja saat latihannya. Tetapi, saat saya melihat sendiri, semuanya berbeda. Latihannya jauh lebih keras dari yang saya bayangkan,” kata asisten pelatih Bucks, Andre Sullivan, yang bergabung pada 2018.

Antetokounmpo mencapai potensi fisik terbaiknya berkat gizi terpenuhi dan latihan keras. Tu buhnya kini besar dan penuh otot seperti sosok Hulk. Beratnya naik jadi 109 kg, di tubuh setinggi 2,11 meter.

Tubuh kokoh itu membantu Antetokounmpo untuk menjadi sosok paling dominan di NBA. Gerakannya tak bisa dibendung oleh Suns sepanjang seri final. Dominasi itu ditunjukkan dengan rata-rata sumbangan 35,2 poin, 13,2 rebound, dan lima asis, serta akurasi lemparan 61,1 persen. Sepanjang sejarah final, tidak ada pemain selain Antetokounmpo yang bisa menghasilkan rata-rata minimal 30 poin, 10 rebound, 5 asis, serta akurasi lemparan 60 persen.

Pebasket yang mengawali karier sebagai point guard ini juga semakin dewasa. Musim ini, dia mampu menjadi pemimpin uta ma Bucks. Dia sering memotivasi rekan ketika momen time out. Ia juga memilih bermain sepanjang final meski sempat menderita cedera lutut kiri. Akibat itu, dia harus menjalani perawatan setiap habis laga.

Pelajaran hidup di jalanan juga menjadikannya sosok yang setia. Dia memilih perpanjangan kontrak bersama Bucks selama lima tahun pada awal musim.

Antetokounmpo telah berevo lusi menjadi sosok sempurna. Di usia yang masih muda, dia sudah meraih cincin juara, MVP final, MVP musim reguler (2 kali), dan Defensive Player of The Year. Prestasi itu hanya bisa disamai duo legenda hidup NBA, Jordan dan Hakeem Olajuwon. (AP/AFP)

 

Sumber: Kompas. 23 Juli 2021. Hal 16

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *