Terowongan Silaturahmi Menumbuhkan Habitus Berbicara dari Hati. Hidupkatolik. 28 Maret 2023. Dewa Gde Satrya. HTB. UC
HIDUPKATOLIK.COM – Terowongan Silaturahmi yang menghubungkan Masjid Istiqlal dengan Gereja Katedral akan menjadi ikon baru toleransi antar umat beragama di Indonesia. Selain itu, terowongan sepanjang 33,8 meter, tinggi 3 meter, lebar 4,5 meter dengan total luas 339,97 meter persegi ini akan memperkuat peradaban tinggi dan modal sosial yang kini hadir di Jakarta.
Sebagai ‘wajah negara’, Jakarta tak hanya harus maju di berbagai sektor, utamanya sektor transportasi dan pariwisata, namun juga maju dalam peradaban dengan fondasi pentingnya silaturahmi, saling komunikasi dan berbicara dari hati antar warga bangsa. Hal ini sejalan dengan tema dan spirit Hari Komunikasi Sosial sedunia tahun ini yang ditetapkan oleh Bapa Suci Paus Fransiskus dengan tema “Berbicara dari Hati”.
Karena itu, Terowongan Silaturahmi ini sama pentingnya dengan MRT yang beberapa tahun lalu telah hadir lebih dulu di Jakarta dan pembangunan sejumlah infrastruktur modern lainnya di Jakarta khususnya maupun Indonesia umumnya. Bila MRT yang menjadi penanda kemajuan sektor transportasi mempercepat akses antar wilayah di Jakarta dan meningkatkan aktivitas city tour, maka Terowongan Silaturahmi akan membuka kebuntuan komunikasi relung hati yang tersekat-sekat karena prasangka buruk, iri hati dan perbedaan agama serta keyakinan. Hal itu akan ‘membangun jembatan’, bukan tembok yang memisahkan, semakin memperkuat modal sosial yang menjadi pondasi pembangunan perekonomian bangsa.
Robert Putnam menjabarkan modal sosial sebagai seperangkat asosiasi antar manusia yang bersifat horisontal yang mencakup jaringan dan norma bersama yang berpengaruh terhadap produktivitas suatu masyarakat. Modal sosial meliputi hubungan sosial, norma sosial, dan kepercayaan (Putnam 1995). Modal sosial juga diartikan sebagai serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama di antara para anggota suatu kelompok yang memungkinkan terjalinnya kerja sama.
Pada peresmian Moda Raya Terpadu (MRT) pertengahan Maret 2020, Presiden Jokowi menyatakan perlunya seluruh masyarakat membangun peradaban baru, mulai dari mengantri, bagaimana masuk ke MRT dan tidak terlambat, tidak terjepit pintu. Pun halnya dengan adanya Terowongan Silaturahmi ini, akan membuka tali silaturahmi yang kemudian akan membuka hati setiap orang melalui perjumpaan dan komunikasi di terowongan bawah tanah yang menghubungkan dua ikon tempat ibadah bernilai sejarah tinggi di Indonesia ini.
Pernyataan kepala negara tersebut seakan mengingatkan betapa membangun peradaban baru tersebut tidaklah mudah, khususnya menyangkut pembiasaan perilaku-perilaku baru di masyarakat. Di awal-awal beroperasinya MRT, pernah beredar foto viral di sosial media, perilaku pengguna MRT yang tidak tertib dan memanfaatkan stasiun MRT tidak pada tempatnya.
Tradisi mengantri dan memanfaatkan hasil pembangunan dengan cara yang pantas, merupakan elemen pokok yang teramat penting bagi peradaban bangsa. Ketiadaan budaya mengantri berdampak negatif di kehidupan sosial, terjadinya kecelakaan lalu lintas dan jatuhnya korban yang selayaknya tidak perlu terjadi. Salah satu bukti fatal ketiadaan budaya mengatre pada kecelakaan maut kereta api (KA) beberapa tahun lalu.
Penyelidikan tabrakan KA 1131 dengan truk tangki B 9265 SEH yang menyebabkan tujuh orang tewas dan lebih dari 70 orang terluka karena truk tangki menyerobot pintu lintasan KA. Manajemen KAI tengah melakukan transformasi mendasar menuju perusahaan jasa (Service company) yang mengubah orientasi dari orientasi produk ke konsumen (consumer oriented). Upaya tersebut seakan luluh lantah oleh sikap dan mentalitas masyarakat.
Pentingnya mentalitas baru yang terkoneksi dengan peradaban baru mensyaratkan kemauan masyarakat untuk belajar dengan tata aturan baru, khususnya dengan bijak menggunakan kemajuan infrastruktur. Dalam penggunaan Jalan Tol misalnya, dibutuhkan kesadaran untuk berkendara dengan kecepatan yang sesuai aturan, pengecekan kesiapan kendaraan sebelum melintas, termasuk kesiagaan pengendara.
Kebiasaan ini untuk membangun peradaban baru tersambungnya semua daerah di Jawa dalam Tol Trans Jawa sepanjang lebih dari 1.000 km. Ketidaksiapan membangun kebiasaan baru menyisahkan beberapa persoalan yang seharusnya tidak terjadi. Kecelakaan maut terjadi berulang kali di Tol Trans Jawa.
Demikian pula kebuntuan komunikasi untuk berbicara dan mendengar dari hati yang mereduksi rasa saling percaya dan ikatan emosional sebagai sesama warga bangsa, memuncak dalam aksi ngeri serangan tempat beribadah, pelarangan dan pembatasan beribadah, dan ibarat api dalam sekam, terpeliharanya prasangka dan kebencian dapat sewaktu-waktu menghanguskan dan merobek persatuan. Pembiasaan berbicara dari hati untuk menyapa, melihat dan berinteraksi antara umat beragama sangatlah penting. Sama pentingnya membiasakan dan membudayakan antri, saling sapa dan senyum menjadi bahasa manusiawi yang universal yang patut didesain agar secara alami terbentuk pada banyak ruang-ruang publik di negeri ini.
Membangun peradaban MRT dan komunikasi antar umat beragama di Terowongan Silaturahmi merupakan pembelajaran bersama membangun mentalitas berperadaban maju. Pemerintah terus berpacu melakukan pembangunan infrastruktur yang berkualitas dan berstandar internasional, seperti airport, sarana transportasi (salah satunya MRT), akomodasi hotel, tempat perbelanjaan dan sarana rekreasi, rumah sakit, keamanan dan kebersihan, dan sebagainya.
Kini, kehadiran Terowongan Silaturahmi menjadi energi baru untuk menghadirkan persatuan, gotong royong, persaudaraan sejati, keadilan sosial. Secara mendasar menjadi tanda hadirnya habitus berbicara dari hati pada anak negeri.
Ramadan Tiba, Produk UMKM Tampil Beda, Daya Tarik Konsumen Meningkat. mili.id. 22 Maret 2023
Klik berita: https://mili.id/baca-3015-ramadan-tiba-produk-umkm-tampil-beda-daya-tarik-konsumen-meningkat
Mili.id – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Task Force Sakura Universitas Ciputra, menggelar pelatihan budaya Jepang di bidang kuliner.
Pelatihan diberikan kepada pelaku UMKM di Balai Kelurahan Semolowaru, dibimbing langsung chef dari Jepang. Sekaligus mengundang Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno, pada Selasa.
Aurel Mahasiswa Universitas Ciputra mengatakan, pelatihan sengaja dilakukan jelang Ramadan, untuk menginspirasi pelaku UMKM menambah produk knowledgenya. Ia menyebut, produk kuliner yang jadi materi pelatihan membuat bento cantik.
“Karena banyak sekali pelaku UKM UMKM yang menambah porsi aktifitasnya untuk jualan saat Ramadan. Dengan pelatihan ini kita memberikan inovasi dan inspirasi kepada pelaku UMKM,” terangnya.
Atas pelatihan ini, Anas Karno mengaku mengapresiasi. Mahasiswa papar legislator PDIP itu, mengajarkan pelaku UMKM akan alternatif produk untuk hidangan buka puasa, agar terkesan lebih menarik dari biasanya.
Anas berharap, pelaku UMKM dapat menginspirasi, berkreasi terhadap produknya di momen Ramadan. Karena dengan kreatifitas yang inovatif, iya meyakini produk UMKM akan tampil beda. “Sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen,” jelasnya.
Olivia Gondoputranto Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Task Force Sakura, mengatakan, pelatihan merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, oleh civitas akademika Universitas Ciputra.
“Selain mengajarkan membuat bento cantik, pelaku UMKM juga diajari fotografi makanan untuk katalog produk mereka,” imbuhnya. (*)
DRRD apresiasi mahasiswa Universitas Ciputra latih UMKM Surabaya buat kuliner ala jepang. cakrawalanews.co. 22 Maret 2023
Klik berita:
Surabaya, cakrawalanews.co – Mahasiswa Universitas Ciputra yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Task Force Sakura, menggelar pelatihan budaya Jepang di bidang kuliner, kepada para pelaku UMKM di Balai Kelurahan Semolowaru. Pelatihan yang berlangsung pada Selasa (21/03/2023) tersebut, mengundang Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya Anas Karno. Para pelaku UMKM dibimbing langsung chef dari Jepang.
Legislator Fraksi PDIP Surabaya itu, mengapresiasi pelatihan yang dilakukan para mahasiswa, karena menginspirasi pelaku UMKM untuk berkreasi terhadap produknya di momen Ramadan. “Pelaku UMKM saat Ramadan dituntut lebih kreatif dan inovatif. Dengan kreatifitas yang inovatif, produk UMKM akan tampil beda. Sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen,” jelasnya.
Lebih lanjut Anas mengatakan, pelatihan ini mengajarkan pelaku UMKM akan alternatif produk untuk hidangan buka puasa, yang lebih menarik dari biasanya. Sementara itu Aurel Mahasiswa Universitas Ciputra mengatakan, produk kuliner yang menjadi materi pelatihan adalah membuat bento cantik. “Bento itu artinya kotak bekal jadi kita membuat hidangan serupa kotak bekal yang unik, yang bisa kita jual dan menarik pembeli,” jelasnya. Aurel menambahkan, pelatihan ini sengaja dilakukan jelang Ramadan, untuk menginspirasi kepada pelaku UMKM menambah produk knowledgenya.
“Karena banyak sekali pelaku UKM UMKM yang menambah porsi aktifitasnya untuk jualan saat Ramadan. Dengan pelatihan ini kita memberikan inovasi dan inspirasi kepada pelaku UMKM,” terangnya. Sementara itu Olivia Gondoputranto Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Task Force Sakura, mengatakan, kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, oleh civitas akademika Universitas Ciputra.
“Selain mengajarkan membuat bento cantik, pelaku UMKM juga diajari fotografi makanan untuk katalog produk mereka,” imbuhnya. Menurut Olivia, ketrampilan fotografi penting dimiliki pelaku UMKM untuk memasarkan produknya. “Tampilan produk yang menarik apalagi sekarang segala sesuatu di upload ke sosmed dan dilihat oleh masyarakat. Karenanya harus ada yang beda untuk menarik pembeli,” jelasnya. Olivia mengatakan, konsumsi masyarakat terutama di komoditi makanan dan minuman akan lebih tinggi saat Ramadan dan Idul Fitri. “Orang mau Lebaran itu mereka sudah bersiap bugget. Memang biasanya omset pedagang ketika Ramadan dan hari biasa itu beda. Dengan momentum ini, UMKM juga harus mempersiapkan diri melalui tampilan produk yang menarik dan berkualitas,” pungkasnya.
Sambut Ramadan, mahasiswa dan swasta latih UMKM agar kreatif-inovatif. mercuryfm.id. 22 Maret 2023
Klik berita: https://mercuryfm.id/22/45118/
Surabaya, MercuryFM – Mahasiswa Universitas Ciputra yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Task Force Sakura, menggelar pelatihan budaya Jepang di bidang kuliner, kepada para pelaku UMKM di Balai Kelurahan Semolowaru. Pelatihan yang berlangsung pada Selasa (21/3/2023) tersebut, mengundang Wakil Ketua Komisi B DPRD Surabaya, Anas Karno. Para pelaku UMKM yang dibimbing langsung chef dari Jepang.
Legislator Fraksi PDIP Surabaya itu, mengapresiasi pelatihan yang dilakukan para mahasiswa, karena menginspirasi pelaku UMKM untuk berkreasi terhadap produknya di momen Ramadan.
“Pelaku UMKM saat Ramadan dituntut lebih kreatif dan inovatif. Dengan kreatifitas yang inovatif, produk UMKM akan tampil beda. Sehingga mempunyai daya tarik tersendiri bagi konsumen,” jelas Anas Karno.
Lebih lanjut Anas mengatakan, pelatihan ini mengajarkan pelaku UMKM akan alternatif produk untuk hidangan buka puasa, yang lebih menarik dari biasanya.
Sementara itu, Aurel, Mahasiswa Universitas Ciputra mengatakan, produk kuliner yang menjadi materi pelatihan adalah membuat bento cantik.
“Bento itu artinya kotak bekal. Jadi kita membuat hidangan serupa kotak bekal yang unik, yang bisa kita jual dan menarik pembeli,” jelasnya.
Aurel menambahkan, pelatihan ini sengaja dilakukan jelang Ramadan, untuk menginspirasi kepada pelaku UMKM menambah product knowledgenya.
“Karena banyak sekali pelaku UKM UMKM yang menambah porsi aktifitasnya untuk jualan saat Ramadan. Dengan pelatihan ini kita memberikan inovasi dan inspirasi kepada pelaku UMKM,” terangnya.
Sementara itu, Olivia Gondoputranto, Pembina Unit Kegiatan Mahasiswa Task Force Sakura, mengatakan, kegiatan pelatihan ini merupakan salah satu bentuk pengabdian masyarakat, oleh civitas akademika Universitas Ciputra.
“Selain mengajarkan membuat bento cantik, pelaku UMKM juga diajari fotografi makanan untuk katalog produk mereka,” imbuhnya.
Menurut Olivia, ketrampilan fotografi penting dimiliki pelaku UMKM untuk memasarkan produknya.
“Tampilan produk yang menarik apalagi sekarang segala sesuatu di_upload ke sosmed dan dilihat oleh masyarakat. Karenanya harus ada yang beda untuk menarik pembeli,” jelasnya.
Olivia mengatakan, konsumsi masyarakat terutama di komoditas makanan dan minuman akan lebih tinggi saat Ramadan dan Idulfitri.
“Orang mau Lebaran itu mereka sudah bersiap budget. Memang biasanya omset pedagang ketika Ramadan dan hari biasa itu beda.
Dengan momentum ini, UMKM juga harus mempersiapkan diri melalui tampilan produk yang menarik dan berkualitas,” pungkasnya. (lam)`
Berbicara dari Hati Atasi Wisman Nakal di Bali. swa.co.id. 24 Maret 2023. I Dewa GS. HTB
Klik berita: https://swa.co.id/swa/my-article/berbicara-dari-hati-atasi-wisman-nakal-di-bali
Memasuki tahun 2023, harapan kebangkitan pariwisata di Bali menghadapi persoalan laten yang kerap terjadi. Wisatawan mancanegara/wisman nakal dan melanggar peraturan keimigrasian kembali menyeruak ke permukaan. Keresahan masyarakat Bali akan perilaku tidak sopan dan melanggar etika serta adat istiadat Bali telah direspon oleh Gubernur Provinsi Bali dan Kementerian Pariwisata. Penegakan hukum dilakukan dengan memberi sanksi deportasi serta pencabutan visa on arrival bagi negara yang kedapatan warganya melanggar ijin kunjungan di Bali.
Di tataran praktis, pecalang (polisi adat Bali) memberi inspirasi dan keteladanan tentang cara berkomunikasi dengan konsumen (wisman) yang nakal. Kesabaran dalam menyampaikan persuasi meskipun menghadapi sikap arogan wisman, merupakan praktek keutamaan hidup berbicara dari hati.
Tampak arogansi wisman sebagai guest terhadap warga lokal selaku host, dengan tidak mengindahkan peraturan lalu lintas, tidak menghargai ritual peribadatan yang dilakukan masyarakat, bertindak tidak pantas di tempat-tempat suci di Bali, hingga menjalankan pekerjaan atas inisiatif sendiri yang melanggar ketentuan visa. Padahal, sebagaimana dinyatakan oleh United Nation World Tourism Organization bahwa kerinduan umat manusia akan lalu lintas di muka bumi untuk kepentingan pariwisata merupakan sarana atau katalisator untuk membangun pemahaman dan meningkatkan kelayakan standar hidup.
Telah lama digagas pentingnya seleksi bagi wisman yang akan masuk ke Bali. Namun secara teknis hal tersebut belum diatur dan dipikirkan secara detil. Meski demikian, rintisan untuk menerima tamu secara lebih selektif perlu dimulai. Dasarnya adalah, semakin dibutuhkan wisman yang berkualitas, tidak lagi mengejar jumlah kunjungan, tetapi tingkat pengeluaran dan lama tinggal. Asumsinya, saat ini dengan tingkat kunjungan yang ada, di masa selanjutnya perlu dipertimbangkan potensi tingkat konsumsi dan perilaku yang tidak merugikan kehidupan sosial di destinasi yang dikunjungi.
Model wisata yang ditawarkan pun perlu semakin diprioritaskan pada segmentasi yang relevan dengan wisatawan yang berkualitas. Pertama, MICE (meeting, incentive, conference, exhibition), segmentasi pasar MICE hampir dipastikan memiliki daya beli yang bagus dan memiliki kecenderungan perilaku yang adaptif dengan norma sosial di dalam negeri. Karena itu, segenap potensi yang dimiliki daerah, dianjurkan untuk berbenah lebih serius untuk mendatangkan tamu dari segmentasi industri ini.
Even yang kerap kali mendatangkan wisatawan berkualitas terdiri dari even budaya, olahraga dan musik. Lombok misalnya, dengan kehadiran Mandalika yang akan memiliki sirkuit MotoGP dan Formula 1, menarik minat kunjungan para pecinta olah raga tersebut. Sport tourism menjadi even berkualitas yang diharapakan juga akan mampu menarik segmen wisatawan yang memiliki motivasi yang baik untuk berkunjung. Bahkan kabarnya, potensi pasar internasional untuk dua olahraga itu diperkirakan tidak hanya disediakan akomodasi di Lombok, tetapi juga Bali.
Kedua, segmentasi ekowisata, jenis wisata yang menyelaraskan kelestasian alam dan budaya dengan kegiatan wisata berbasis masyarakat ini, kurang tergarap dengan baik di Indonesia. Padahal, Indonesia memiliki 50 Taman Nasional (TN) yang tersebar di berbagai kepulauan. Di antaranya, Bali dan Nusa Tenggara (6 TN), Jawa (12 TN), Kalimantan (8 TN), Maluku dan Papua (5 TN), Sulawesi (8 TN), dan Sumatera (11 TN). 6 di antara 50 TN tersebut diakui UNESCO sebagai world heritage sites, di antaranya, TN Komodo dan TN Ujung Kulon (diakui tahun 1991), TN Lorentz (diakui tahun 1999), TN Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Bukit Barisan Selatan (diakui tahun 2004).
Segmentasi ekowisata meskipun memiliki karakter selektif dalam kunjungan, tetapi diproyeksikan memiliki tingkat pengeluaran yang tinggi. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan penulis dengan pelaku usaha adventure, diinformasikan bahwa pengeluaran per orang untuk wisman untuk mendaki gunung di Indonesia di atas Rp 100 juta dengan durasi waktu seminggu. Wisatawan ekowisata lebih serius dan niat dalam berwisata. Selain dipastikan mereka tidak akan mengganggu, apalagi merusak, tatanan nilai sosial budaya dan kelestarian alam, juga mereka tak segan untuk mengeluarkan dana dalam jumlah besar sebagai apresiasi terhadap lingkungan hidup di negara yang dikunjungi.
Prinsip dan praktek responsible tourism sebagai bagian dari gelombang baru new tourism menjadi market leader yang menjadi salah satu pertimbangan penting mankala seseorang melakukan perjalanan wisata ke suatu daerah atau negara, layak untuk mulai diterapkan di Bali. Selain itu, berkah yang dimiliki bangsa Indonesia melalui keberadaan TN yang eksoktik, unik dan tiada duanya di dunia ini, juga perlu dikelola sedemikian rupa untuk kepentingan pariwisata yang bertanggungjawab di satu sisi, dan di sisi lain juga berarti mengedepankan prinsip serta praktek konservasi di dalamnya.
Bali telah memikat banyak orang untuk datang. Pendasaran yang kuat dalam paham dan praksis hidup penghargaan dan penghormatan yang tinggi dalam hal relasi dengan Sang Pencipta, alam semesta dan sesama manusia, terasa nyata. Juga praksis berbicara dari hati dan tidak menyimpan dendam yang menjadi inti moral dalam menjaga harkat martabat dan kemanusiaan lintas budaya dan lintas suku bangsa, terasa melengkapi keindahan alam dan budaya Bali. Karena itu, seharusnya wisman yang datang ke Bali juga memiliki personifikasi yang serupa.