Nusantara untuk Berbuka. Kompas. 2 Mei 2021. Hal.13

BISNIS mulai berkembang dan saatnya bagi perusahaan untuk mempersiapkan kekuatan sumber daya manusianya agar dapat mengimbangi geliat baru yang terasa semakin positif ini.

Banyak organisasi mulai mencari tambahan anggota untuk timnya agar dapat meningkatkan kapasitas produksi. Semua berharap agar orang baru ini dapat cepat beradaptasi dengan tim sambil berbagi pengalaman untuk memperkaya pekerjaan tim. Organisasi sibuk menghubungi beadhunter sambil juga mempersiapkan talent pool. Namun, ternyata, calon yang diidam- idamkan sepertinya begitu sulit untuk didapat.

Dalam perkembangan teknologi yang demikian pesat dan terjadinya disrupsi di sana sini, penilaian tingkat keahlian pasti berbanding lurus dengan lamanya pengalaman menjadi sesuatu yang terasa kuno. Memang, keterampilan seorang operator pabrik yang baru bekerja 1 tahun akan berbeda dengan yang sudah bekerja lebih dari 5 tahun. Namun, tingkat keahlian tidak hanya dapat dinilai secara kuantitatif. Seseorang yang belum lama berpraktik sekalipun, bisa saja ahli dalam hal tertentu, karena mendapatkan latihan yang sulit ditambah dengan semangatnya dalam melakukan penggalian data sambil mengembangkan imajinasi dan mempraktikkannya dalam pengalamannya tersebut.

Berpaling dan lebih berfokus pada keahlian akan membuka kesempatan kita untuk merekrut tenaga-tenaga yang lebih muda, kreatif, dan berpikir lebih out of the box. Melihat pasar kita saat ini berisi teman-teman milenial, bahkan Gen Z yang lebih muda lagi, mungkin sudah saatnya bagi kita untuk memerhatikan beberapa ciri kepribadian baru yang sebelumnya tidak menjadi fokus.

The Unconventionals #1: Para Solopreneur

Pada kalangan generasi milenial, bekerja di kantor merupakan pilihan yang tidak terlalu populer lagi. Mereka lebih senang menjadi freelancers, consultants, atau small- business owners. Padahal, kita juga melihat tidak banyak solopreneur yang berhasil. Meskipun jalur ini terlihat menggoda bagi para milenial, bisa jadi mereka sudah lelah dan mulai mencari kemapanan juga. Lelah berjuang sendirian mencari produk baru yang bisa mengalahkan kompetitornya, lelah mengurus tagihan dan hal-hal administratif lain yang penting bagi keberlangsungan usahanya. Di sinilah saatnya kita bisa mengajak mereka bergabung dengan organisasi kita.

Banyak asumsi yang mengatakan, mereka tidak tahan terhadap organisasi yang terlalu terstruktur. Namun, bukankah kita juga tidak tahan dengan organisasi yang mengambil sikap secara kaku? Para solopreneur ini bisa menjadi penguat dalam tim kita karena mereka biasanya lebih mandiri dan memang senang untuk self starting, tidak menunggu perintah. Karena memiliki passion untuk berwirausaha, biasanya mereka lebih mampu melihat big picture dari bisnis perusahaan, di samping empati ke pelanggan dan kompetisi yang juga lebih tajam.

The Unconventionals #2: Industry Shifters

Dalam inovasi, kita mengenal konsep medici effect, yaitu inovasi terjadi dari perbenturan berbagai bidang ilmu yang berbeda, menggu nakan prinsip-prinsip beragam bidang ilmu sehingga bisa menciptakan suatu ide berbeda dari yang yang biasanya. Hal serupa juga bisa terjadi pada mereka yang memiliki latar belakang ilmu berbeda dari bidang yang ditekuninya. Seorang spesialis periklanan yang memiliki latar belakang ilmu komputer dengan minat di data analytics bisa menjadi aset yang sangat berharga karena sebenarnya dalam dunia periklanan kita memang membutuhkan seorang ahli data untuk memahami profil dari target market sebelum kita merancang iklan yang tepat untuk mereka. Ia tinggal sedikit belajar mengenai teknik-teknik periklanan untuk menyesuaikan diri.

Dengan demikian, kandidat unconventional yang memulai kariernya di bidang tertentu, tetapi tiba-tiba berminat berganti haluan sebenarnya bisa menjadi kandidat yang potensial. Bahkan, bila mereka datang dari perusahaan yang memiliki tipologi pelanggan yang mirip, logikanya mengenai pelanggan dapat bermanfaat sebagai nilai tambah.

Kita sering berasumsi, kandidat seperti ini sudah terbentuk pola pikirnya. Ini memang bisa saja terjadi bila yang bersangkutan tidak memiliki sikap belajar. Jadi, yang perlu ditelaah dalam tahap wawancara adalah apakah ia memiliki sikap seorang pembelajar. Bila ya, dijamin ia akan menjadi anggota tim yang andal yang melengkapi keahlian tim.

The Unconventionals  #3: Workforce Re-Entrants

Kita sering terlupa pada karyawan lama yang sempat memiliki kontribusi positif pada organisasi namun berhenti bekerja karena alasan tertentu, seperti melahirkan anak yang dilanjutkan dengan tuntutan mengelola rumah tangga, ataupun yang mengambil cuti terlalu panjang karena ingin melakukan suatu kegiatan berbeda sesuai minatnya. Mereka dapat menjadi kandidat potensial yang dapat kita pertimbangkan untuk diminta bergabung kembali dengan organisasi. Melalui istirahat panjang yang diambil, individu-individu ini juga bisa membangun perspektif berbeda yang berguna bagi organisasi. Mereka bisa jadi juga lebih tahan banting dan lebih bermotivasi untuk bekerja sehingga dapat menjadi contoh bagi anggota tim lainnya.

The Unconventionals  #4: Overqualified Candidates

Manusia bisa berubah. Seorang eksekutif yang pernah bekerja di perusahaan multinasional terbaik di negeri ini sering kita golongkan sebagai orang yang over qualified dengan paket remunerasi yang tidak terjangkau oleh perusahaan Anda. Namun, tidak tertutup kemungkinan, ia juga berganti value dan sekarang ini ingin mendedikasan waktu dan tenaganya ke perusahaan yang memiliki visi yang sama dengan visi hidupnya meskipun skala perusahaan itu lebih kecil dari tempatnya berada sekarang ini. Bisa saja itu adalah perusahaan Anda.

Jadi, kita perlu berhati-hati dalam menelaah pengalaman. “Tidak semua pengalaman diciptakan sama” dan sudah waktunya kita menelaah suatu keahlian secara lebih mendalam, ketimbangan sebuah pengalaman.

 

Sumber:  Kompas. 2 Mei 2021. Hal.13

Bakso Semok Nikmatnya Mentok.Tabloid Kontan.3-9 Mei 2021.Hal.24

Di antara banyaknya penjaja bakso, bakso semok besutan Dede laris pembeli. Ini lang gam bakso kekinian yang tetap diminati.

Malam di tengah pekan itu, hujan sedang deras-derasnya. Namun, kedai bertuliskan Bakso Semox di Ruko Versailles Blok FB, Tangerang Selatan ramai dikerumuni pembeli. Bagian luar kedai yang basah karena ampias tak dipedulikan pembeli demi bisa mendapatkan tempat duduk. Semua dilakukan untuk semangkuk menu andalan Bakso Semox.

Tua muda membaur dalam kedai તi emperan ruko yang letaknya tak jauh dari stasiun Rawa Buntu, Tangerang. Sebagian orang tampak asyik me lihat daftar menu, dan sebagian lagimemesan bakso untuk di bawa pulang. Beberapa ojek daring keluar masuk untuk memesan bakso pelanggan.

Ketika KONTAN bertandang ke kedai yang ukurannya 4×5 meter itu, dalam kurun 30 me- nit ada lebih dari 10 pembeli yang memesan bakso. Para pegawai kedai ini juga sibuk melayani pembeli yang memesan via telepon. Tak heran bila da lam sehari kedai ini bisa menghabiskan 50 kilogram (kg) daging sapi premium dan 30 kilogram rusuk sapi.

Bila kebetulan Anda lewat daerah Tangerang, silakan melipir. Kedai ini buka setiap hari, dari pukul 10 pagi sampai 9 malam.

Sekedar informasi, kedai ini menawar kan beberapa jenis bakso. Nama menu yang mereka sediakan juga cukup unik. Misalnya saja, bakso raja, bakso ratu, bakso mantul, bakso teror, dan mercon, dan bakso jomblo.

Ada juga bakso spesial semox dengan tambahan rusuk sapi di dalam mangkuk. Isian masing-masing bakso sangat beragam, mulai dari daging cincang, telor puyuh, dan keju. Harganya juga macam-macam, berkisar dari Rp 27.000 sampai 69.000 per porsi.

Bila sudah sampai di lokasi, langsung saja pilih meja yang kosong. Warung itu memiliki empat meja panjang dan beberapa kursi di lantai satu dan lima meja berukuran sedang dengan kursi di masing-masing meja. Karena lokasinya berada di dalam ruko, maka situasinya cukup nyaman bagi Anda menikmati semangkuk bakso.

Langsung saja memesan. Tak butuh waktu lama pesanan akan datang. Soalnya, warung ini punya banyak karyawan untuk melayani.

Daging premium

Yuk, ah, kita jajal! Si pemilik kedai, Dede Winingsih atau yang akrab disapa Madam De win menyebut hampir semua menunya digemari.

Salah satu favorit adalah Bakso Semox Raja. Ini adalah semangkok bakso urat dengan rusuk sapi yang tampak menggugah selera. Lihat saja, ada tiga bakso urat berukuran kecil tengah berenang di kolam kuah bakso. Campuran bebas Anda pilih, ada mi kuning, bihun, atau kwetiau

Dalam semangkuk bakso semox raja, ada juga rusuk sapi berukuran besar yang tampak terapung di kuah royal daun bawang dan bawang goreng, plus tauge, daun sawi, serta taburan seledri. Penampilan kuah bakso dan kuah rusuknya berbeda. Kuah bakso tampak kecoklatan dan tampak begitu menggoda seolah minta segera diembat.

Ketika kuah diseruput, citarasanya pecah di mulut. Rasa asin gurih berkecamuk di lidah. Baksonya pun empuk digigit. “Gurihnya kuah karena iga daging sapi yang direbus selama dua jam,” ujar Dede.

Biar makin menantang, silakan cipratkan sambal bermata cabai mencolok dan kecap manis. Wuih, seger! Anda tak akan sadar menghabiskan isi semangkok bakso.

Setelah menikmati kuah dan bakso yang empuk, rusuknya juga tidak kalah rasa. Kata De de, daging sapi lokal yang digunakan tak banyak mengandung lemak. Lihat saja, daging sapi yang cukup tebal masih menempel di tulangnya. Warna daging yang coklat berikut teksturnya menunjukkan tingkat kematangan daging. Sekali gigit, daging akan lepas dari tulang dan luruh di mulut.

Masih belum kenyang?

Coba lagi menu yang lain. Ada Bakso Mantul yang isinya daging cincang tenderloin, bakso telor, bakso daging halus, dan bakso keju. Ketika bakso dengan isi daging cincang di belah, rasanya mulut seakan melahap saja. Dan saat disantap, rasanya benar-benar gurih dan lembut. Pun dengan bakso telor, yang empuk dan sangat matang.

Jajal juga bakso keju. Anda akan terpukau ketika membe lahnya. Tak hanya meleleh di mangkuk, tapi juga rasanya meleleh di lidah. Pokoknya itara sanya lengkap.

Nah, bagi Anda yang mem bawa anak-anak, menu Bakso Teror tampaknya cocok untuk dipilih. Meskipun nama menunya cukup menakutkan, namun isi semangkuk Bakso Teror ti daklah menyeramkan. Ada bakso telor berukuran besar dengan tiga buah bakso urat kecil di dalamnya.

Dede mengatakan, tak ada teknik memasak yang khusus untuk mendapatkan olahan bakso dan rusuk yang enak dan empuk. Dia menuturkan, selain pengolahan daging yang memakan waktu lama, bumbunya hanya rempah nusantara dan campuran tepung. Tak ada bumbu rahasia. “Yang jelas kami sudah memiliki pemasok daging sapi premium yang berkualitas. Sampai sini juga sudah potongan tinggal diolah,” Dede ramah.

Selain ragam menu bakso, Dede juga menyajikan aneka minuman di kedai ini. Selain teh manis atau es jeruk, ada juga es the tarik jelly, es campur es kopi jelly, es jeruk kelapa, es cendol kekinian dan es kelapa muda. Harga minuman berkisar dari Rp 4.000 sampai Rp 28.000 per gelas. Nah, apakah Anda tertarik mbakso atau buka puasa di si ni? Yuk, cuss.

Laris Manis Pengunjung Selebriti

Meski terbilang baru menjajakan kuliner bakso, namun kedai Bakso Semox milik Dede tak pernah sepi pengunjung. Ya, selain melihat sang pemilik yang cantik dan seksi saat meracik bakso, citarasa bakso di kedai ini juga membuat pengunjung yang datang tak pernah berhenti.

“Ya, kira-kira dalam sehari bisa menjual sekitar 200 sampai 300 porsi bakso di kedai” ucap Madam De win, panggilan akrabnya.

Madam Dewin pun tak menyangka bahwa animo pengunjung bisa sebesar itu. Bahkan, tidak hanya kalangan masyarakat pada umumnya yang kerap membeli bakso di kedai, beberapa selebriti Tanah Air hingga politikus juga mencoba Bakso Semox. Sebut saja Dessy Ratnasari, Rizky Kinos, Dimas Beck, Marcell Chandrawinata, Ncess Nabati, Kenta, Diaz Hendro priyono, dan masih banyak lagi.

“Rencananya akan kerjasama dengan Ridwan Kamil. Dalam waktu dekat, Pak Ridwan akan mengajak kami berkolaborasi dengan pelaku usaha lokal di sana,” beber Dewin lagi.

Dewin pun berharap ke depannya, Bakso Semax bisa menjangkau seluruh pecinta bakso di Indonesia. Pasalnya, setelah membuka enam cabang di Tange rang, Bekasi, Kelapa Gading, Bintaro, maka setelah Lebaran hanti, dia akan membuka cabang baru di bilangan Mangga Besar dan Puri.

“Sudah banyak pelanggan yang ajak kerjasama. Tetapi karena masih pandemi belum bisa eksekusi. Mungkin setelah Lebaran bisa eksekusi,” tuturnya.

 

Sumber: Tabloid Kontan.3-9 Mei 2021.Hal.24

Segarnya Kuah Pecak Pak Sastra. Tabloid Kontan. 31 Mei-6 Juni 2021. Hal.24

Berdiri semejak 1990, kedai pe cak sederhana Pak H.Sastra tak pernah sepi pengunjung. Se lain pecak, makanan rumahan khas betawi lengkap di sini.

Mobil tampak berbaris M rapi di pinggir jalan komplek perumahan Kencana Loka, Rawa Buntu, Serpong Tepatnya di jalan sebelah SD Cikal Harapan BSD.

Bagi orang yang belum tahu, akan berangapan bahwa mobil tersebut  milik pengantar anak sekolah. Namun, di saat pemberlakuan sekolah secara online seperti sekarang ini, barisan mobil di jalan tersebut tetap padat. Ternyata, tujuan para pendara mobil tersebut adalah kedai di sebelah SD cikal Harapan, yakni Pecak Pak H. Sastra.

Jika mencarinya lewat peta digital, Anda tidak akan menemukan papan nama di kedai atau bahkan di jalan masuknya. Anda baru akan menyadari bahwa ada kedai di situ, jika sudah melintasi sungai kecil lewat jembatan besi kokoh

Sampai di jalan masuk itu, baru tampak deretan meja kursi tertata rapi dan ruang untuk makan lesehan. Kedai ini ber atap namun tak berdinding dan berbatasan langsung dengan pohon-pohon besar. Di era normal baru masa pandemi, kedai bisa menampung sekitar 30 orang dengan tetap menjaga jarak tempat duduk

Sebelum memilih makanan yang ada di meja panjang, ada baiknya Anda memilih tempat duduk. Jika tidak, bisa-bisa Anda tidak kebagian meja dan kursi. Pasalnya, kedai ini tidak pernah sepi.

Henni, generasi kedua pemilik kedai ini mengatakan bahwa kedai ini buka dari jam 08.30 hingga jam 14.00. “Jam 08.30 sudah ada masakan tapi belum lengkap. Nanti jam 14.00, ma kanan sudah habis ya kami tutup,” kata Henni.

Nah, Anda bisa langsung mengambil piring dan menuangkan nasi sesuai selera. Di meja saji yang panjang, tersedia banyak pilihan makanan khas betawi. Seperti ikan asin, jengkol, ayam goreng, dan banyak pilihan lauknya. Selain itu, ada karedok, tumis genjer sayur asem, lengkap dengan lalapan.

Pilih ikan sendiri

Nah, bagaimana dengan ikan yang menjadi ciri khas dari kedai ini? Jika ingin mencicipi pecak ikan, Anda bisa pesan lewat pramusaji yang berjaga di sekitar meja.

Pilihan ikannya beragam, ada mujair, lele, gurame dan nila. “Bisa ke dapur pilih ikannya sendiri. Tapi memang favorit nya nila,” kata Henni.

Jika sudah sering ke kedai ini, mereka akan langsung menuju dapur untuk memilih ikan yang telah matang. Lalu, baru menuju meja lauk untuk mengambil nasi dan makanan pelengkap.

Setelah bingung lantaran tergoda dengan pilihan maka akhirnya pilihan jatuh pada pe-cak ikan nila dan untuk sayurnya jatuh pada tumis genjer. Tumis genjemnya gurih dan tidak pahit samasekali. Pengolahannya begitu pas.

Pecak disajikan secara terpisah dengan kuahnya. Jika ternyata tidak suka dengan ku ahnya, Anda bisa mencocolnya dengan sambal dadak yang ikut disajikan dengan pecak tersebut. Sementara untuk lauk lainnya, Anda bisa mengambil di piring kecil maupun disatukan dengan nasi.

Tak lama ikan pun tersaji di atas meja. Wah, karena memang proses masaknya yang selalu baru, ikan nila yang di sajikan masih hangat, sementara kuahnya pun masih panas sehingga wangi khas rempah-rempah dari pecak menguar. Sambal dadak, yang baru saja selesai diuleg disajikan de ngan potongan jeruk nipis membuat lidah tak sabar mencicipinya.

Sedikit ikan dicocol pada sambal dadak. Wow, rasanya benar-benar mantap. Sambal mentah pedas gurih dan sedikit asam, bercampur dengan daging ikan yang matang sempurna. Pedas, tapi membuat tak ingin berhenti makan.

Giliran mencicipi kuah pecak. Cuilan ekor ikan dicemplungkan pada kuahnya. Lantas seruput sedikit kuahnya. Rasa jahe dan kunci menyatu di mulut. Segar dan gurih. Apalagi ada irisian mangga muda di dalamnya, makin membuat segar.

Sagita, salah satu pengunjung kedai tersebut mengaku terbius dengan kenikmatan pecak nila ini. “Saya suka banget pecak. Dan di sini tuh rasanya khas. Seger. Murah juga harganya,” kata Sagita.

Untuk menikmati pecak ikan, Anda cukup merogoh uang Rp 20.000 saja. Sementara tumis genjer per piring kecil harganya Rp 5000 rupiah.

Beda harganya, jika Ada mengambil nasi lengkap dengan dua lauk atau sayur pada satu piring, yakni Rp 12.000.

Apa Anda penasaran men cicip pecak Pak Sastra yang eksis puluhan tahun ini?

Kena  Dampak Pandemi

Lokasi kedai Pecak Ikan H. Sastra terbilang strategis, karena berdekatan dengan beberapa sekolah. Henni, anak dari pemilik kedai kedai ini mengatakan banyak orangtua murid yang mampir dan beli makanan di mereka, usai mengantar anak sekolah , ada pula orangtua murid yang setia nongkrong di Pecak Pak H. Sastra sembari menunggu anak mereka pulang sekolah.

Karena pandemi korona, seperti juga di banyak tempat lain, sekolah-sekolah sekitar Pecak Pak H.Sastra ditutup Murid-muridnya belajar dari rumah. Alhasil, kedai H. Sastra kena getahnya. Jika biasanya dari pagi, warung sudah ramai sekarang ceritanya berbeda. “Awal-awal Covid malah sepi banget. Biasanya kan Ibu-ibu habis antar anak beli lauk di sini, eh sekolah ditutup” ujar Henni Tambah lagi, banyak kantor menerapkan sistem bekerja dari rumah, sehingga karyawan pelanggan warung juga hilang

Kini, kendati pandemi masih berlangsung dan sekolah belum buka, Pecak Ikan H. Sastra kembali ramai. Henni bercerita, belakangan tiap hari ia bisa menjual  sekitar 100 kilogram ikan nila, berisi 3-4 ikan per kilo

Karena ramai, Henni dibantu karyawan berjumlah lima orang itu juga ditambah bantuan dari keluarga dan kerabatnya yang tinggal di sekitar kedai. “Yang kerja di sini masih saudara. Ada tetangga juga. Ya daripada nganggur di rumahkan, diajak bantu-bantu di sini,” kata Henni

 

Sumber: Tabloid Kontan. 31 Mei-6 Juni 2021. Hal.24

Sedap Manyung ala Bu Fat. Tabloid Kontan. 24-30 Mei 2021. Hal.24

Ke Semarang tanpa menyicipi masakan Bu Fat, rasanya ada yang ketinggalan. Kedai legen daris ini jadi salah satu ikon kuliner baru.

Berbeda dengan daerah lain, di Semarang, mangut identik dengan ikan asap. Aroma asap yang tertinggal dalam olahan masakan ini sangat khas dan begitu menggoda untuk menyantapnya.

Meski kini banyak kedai yang menyajikan mangut, salah satu yang legendaris adalah warung makan Kepala Manyung Bu Fat. Kedai yang terletak di Jl. Ariloka, tak jauh dari bandara Semarang ini, sudah menyajikan mangut ikan asap sejak 1980’an. Tak heran, kini pe langgannya datang dari berbagai kalangan, mulai pejabat hingga artis ibukota.

Seperti namanya, kepala manyung menjadi menu andalan. Manyung merupakan nama lain ikan jambal roti yang sering diolah menjadi ikan asin.

Porsi yang besar menjadi standar kedai Bu Fat. Coba kita pesan satu. Nah, nenar saja, ketika mangut kepala manyung datang dalam sebuah piring, ukurannya cukup besar. Sepertinya, porsi ini cukup bila di makan dua atau tiga orang.

“Porsi kami dua kali lipat yang ada di pasaran, makanya lebih mahal,” kata Teguh Sut risno, pemilik kedai. Mangut kepala ikan ini dibanderol mulai Rp. 75.000 – Rp. 250.000 tergantung ukurannya.

Mangut kepala manyung disajikan dalam kondisi sudah terbelah supaya lebih mudah disantap oleh pemesannya. Berwama kuning kemerahan, terlihat masakan ini berlimpah bumbu dan pedas. Tampak menggugah selera!

Sedikit menyeruput kuah mangutnya, rasa gurih, legit dan pedas berpadu sempurna. Kuahnya bersantan, tapi tak pekat, kentalnya pas. Segera saja, tangan ingin mencongkel daging ikan yang banyak terselip di antara tulang rawan kepala ikan.

Ya, menyantap mangut kepala ikan langsung dengan tangan menjadi kenikmatan tersendiri. Sesekali jangan lupa menyesap bumbu yang terting gal di rongga-rongga kepala ikan. Sedap!

Pemasok manyung

Dulu, Fatimah, sang pendiri kedai yang juga ibu dari Teguh, memilih ikan manyung lantaran dagingnya tak mudah hancur saat dimasak. Teksturnya padat tapi tetap lembut. Bumbu pun bisa meresap pas.

Teguh bilang, mereka biasa memasak ikan-ikan secepatnya ini dari sejak subuh menjelang. “Sampai sekarang kami masih mempertahankan resep yang diwariskan almarhum ibu,” kata dia.

Berdiri sejak 1969, kedai ini berawal dari warung rumahan. “Dulu ibu menjual bermacam masakan seperti ramesan dan hanya melayani warga kampung sini,” kenang Teguh. Di warungnya yang sederhana, Fatimah menata baskom berisi masakannya, berjejer-jejer di sebuah meja memanjang. Warungnya biasa tutup, jika Bu Fat mendapat pekerjaan lain.

Nah, baru sekitar tahun 1985, Bu Fat memasak mangut ikan asap. Mulanya, dia hanya mengolah potongan daging ikan. Namun, sejak ada sentra pengasapan ikan dekat rumahnya, Fatimah melirik kepala manyung untuk dia olah juga menjadi mangut.

Kepala ikan manyung ternyata menjadi ciri khas kedai Bu Fat. Menu ini pula yang bikin kedainya kondang. Permintaan yang terus bertambah pun memaksa Fatimah mencari pemasok kepala manyung dari sentra pengasapan di Demak. “Mereka kapasitasnya besar dengan kualitas yang lebih baik,” terang Teguh.

Alasan lainnya, pemasok ikan asap ini juga mampu menyiapkan potongan yang besar. Satu kepala ikan bisa mencapai berat satu kilogram, sementara di pasaran biasanya hanya setengah kilogram. “Ini karena pelanggan sekarang mintanya yang besar,” kata Teguh.

Hingga kini, kepala ikan ma nyung jadi menu favorit wa rung Bu Fat. Dalam sehari, mereka bisa menjual lebih 50 porsi kepala ikan. “Sebelum pandemi bisa dua kali lipat sampai satu kuintal,” ucap Teguh.

Selain ikan manyung, warung Bu Fat juga menyajikan mangut ikan sembilang, ikan pe (ikan pari) dan belut. Tersedia pula aneka tumis, seperti tumis papaya, kikil, sambal pete.

Tak hanya di Semarang, keluarga Bu Fat juga mengem bangkan kedainya ke kota besar lainnya, seperti Jakarta dan Surabaya. Di Jakarta, mereka sudah membuka dua cabang, yakni di Cempaka Putih dan Cipete. “Semuanya dikelola oleh keluarga sendiri, anak dan cucu Bu Fat,” jelas Teguh.

Sementara di Semarang, warung Bu Fat juga bisa ditemui di Paragon Mal dan kawasan Banyumanik. Kedai buka setiap hari mulai pukul 10.00-20.00 WIB.

Kondang Berkat Lomba Kuliner

Deretan foto pengunjung dari orang-orang terkenal menjadi pemandangan yang langsung tertangkap mata begitu masuk ke Warung Makan Kepala Manyung Bu Fat. Siapa sangka, warung makan ramesan yang dulunya sangat sederhana ini, kini menjelma menjadi salah satu ikon kuliner kota Semarang.

Teguh Sutrisno, anak ke-6 Fatimah yang kini diberi tanggungjawab mengelola kedai bercerita, popularitas mangut kepala ikan manyung ini tak lepas dari peran media. Ceritanya, sekitar tahun 2009, ada seorang jurnalis yang sedang liputan, memberinya in formasi adanya lomba kuliner tingkat Semarang.

Teguh pun tertarik mengikuti lomba tersebut. Dengan membawa olahan mangut kepala manyung, ternyata warung Bu Fat berhasil menggondol juara satu dalam lomba tersebut. “Sejak saat itu, lebih banyak masyarakat yang jadi kenal warung kami dan banyak pula media yang meliput” papar Teguh.

Berkat semua itu, sejumlah pejabat pemerintah kota juga sering menyambangi Warung Kepala Manyung Bu Fat. Tak jarang, para pejabat ini mengajak pula tamu-tamu mereka.

“Pak Hendi (walikota Semarang) juga sering dating ke sini, bersama rombongan menteri,” kata Teguh.

Karena sudah tenar, Teguh pun berani mengikuti lomba tingkat nasional. Puncaknya pada 2018 lalu, warung Bu Fat mengikuti lomba kuliner yang di selenggarakan produsen kecap ternama. “Kami dapat juara satu, hadiahnya Rp 100 juta,” cetus Teguh.

 

Sumber: Tabloid Kontan. 24-30 Mei 2021. Hal.24

Gaoyou, Ibu Kota Kuning Telur Dobel.Kenikmatan Kuliner yang Berlipat.Harian Disway.15 Mei 2021.Hal.16-17

Ya, Gaoyou, wilayah kecil di dalam Y: kota Yangzhou, memang disebut sebagai ibu kota kuning telur dobel”. Sebab, di sana banyak telur bebek yang cukup unik. Di dalam satu telur, keningnya ada dua. “Hampir seluruh telur di dapur saya punya kuning dua,” kata seorang koki di sebuah restoran di sana.

“Kalau orang membayangkan telur yang keningnya ada dua, mereka pasti juga membayangkan Gaoyou,”ucap David Yan, warga provinsi Jiangsu yang bekerja sebagai pemandu wisata di Wild China.

Gaoyou memang punya wilayah geografis yang sangat cocok untuk perkembangan bebek. Di sana ada Danau Gaoyou, danau air tawar terbesar di provinsi tersebut. Danau alami itu tidak hanya menjadi tempat perkembangbiakan bebek liar la juga menjadi simpul lalu lintas air di kawasan tersebut.

Warga pun banyak yang beternak bebek. Sehingga, industri telur asin pun maju pesat. Itu ditunjang dengan produksi garam yang melimpah di kawasan utara Provinsi Jiangsu. Kawasan payau itu menjadi salah satu sumber utama produksi garam di Tiongkok. “Kawasan itu adalah episentrum industri garam,” kata Miranda Brown, profesor kajian Tiongkok di University of Michigan. “Di situ, orang punya danau untuk perkembangbiakan bebek, lalu garamnya diambil dari tempat yang dekat,” ucap Miranda.

Dengan demikian, telur asin dari Gaoyou pun sudah dikenal orang sejak lama. Kaum berada bahkan menjadikan telur asin tersebut sebagai sebuah sajian yang berkelas. Jadi, telur asin bukanlah makanan darurat yang biasa disantap anak-anak kos di akhir bulan.

Di akhir abad ke-18, Yuan Mei, pakar gastronomi di era Dinasti Qing mengatakan, “Telur asin dari Gaouyou sangat lezat, Kuning telurnya berwarna kemerahan dan sedikit berminyak.”

Kini, para peternak di Gaoyou merasakan bahwa tolur dengan kuning dobel itu begitu menguntungkan mereka. Telur itu dihargai lebih mahal karena ketika menjadi makanan, kelezatannya pun berlipat ganda.

Selain itu, telur dengan kuning dobel Itu juga menandakan keberuntungan. Sebab, telur itu cukup langka. Dari seluruh telur, mungkin hanya 2-10 persen yang kuningnya dobel

Dan awalnya, telur berkuning dobel itu memang tidak ditetaskan oleh para petemak. Karena, meri atau anak bebek yang dihasilkan biasanya akan cacat dan tidak bertahan hidup.

Kini, para petani di sana bahkan sengaja memproduksi telur bebek berkuning ganda. Caranya, yang dibuahkan adalah bebek-bebek yang punya jejak keturunan anomall. Mereka kerap menghasilkan telur berkuning ganda.

Mereka juga memilah tolur bebok sejak ditetaskan. Telur itu diteropong dengan cahaya untuk melihat jumlah kuning telumnya. Yang berkuning satu akan dieramkan lagi atau dijual dengan harga normal. Sedangkan telur berkuning dobel akan menjadi komoditas yang lebih mahal.

Telur berkuning dobel itu yang akan diasinkan,” kata Hu Ruixi, co-founder Lost Plate, perusahaan wisata kuliner di Tiongkok.

Maka, di pasar-Pazar di Yangzhou, jumlah telur asin berkuning dua itu jauh lebih banyak ketimbang telur normal.

Kepada para turis, Hu selalu menjelaskan cara makan telur asin yang benar. “Jangan pisahkan kuning dan putihnya. Makan keduanya secara bersamaan agar cita rasanya komplet. Saya juga enggak falu suka putihnya. Terlalu asin,” ucapny

Tetapi, kuning telur itulang menjadi pusat kenikmatan Sangat lembut dan creamy,” kat Hu. Apalagi kalau dobel, hmm… (Doan Widhiandono)

 

Sumber: Harian Disway.15 Mei 2021.Hal.16-17