Sunny Gho Memperluas Industri Komik Lokal
Kecintaan Sunny Gho (33) pada komik tak menyurutkan langkahnya meski merasa salah mengambil jurusan kuliah. Berbagai cara di lakukannya untuk tetap bisa berkarya membuat komik, sampai kemudian mendirikan stellar Labs dan menjadi salah satu penggagas festival budaya populer, popcorn Asia di Jakarta.
OLEH SUSIE BERINDRA
Aku memang suka komik dari kecil. Dengan harapan mendapat ilmu menggambar , aku memilih kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Trisakti. Tapi ternyata , disana malah enggak di ajarkan menggambar, kecewa juga sih. Kata Sunny mengisahkan permulaan perjalanan kariernya sebagai comic artist.
Untuk mengasah kemampuannya. Sunny bergabung dengan klub design Comic society di kampusnya. Meski merasa tak bisa mengembangkan bekatnya lebih baik Sunny bersama teman-temannya mengikuti pameran di pekan Komik Nasional Universitas Petra Surabaya, tahun 2002. Dari acara itu mereka bertemu dengan banyak komunitas dari sejumlah kota seperti Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.
“Dari situ saya melihat bisa sukses dengan menjadi komikus dan saya menentukan bakat saya sebagai colorist. Kemudian ketika lulus kuliah saya tetap bertahan dengan komik. Sama sekali enggak mau kerja di bidang advertising seperti teman – teman lainnya kata Sunny.
Sebagai mahasiswa yang bisa menghasilkan uang, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri. Saat itu, sunny diajak oleh temannya untuk menggarap sebuah komik terbitan PT Elex Media Kompuindo. Awalnya , sunny tidak percaya diri karena harus mewarnai komik dengan komputer.
Dengan waktu yang singkat , dia pun belajar mewarnai komik dengan menggunakkan slylus. Lumayan untuk seseorang mahasiswa mendapatkan honor sebesar rp. 35.000 per halaman dengan terget 52 halaman satu bulan sekali, tapi akibatnya saya terlambat lulus kuliah tahun 2005 karena keasikan ngurusin komik “ujar Sunny”
Seusai kuliah, jalan untuk mengembangkan komik lokal kembali buntu karena komik lokal terbitan Elex di hentikan . Ahkirnya, seperti para komikus di Indonesia lainnya, Sunny pun menawarkan karyanya ke luar negeri. Sampai kemudian dia mendapat pekerjaan dari orang Jerman yang melihat karyanya di Devianart.
“Untuk satu gambar, saya bisa mendapat honor 100 dollar AS. Tahun 2006 itu, jika saya mendapat proyek dua gambar saja, saya bisa mempunyai penghasilan yang sama dengan mahasiswa yang baru lulus,” kata Sunny.
Di tahun yang sama, Sunny bergabung dengan Imaginary Friends Studio di Singapura itu menawarkan kerja sama dengan membangun cabang di Jakarta. Jadilah Sunny mengumpulkan sekitar 30 komikus untuk mendirikan studio komik cabang dari Singapura. Di bawah Imaginary, Sunny dan teman-temannya mengerjakan komik Marvel dan DC Comics.
Studio komik
Apakah cukup puas hanya sebagai tukang gambar atau mewarnai saja? Sayang sekali, padahal bakat komikus di Indonesia tak kalah dengan luar negeri. “Aku berpikir kapan bisa komik yang asli Indonesia, kok, selama ini kita hanya bekerja untuk luar negeri,” ujarnya.
Sedikit demi sedikit, Sunny mulai membangun cita-citanya untuk mengembangkan industry komik local. Dia mendirikan Makko Publishing menebitkan komik local di internet. Pada 2010, Makko Publishing menerbitkan komik Rokki di majalah Hai. Sayangnya, hanya berjalan selama satu tahun.
Meski hanya sebentar, Makko sempat menorehkan prestasi dalam industry kreatif. Salah satu komik terbitan Makko Publishing yang berjudul “5 menit Sebelum Tayang” karya Ockto Barimbing dan Muhammad Fathanatul Haq berhasil memenangi Silver Award di 6th International Mangan Award di Jepang.
Padal 2012, Sunny memisahkan diri dari Imaginart Friends Srudio mengerjakan proyek komik dari luar negeri, Sunny terus mencari cara bagaimana bisa mengembangkan komik local dengan konten khas Indonesia. Dia pun menjadi salah satu penggagas festival budaya popular Popcorn Asia bersama Grace Kusnadi dan Marlin Sugama.
“Pertama kali digelar tahun 2012, Popcon masih menghadirkan tamu dari luar negeri. Kami memberikan kesempatan kepada komikus, pencipta games, dan mainan untuk memamerkan karyanya. Lalu, pada 2015, barulah Popcon lebih banyak menghadirkan konten local yang tidak kalah dengan luar negeri,” kata Sunny.
Nah di Popcon 2015, Sunny memberanikan diri meluncurkan majalah komik Mook yang mengangkat cerita asli Indonesia. Beberapa nama komikus terkenal yang mengisi majalah Kosmik, seperti Ockto Bringbing, Swetta Kartika, dan Faza Meonk. Dengan tagline #KomikUntukSemua, Kosmik yang pertama terbit langsung laku 1.000 eksemplar dalam waktu satu setengah hari saat Popcon Asia 2015.
Beberapa cerita di Kosmik mengangkat tentang Indonesia. Salah satunya “Suryaraka” karya Ockto dan Catur yang mengisahkan kisah heroic kelahiran Kerajaan Majapahit. Lalu, ada komik “Jamu S.A.K.T.I” yang member resep ramuan jamu untuk kesehatan.
Cerita unik lain tentan gastronot wanita bernama Rixa. Untuk komi ini, Sunny bekerja sama denga Lembaga Penerbangan dan ANtaruiksa Nasional (Lapan) yang ingin mengenalkan profesi astronot kepada masyarakat. Hingga kini, Kosmik sudah terbit dua kali.
“Aku ingin ketika orang di luar Indonesia membaca Kosmik langsung tahu itu komik asli Indonesia. Tetapi, ceritanya juga harus bisa dimengerti oleh mereka,” ujar Sunny.
Kini, untuk lebih mengembangkan komik local, Stelar Labs bergabung dengan Glitch merupakan produsen mainan yang benar-benar asli karya anak bangsa. Kami ingin mengangkat talenta Indonesia ke panggung dunia. Bukan hanya sebagai pasar mainan dari luar negeri atau sebagai tukang gambar saja, melainkan juga harus mempunyai keunikan tersendiri,” kata Sunny.
Perjuangan untuk mengenalkan komik Indonesia memang masih panjang. Tak boleh berhenti sampai di sini. Talenta anak bangsa harus bisa bersaing di kancah international.
KOMPAS, RABU, 18 NOVEMBER 2015