Kertamalip Kepala Desa “Online”

Kepala Desa Online. Kompas. 25 Februari 2016. Hal.16

Berada di kaki Gunung Rinjani, berjarak sekitar 95 kilometer dari Mataram, ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, ternyata Pemerintah Desa Karang Bajo, Kecamatan Bayan, Lombok Utara justru melek internet. Berbagai informasi desa dibuka secara “online”, pelayanan bagi warga dipermudah. Semua itu tak lepas dari kerja keras Kertamalip (50) sang kepala desa.

OLEH ILHAM KHOIRI

“Angin puting beliung dibarengi hujan besar Senin lalu, 1 Februari 2016, jam 15.00 Wita, mengangkat semua atap rumah Inaq Gani tanpa tersisa, membuat isi rumah berantakan, sementara penghuni rumah pergi mencari nafkah. Begitu pulang, atap rumahnya sudah tidak ada, spontan pemilik rumah menangis.”

Demikian status Kertamalip, dengan nama akun Bang Ardes, pada laman Facebook-nya, 7 Februari 2016. Catatan itu dilengkapi foto rumah mungil berdinding batako tanpa plester yang kehilangan seluruh atapnya. Puluhan orang menyukainya (like) dan beberapa berkomentar.

“Sedih melihatnya, Pak Kades,” kata seorang warga. “ Jangan jadi tontonan, tapi mari kita bantu,” sahut warga lain. Ada yang langsung bertanya, “ Kapan kita gotong royong untuk memperbaikinya?”

Atas semua itu, masih di laman Facebook, Bang Ardes merespons, “Jika uangnya terkumpul, baru kita gotong royong.”

Lewat media social, Kertamalip mengajak warga untuk mendiskusikan berbagai persoalan desa. Tak Cuma bercuap cup di dunia maya, kepala desa itu juga bergerak nyata di lapangan. Dai sudah membuat laporan kerusakan ruman Inaq Gani ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lombok Utara. Pada saat bersamaan, dia menggalang sumbangan.

“Butuh dana sekitar 15 juta untuk memperbaiki rumah itu, seperti untuk beli kayu, atap seng, atau ongkos tukang,” ujarnya.

Obrolan di facebook itu sedikit menggambarkan bagaimana Kertamalip memanfaatkan teknologi informasi untuk membicarakan berbagai persoalan desa. Tentu, proses komunikasi lewat media social itu hanya proses awal yang ditindaklanjuti dengan langkah-langkah nyata di lapangan. “ Dengan system online, kami berkomunikasi dengan warga, tanpa warga datang ke kantor desa,” katanya saat ditemui di rumahnya di Karang Bajo, suatu sore, awal Februari 2016.

Kami berbincang di barugak, balai kecil tanpa dinding di depan rumah. Kertamalip memaparkan system informasi desa sambil membuka computer jinjing yang terkoneksi internet. Di luar, hujan deras mengguyur.

Kanal-kanal informasi

Meski berada di pedalaman, Desa Karang Bajo memiliki system informasi yang lengkap. Selain Facebook dengan nama akun Bang Ardes dan Desa Karang Bajo, Kertamalip juga aktif mrngrmbangkan blog http://desakarangbajo.blogspot.co.id/ dan situs http://karangbajo-lombok-utara.sid.web.id/. Di kanal kanal itu warga memperoleh berbagai informasi, mulai dari sejarah desa, visi-misi pemerintahan desa,program pembangunan,laporan keuangan,berita,peraturan desa, sampai statistic.

Ada juga informasi pelayanan, seperti membuat KTP, kartu keluarga, atau catatan sipil.warga yang mau mengurus semua itu bisa menyiapkan berbagai persyaratan bagaimana tercantum di blog tau situs.saat datang ke kantor desa, proses administrasi bisa berjalan lebih cepat. “Kami pernah meluncurkan pelayanan 5 menit selesai,” ujar Kertamalip.

Kanal-kanal online itu juga menerima pengaduan dari warga. Kepala desa tak hanya menerima berita menyenangkan, tetapi juga bermacam aspirasi, keluhan, serta kritik yang penting untuk membangun daerah itu.

Kertamalip juga sempat aktif di twitter dengan akun @ArdesBang. “Tapi, sudah tidak aktif lagi setelah kelupaan kata kuncinya,”katanya.

System informasi Desa Karang Bajo juga leluasa diakses public luas. Saat ini, blog dan situs desa karang bajo sudah diakses leh puluhan ribu pengunjung. Desa ini juga langganan kunjungan langsung dari mahasiswa peneliti, atau pejabat pemerintah.

Atas pencapaian itu, Kertamalip mengantongi sejumlah penghargaan. Sebut saja, anugrah Kepala Desa Pelopor Good Governance dalam Pengelolaan Keuangan Desa (2015), Kepala Desa Berprestasi Bidang Informasi Desa (2013),serta Kader  Lestari Bidang Kesehatan dari Kementrian Kesehatan Rid an penghargaan Pelita Nusantara yang diserahkan wakil Presiden Boediono (2013).

Penghargaan terakhir itu diberikan berkat kegigihan Kertamalip dalam menekan angka kematian ibu melahirkan sampai nol. Desa itu memiliki ambulans yang siap menjemput ibu hamil yang akan melahirkan untuk di bawa ke puskesmas.

Bermula Dari Radio

Pengembangan system informasi desa itu bermula dari aktivitas Kertamalip di radio. Pada  tahun 2002, dengan peralatan siaran yang dibeli dari hasil patungan warga, dia bersama teman temannya membuat radio komunitas, Primadona FM. Radio itu menyiarkan berita local, informasi, dan tembang sasak. Kertamalip tampil sebagai penyiar dengan nama udara “Bang Ardes”

Tahun 2007, Kertamalip terpilih menjadi Kepala desa Karang Bajo, yang merupakan hasil pemekaran. Dibangunlah studio, radio dikantor desa.bang Ardes sesekali masih tampil, terutama untuk acara Informasi dan Musik alias Infus pada malam hari. Penggemarnya kian banyak.

Namun, studio radio itu sempat rusak. Pada saat bersamaan, Kertamalip mulai tertarik pada teknologi internet. Diluncurkanlah blog http://desakarangbajo.blogspot.co.id/ pada tahun2010, lalu http://karang-bajo-lombokutara.sid.web.id/ pada 2014. Situs terakhir itu merupakan program pemerintah.

Sebenarnya Kertamalip tak punya latar belakang pendidikan komunikasi, apalagi teknologi internet. Pendidikan terakhirnya adalah SMEAN 1 Mataram Jurusan Tata Usaha. Bahkan setelah lulus, dia pernah menjadi kepala madrasah ibtidaiyah setempat. Selain itu, dia juga bertani padi seperti mayoritas warga.

Namun,ketika mulai aktif sebagai anggota staf pemerintah desa, Kertamalip menyadari betapa pentingnya system informasi desa. Dia pun tertantang untuk mempelajari dan menerapkan teknologi informasi. Itu tak mudah diwujudkan di desa yang ada di pelosok dengan sebagian warganya masih kurang mampu. Apalagi, sinyal internet di situ kurang stabil.

Saat pertama diluncurkan, blog itu dicibir sebagai program gagah-gagahan saja. Namun, seiring dengan penguatan internet dari telepon genggam serta tampilan blog dan situs kian informative, perjuangan itu disambut positif. System ini mendorong desa lebih transparan, sementara warga memperoleh informasi dan pelayanan lebih mudah.

“Jika pemerintah bisa membantu fasilitas Wi-Fi, tentu kami lebih bisa berkembang lagi,” harap Kertamalip.

 

                KERTAMALIP

  • Lahir : Dasan Baro, 25 Desember 1965
  • Pendidikan : SMEAN 1 Mataram (1986)
  • Istri : Limanim
  • Anak: Arniati, Rusniatun, Siti Aisyah
  • Riwayat Pekerjaan :
  • Kepala Madrasah Ibtidaiyah (MI) Tumpang Sari
  • Pembantu PPN di Desa Bayan, Desa Senaru, dan Desa Karang Bajo
  • Kepala Desa Karang Bajo (2007-2013,2013-2019)
  • Penghargaan :
  • Kepala desa pelopor good governace dalam pengelolaan keuangan desa (2015)
  • Kepala desa berprestasi bidang informasi desa (2013)
  • Kader lestari bidang kesehatan dari kementrian kesehatan (2013)
  • Penghargaan pelita nusantara, diserahkan wakil presiden Boediono (2013)

 

UC LIB-COLLECT

KOMPAS.25 FEBRUARI 2016.HAL.16

Kendrick Lamar Kemenangan untuk Hip Hop

Kemenangan untuk Hip-Hop. Kompas. 18 Februari 2016. Hal.16

Nama penyanyi rap Kendrick Lamar(28) berkibar di Grammy Awards 2016 .Dari 11 ketegori yang didominasikan kepadanya,dia memenangi lima.Lamar menyebut pencapaian itu sebagai kemenagan untuk hip hop.

 

OLEH DWI AS SETIANINGSIH

 

“Ini untuk hip hop,”ujar Lamar sesaat setalah menerima piala berbentuk gramofon dari tangan penyanyi rap Ice Cube.” Ini untuk Snoop Dogg ‘Doggystlye,’ ini untuk ‘Illmatic’, ini untuk Nas. Kita akan ‘Hidup’ selamanya,percayalah,”tambah Lamar yang mendedikasikan Grammy di tangannya untuk para pendahulunya itu.

Nas dan Snoop Dogg yang disebut Lamar adalah dua dedengkot hip hop yang telah berkali-kali mendapat nominasi Grammy untuk kategori serupa.Namun ,baik Nas maupun Snoop belum pernah berhasil merebut Grammy,penghargaan paling bergengsi di ajang musik dunia.

                Lamar merebut Grammy untuk kategori The Best Rap Album,Best Rap Performance (“Alright”),Best Rap/Sung Collaboration (“ These Walls,” bersama Bilal,Anna Wise ,and Thundercat), Best Rap Song (“Allright”), dan Best Music Video(“Bad Blood,” bersama Taylor Swift).

Mendapat II nominasi Grammy  lima diantaranya ia menangi bukanlaj pencapaian yang biasa,apalagi untuk musisi hip hop.Dalam sejarah Grammy,peraih nominasi terbanyak adalah Michael Jackson,si legenda pop,dengan 12 nominasi pada Grammy Awards 1984,

Karena itu,Lamar menganggap II nominasi yang ia terima adalah bukti pengakuan publik atas kerja kerasnya.Albumnya bermakna lebih dari sekedar kumpulan lagu.”Kami(musisi) membanggakan diri kami dengan itu.Tak hanya lirik atau musiknya saja yang diapresaiasi,tetapi juga musicianship (kepiawaian menampilkan musik) kami,” ujarnya

Kemenangan Lamar di ajang Grammy juga menjadi catatan penting untuk sejarah dan kultur hip hop,serta seluruh komunitas hip hop .Apalagi selain Lamar,Run DMC,salah satu grup hip hop paling berpengaruh di dunia,juga merebut penghargaan Grammy Lifetime Achievement Awards.

Ajang Grammy Awards tahun ini memang seperti pesta kemengan hip hop.Dan pesta kemenangan itu antara lain dirayakan di panggung Grammy dengan pertunjukan hip hop terkenal dari Broadway,Hamiliton .Selain itu,Lamar juga tampil dengan mengsusng dua lagu ,yaitu “The Blacker The Berry” dan “Alright” dari album To Pimp a Butterfly (2015) yang dinobatkan sebagai Best Rap Album of The Year tahun ini.

Ia tampil dengan kostum narapidana dan menIa tampil dengan kostum narapidana dan menyanyi dengan kaki dan tangan terbelenggu rantai,ibarat sebuah gugatan lantang terhadap realitas yang di hadapi  warga kulit hitam di AS.

Penampilannya mendapat respon luar biasa tak hanya dari para penonton yang hadir di Staples Center ,tetapi juga dari pengguna media sosial.Banyak yang menyebut penampilannya malam itu sebagai penampilan yang patut dikenang dalam sejarah Grammy.

 

Pernyataan sikap

Nama Lamar meroket di jagat musik dunia sejak merilis album good kid,m.A.A.d.city (2012).Orang menyebut musiknya perpaduan antara element funk dan free jazz dengan lirik bak puisi yang dilagukan.

Lamar sendiri tidak suka musiknya dikotak-kotakan.”Musikku tidak bisa dikategorikan .Musikku adalah musik tentang manusia,”ujarnya.

Musik,bagi Lamar telah menjadi media untuk menyampaikan pesan tentang persoalan rasial yang masih sangat kental hingga kini.Album good kid,m.A.A.d.city  menyuarakan bagaimaan Lamar yang tumbuh di Compton begitu akrab dengan aksi brutal khas anak gang.Ia juga dekat dengan berbagai penanda kepahitan hidup seperti penggunaan obat-obatan terlarang,alcohol,dan tragisnya sebuah kematian.

Dalam lagu”Swimming Pools(Drank)”,misalnya ,Lamar mencoba memberi peringatan tentang bahaya alcohol.Dari situ,dia menyabet dua Grammy pada ajang Grammy 2015.

Di album To Pimp a Butterfly,Lamar mencoba mengurangi persoalan – persoalan itu agar menemukan jalan keluar.Dia mencoba berbicara dengan lebih keras agar orang-orang mulai mendengar .Dia sadar,tanpa itu dunia yang akan ditinggalkannya tidak akan pernah berubah .Bagi Lamar,apa yang dilakukannya itu bukan lagi sekedar tanggung jawab, melainkan sebuah panggilan.

Berbeda dengan album good kid,m.A.A.d city yang berkisah tentang masa lalunya di Compton ,dalam To Pimp a Butterfly,Lamar membawa pendengarnya ke situasi saat ini.Perpisahannya dengan Compton justru membuatnya berefleksi tentang masa lalunya menjadi sebuah pergolakan batin yang kemudian terungkap melalui musik yang diusungnya.

Lamar juga menjadi lebih vocal,Dia menunjukkan sikapnya soal perbedaan ras,kekerasan oleh polisi,dan tekadnya untuk membuka jalan dengan membawa apa yang sudah dia pelajari saat berada jauh dari Compton agar bermanfaat untuk komunitas di sana.

Situs metacritic – yang mengulas album,video game,film,acara televise dan DVD-mencatat,album To Pimp a Butterfly menduduki peringkat,tertinggi selama 2015.Album ini terjual lebih dari 750.000 kopi dan telah disebarkan sebanyak 375 juta kali.Lagu “Alright,” yang dinominasikan untuk empat kategori bahkan telah menajdi “lagu kebangsaan” untuk aksi protes Black Lives Matter,yakni gerakan Afro-Amerika yang menentang kekerasan terhadap warga kulit hitam.

Dalam sebuah wawancara dengan New York Times,Lamar mengatakan , album To Pimp a Butterfly telah melakukan apa yang dia inginkan dari album ini.Bukan sekedar terjual ribuan kopi , malainkan lebih dari itu,punya dampak luas pada pendengarnya dan budaya musik itu sendiri.

“Musik bergerak bersama waktu.Bukan hal yang secara sadar kita produksi.Ini adalah apa yang terjadi di dunia,tidak hanya padauk,tetapi juga pada komunitas ku.Kapan pun aku membuat musik,musik itu merefleksikan diriku secara mental.Dan di sinilah aku berada,” kata Lamar.

Keja kerasnya itu tak hanya berbuah di Grammy.Lamar juga menerima penghargaan berkat sikap tegasnya dari State Senator Isadore Hall III (D-Compton). The California State Senate’s Generational Icon Award.Ini memberinya kesempatan untuk lebih didengar.

 

 

KENDRICK LAMAR DUCKWORTH

“Menjadi warga Compton dan tahu betul apa yang ada disana membuatku selalu berpikir betapa besar kesempatan yang dapat kuberikan kembali kepada komunitasku melalui apa yang kulakukan melalui music,”katanya.

Pada 13 Februari lalu.Lamar juga mendapat kehormatan dari Wali Kota Compton.Dia dianggap telah merepresntasikan evolusi dan visi baru Compton. Tidak salah jadi Presiden Barack Obama secara terang-terangan mengaku sebagai penggemar Lamar.Obama bahkan pernah mengundang Lamar ke Gedung Putih.Salah satu lahu favorit Obama adalah “How Much A Dollar Cost” dari album To Pimp a Butterfly .

Di kota asalnya,Lamar menjadi sososk panutan.Saat menghadiri parade Natal di Compton dan melihat mata anak-anak yang bersinar,Lamar merasa melihat dirinya sendiri.”Aku adalah salah satu dari mereka.Semakin banyak aku melihat dan mendengar suara mereka,semakin aku ingin menginspirasi.”

 

KENDRICK LAMAR DUCKWORTH

  • Lahir : Compton,California,AS,17 Juni 1987
  • Profesi : Penyanyi rap
  • Genre : Hip Hop
  • Album :
    – “Section.80” (2011)
    – “Good Kid,M.A.A.D.City”(2012)
    – “ To Pimp a Butterfly” (2015)
  • Penghargaan :
    – 5 Piala dalam Grammy Award 2016(Best Rap Song,Best Rap Album Best Music Video,Best Rap Performance,Best Rap/Sung Collaboration)
    – 2 piala dalam Grammy Awards 2015(Best Rap Song,Best Rap Performance)
    – California State Senator Isadore Hall III( D-Compton)
    – Key to the City dari Walikota Compton,California,Aja Brown
    – The Best Album of 2015 dari Rolling Stone untuk album To Pimp a Butterfly

 

UC Lib-Collect
Kompas,18 Februari 2016

Alabama Shakes Ini Rock Gaya Alabama

Ini Rpck Gaya Alabama.Kompas.19 Februari 2016.Hal.16

Kesuksesan album perdana pada 2013 tak melenakan empat sekawan Alabama Shakes. Mereka berkarya sebebas-bebasnya pada album berikutnu membuya. Keputusan itu membuat band rock tersebut membawapulang tiga Grammy dari empat nominasi Grammy Awards yang mereka dapat pada senin (15/2) malam waktu Los Angeles, Amerika Serikat.

Oleh HERLAMBANG JALUARDI

Lagu “Don’t Wana Fight” menang pada dua ketegori: penampilan rock terbaik dan lagu rock terbaik. Itu adalah lagu jagoan dari album teranyar Sound & Color  (produksi tahun 2015). Album tersebut menang pada kategori album music alternative terbaik, bukan kategori album rock yang diraih Muse untuk album Drones.

Jika bayangan Anda pada music “rock” adalah music yang mengguncang dengan bunyi gitar meraung, mungkin gelar lagu rock terbaik lebih cocok disematkan pada Foo Fighters (“Something From Nothing”) atau Wolf Alice (“ Moaning Lisa Smile”), dua pesaing Alabama Shakes.

Namun, Alabama Shakes mematahkan premis itu. Bisa jadi , penyelenggara Grammy Awards menganggap “Don’t Wanna Fight” adalah wajah rock masa kini. Rock tak melulu sesangar Guns n’ Roses, tapi bisa berwujud seksi di tangan kuartet dari kota kecil Athens di Negara Bagian Alabana, AS, ini.

Britanny Howard, perempuan sentral kelompok ini, tak memusingkan penggolongan jenis music mereka. Alabama Shakes punya banyak latar corak musik, tanpa mereka sengaja membuatnya begitu.

Corak vocal Howard mengingatkan penggemar music soul dan R&B pada Etta James atau Aretha Franklin. Kadang, ia meratap seperti Janis Joplin. Musiknya bisa melaju cepat seperti The Ramones, lalu berbelok pada Velvet Underground. Mereka bisa meramu banyak warna itu dalam sebuah lagu, misalnya di nomor “The Greatest”.

Dalam artikel yang dimuat The Telegraph, ada pertanyaan tentang aliran music band ini. Jawaban Howard singkat, “Aku tidak tahu.”

Teman sekolah

HHoward bertemu dengan Zac Cockrell (kelak pemain bass) di bangku SMA. Mereka satu kelas pada pelajaran psikologi, tetapi baru ngobrol setelah bertemu di sebuah pesta. Mereka menemukan kecocokan saat ngobrol soal music. Mereka juga punya kebosanan yang sama hidup di kota Athens yang berpenduduk 20.000 jiwa itu.

Keduanya banyak menghabiskan waktu bersama mendengar music apa saja, rock klasik macam Led Zeppelin hingga AC/DC, juga lagu rap dari Missy Elliot. Howard yang belajar main drum, bass, dan gitar akhirnya sering jamming dengan Zac.

Pada sebuah sesi, datanglah Steve Johnson, pemain drum, yang saat itu bekerja sebagai supir truk jasa pengiriman. Seperti dituturkan kepada Joe Rhodes dari The New York Times, Steve suka pada permainan gitar ritmis mereka berdua.

Mereka lalu membuat band bernama The Shakes. Mereka memainkan ulang lagu yang mereka dengar sembari memulai sedikit menulis lagu sendiri. Beberapa kali mereka membuat pertunjukan kecil di lantai bawah rumah Howard. Howard “menguasai” rumah tinggalan ibunya yang berada di tempat pembuangan mobil bekas.

Lagu demo mereka di dengar oleh Heath Fogg yang waktu itu punya band bernama Tuco’s Pistol. Fogg mengundang The Shakes sebagai pembuka pada pertunjukan kecil yang ia rancang. Penampilan prima The Shakes membuat Fogg meninggalkan bandnya untuk bergabung bersama trio itu sebagai gitar melodi.

Formasi berempat itu membuat mereka semakin solid. Sepanajang dua tahun, mereka bikin pertunjukan di bekas bar setiap akhir pekan.pada hari biasa, mereka kembali bekerja serabutan. Sepanjang itu pula mereka merekam lagu sendiri, yang kelak dimasukkan ke album perdana  Boys &Girls.

Lagu-lagu Howard pada umumnya bercerita tentang penggalan hidupnya. Lagu jagoan “Hold On” misalnya, berkisah soal kejenuhan bekerja sebagai sopir barang. Adapun lagu “On Your Way” menuturkan rasa kehilangan Howard atas kematian kakaknya yang kena kanker mata.

Ketika menyanyikan lagu-lagu itu, ada rasa sedih dan marah yang terlontar pada vokalnya, terutama ketika mendaki nada tinggi. Di panggung, Howard nyaman mengeluarkan kegundahannya.

“Ada kelegaan yang tiba-tiba mucul (ketika bernyanyi). Penonton adalah kerumunanku, dan aku pun jadi milik mereka,” ujarnya.  Suara dan sosoknya yang tinggi besar menjadikan setiap penampilan Howard gampang diingat orang.

Album Boys & Girls yang bernuansa blues antic itu banyak disukai orang. Merekapun mulai tampil di festival bergengsi , seperti Bonaroo dan Glastonbury. Nama mereka pun sudah berganti menjadi Alabana Shakes karena nama The Shakes sudah banyak dipakai band lain.

Mereka dinominasikan pada Grammy Awards 2013 untuk kategori artis pendatang baru terbaik. Lagu “Hold On” juga dijagokan menyabet gelar penampilan lagu rock terbaik. Namun, Grammy belum untuk mereka.

Warna baru

Kesuksesan album perdana itu sedikit memberi tekanan kepada mereka untuk mengulanginya di album kedua. “Tetapi, kami semua sepakat menanggalkan itu semua. Kami ingin membuat album sesuai keinginan kami, sekreatif mungkin  dan tanpa membatasi diri,” ujar Fogg dalam rilis resmi band.

Mereka membuat lagu di sela jadwal tur yang padat, tak lagi ketika jenuh di rumah. Terkadang penulisan lagu mereka kerjakan bersama, tetapi ada juga yang di tulis Howard sendirian. Waktu menulis yang hilang ditelan kesibukan tur dan promo, digantikan Howard dengan 18 jam selama lima hari berurutan di lantai bawah tanah rumahnya.

Pertemuan dengan lebih banyak orang member warna baru pada corak music mereka, seperti yang tersurat pada judul album Sound & Color. Mereka menghasilkan groovy blues pada “Shoegaze” serta mengimbuhkan nuansa psikadelik pada “ Gemini” yang hening. Ada pengaruh Prince dalam beberapa lagu di album itu.

Lampu sorot rupanya masih menaungi mereka hingga memboyong tiga Grammy, sama jumlahnya dengan yang di bawa si bintang pop Taylor Swift pada Grammy Awards 2016 ini. Kegemilangan itu hendak mereka rayakan dengan menggelar tur musim panas sampai Amerika Selatan dan Eropa.

ALABAMA SHAKES

  • Anggota :
  • Britanny Howard (vocal/gitar)
  • Zac Cockrell (bas)
  • Heath Fog (gitar)
  • Steve Johnson (drum)
  • Asal : Athens, Alabama, AS
  • Terbentuk : 2009
  • Album studio :
  • Boys & Girls (2011)
  • Sound & Color (2015)
  • Penghargaan

Piala Grammy:

  • Lagu rock terbaik (“Don’t Wanna Fight”) 2016
  • Penampilan rock terbaik (“Don’t Wanna Fight”) 2016
  • Album music alternative terbaik (“Sound & Color”) 2016

Nominasi Grammy :

  • Album tahun ini (“Sound & Color”) 2016
  • Penampilan rock terbaik (“Always Right”) 2014
  • Artis pendatang baru terbaik, 2013
  • Penampilan rock terbaik (“Hold On”) 2013
  • Nominasi BRIT Awards:
  • International Group, 2013, 2016

(NEW YORK TIMES/ ROLLING STONE)

UC LIB-COLLECT

KOMPAS.FEBRUARI 2016.HAL.16

Royal Sembah Ulun Ikhtiar Mandiri di Kaki Rinjani

Ikhtiar Mandiri di Kaki Rinjani.Kompas.10 Februari 2016.Hal.16

Jemu mendengar para pemuda Lembah Sembalun di Kaki Gunung Rinjani dicap sebagai sampah masyarakat,Royal Sembah Ulun menuntun mereka bebrubah.Benih kreativitas dan kepercayaan diri ditanamkan.Baginya,tak cukup berbekal bijak menyikapi perubahan zaman.Yang terpenting adalah bagaimana menfaatnya untuk kemajuan diri dan daerah.

 

OLEH GREGORIUS MAGNUS FINESSO

 

Rintik gerimis gaduh menerpa atap seng sebuah ruangan sederhana di jantung Desa Sembalun , Kabupaten Lombok Timur,Nusa Tenggara Barat , Rabu (27/1) pagi. Beberapa remaja tanggung dan pemuda duduk beralas kerpet sambal bersedekap menahan dingin angina gunung.Di sebuah papan tulis di sudut ruang,terusrat beberapa penggal kalimat percakapan dalam Bahasa inggris.

Sesaat berlalu,sesosok pemuda keluar dari ruangan di sebelah sambil menyapa ramah.Melihat kami menatap papan tulis tadi,dia berujar,”Kami akhir-akhir ini sedang latihan melancarkan conversation (percakapan) bahasa Inggris untuk anak-anak . Jangan malu-maluin kalua sedang dikunjungi wisatawan atau relawan asing.”

Pemuda yang hadir,belakangan ini adalah Royal Sembah Ulum.Setelah bergabung duduk lesehan bersama kami,pria berusia 32 tahun itu mulai bercerita tentang kondisi Desa Sembalun belasan tahun silam.Sembalun desa terakhir sebelum jalur pendakian puncak Gunung Rinjani,dulu tak seramah sekarang.Remaja-remaja putus sekolah di desa itu banyak yang menjadi berandalan dan suka memeras.Mereka tak hanya membuat resah wisatawan,tetapi juga memalukan desa.

Dengan jujur,Royal mengakui sempat menjadi bagiaan dari berandalan Sembalun.”Kami dulu kerjanya hanya gitaran sampai larut malam.Kadang minum-minum sampai membuat resah warga,”ucapnya mengenang kelakuan para remaja Sembalun 10 Tahun silam.

 

Berawal dari “guide”

Tahun 2007,Royal menjadi pemandu wisata.Persentuhannya dengan sejumlah wisatawan membuat dia berpikiran terbuka .Suatu kali,seorang turis asal Amerika Serikat yang kebetulan punya jaringan kesebuah lembaga swadaya masyarakat(LSM) internasional menawarkan bantuan untuk membangun Sembalun.

“Dia bertanya,apa yang mau saya lakukan untuk membangun Sembalun,”ucapnya.Setelah meminta waktu 10 menit berpikir pelatihan bahasa Inggris secara gratis kepada anak-anak dan remaja Sembalun.

Pikir Royal,pelatihan Bahasa Inggris bisa menjadi daya tarik bagi remaja untuk berkumpul dan melakukan hal positif.Selain itu,keterampilan berbahasa inggris juga akan membuat para remaja desa bisa berkomunikasi dengan turis asing.

“Masak seumur hidup jadi porter,Saya ingat , sampai 2007-an,di sini hanya ada lima orang yang bisa bahasa Inggris,”kata Royal yang sadar bahwa transfer pengetahuan bisa diterima jika ada dampak postitif secara langsung kepada para remaja.

Ketidakmampuan berbahasa asing menyebabkan warga Sembalun hanya menjadi pembawa barang atau porter selama puluhan tahun sejak pendakian Rinjani diminati turis lokal dana sing.Pemandu wisata yang posisnya lebih bergengsi hampir 95 persen berasal dari luar Sembalun.

Untuk mewadahi kegiatan remaja,didirikanlah Sembalun Community Development Centre(SCDC) pada akhir 2008.Sebagai tenaga pengajar bahasa asing , SCDC merekrut lulusan perguruan tinggi yang belum mendapat pekerjaan.Berkolaborasi dengan lembaga 4th World Love,mereka pun membuka peluang bagi wisatawan mancanegara menjadi relawan.

Melalui SCDC ,Royal getol mengenalkan potensi ekonomi pariwisata kepada sesame remaja Lembah Sembalun.”Baginya,harus ada lapangan kerja di desanya selain pertanian.Dia rajin menyuarakan prospek pariwisata di setiap rapat desa hingga pengajian-pengajian.

“Hanya 25 persen warga yang punya lahan.Jika hanya mengandalkan produk pertannian,Sembalun sulit major,”ujar Royal.

Ia meyakini,industry pariwisata merupakan motor tercepat penggerak pertumbuhan ekonomi masyarakat yang merata.Selain pengaruhnya dirasakan langsung,pariwisata juga asset yang berdampak panjang.

Seiring peningkatan kemampuan berbahasa Inggris,para remaja juga diajak berani bercakap dengan para tamu luar daerah.SDCD lalu mengadakan rangkaian pelatihan lain untuk meningkatkan kapasitas sumber daya manusia(SDM) di Sembalun.Pelatihan itu antara lain fotografi,seni msuik,sablon,dan pengolahan pertanian organic.Mereka juga sempat membuka bisnis warung dan gerai seni .Namun, usaha tidak jalan Karena SDM-nya belum siap.

“Dari kegagalan itu,kami belajar bahwa pemberdayaan tak bisa(digerakkan) hanya dengan uang,tetapi pembangunan kapasitas manusia,”ucapnya.

 

Wisata jadi tumpuan

            Walau begitu,ada saja alasan dilontarkan untuk mematikan semangat menumbuhkan kesadaran wisata di kalangan warga.Mulai dari ketakutan pariwisata akan membawa pengaruh negatif pada budaya lokal hingga isu keagamaan terkait LSM asing.

“Padahal,mereka enggak membawa misi apa pun.Seiring kemajuan Sembalun, lama-lama anggapan negatif itu hilang,” kata Royal yang belakangan berhasil membuka penginapan(homestay) Sembalun Lodge dan kantor biro wisata.

Perjalanan Royal menuntun pemuda dan membuka wawasan masyarakat Sembalun butuh waktu cukup lama.Baru sekitar tahun 2013,para pemuda dan warga sejumlah desa di Kecamatan Sembalun mulai punya ide mengambil peluang dari geliat pariwisata di lereng Rinjani.

Jika dulu hampir semua operator wisata dan trekking berkantor di Mataram dan Senggigi,saat ini ada 18 usaha sejenis geliat pariwisata di lereng Rinjani.

Jika dulu hampir semua operator wisata dan trekking berkantor di Mataram dan Senggigi,saat ini ada 18 usaha sejenis yang dijalankan warga Sembalun.Beberapa di antarnya di lakoni pemuda jebolan SCDC.
Royal Sembah Ulun

Alih-alih takut bisnis biro wisatanya tersaingi.Royal justru mendorong anggota SCDC untuk membangun usaha sendiri.Dia yakin,lebih banyak usaha dibuka , kian besar pula pendapatan yang diserap orang Sembalun,mulai dari porter , pemandu wisata,usaha warung,hingga bisnis penginapan.

Amir Riis,salah satu pelaku  wisata Sembalun mangaku, keberhasilannya membuka usaha tur operator tak lepas dari peran SCDC.”Lewat SCDC ,saya belajar banyak hal .Terutama bagaimana membangun jaringan wisata,”ucapnya.

Kiprah SCDC juga terus berkembang melalui para anggotanya yang kian mahir membuat jejaring ,diantaranya membangun rumah baca dan taman kanak-kanak di Desa Sembalun Lawang hasil kerja sama dengan lembaga donator Singapura. Di sana ,anak-anak kampung di ajari melestarikan lingkungan hingga membuat keterampilan tangan.

Kemajuan di Sembalun tak bisa lepas dari geliat wisata . “Pariwisata benar-benar sudah jadi tulang punggung perekonomian warga.Contoh kecil,saat pendakian Rinjani ditutup,aktivitas ekonomi di Sembalun sepi. Warung – warung rugi . Namun,begitu pendakian dibuka,warga seperti panen raya,” ungkap Royal.

Alih-alih menepuk dada menengok capaian di jalan terjal delapan tahun ini ,Royal memillih terus menatap kedepan.Harapan besarnya terus diukir.Sembalun menjadi destinasi wisata terpadu yang mampu memberi kesejahteraan secara adil dan merata bagi tiap warganya.

 

Royal Sembah Ulun

  • Lahir : Sembalun,Lombok,5 Januari 1984
  • Pendidikan : S-1 Ilmu Hukum Universitas Islam Al-Azhar Mataram
  • Aktivitas : Direktur Sembalun Community Development Centre (SCDC)
  • Usaha :
    – Pemilik Royal Agent Tracking
    – Pemilik Homestay Sembalun Lodge
  • Penghargaan :
    – Penghargaan Penggerak Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB (2015)
    – Apresiasi Usaha Masyarakat Bidang Pariwisata(Homestay) dari kementrian Pariwisata(2015)

 

UC-Lib Collect
Kompas,10 Februari 2016

Sita Dewi Kusumawati Etnis Tionghoa Pegiat Wayang Orang

Etnis Tionghoa Pegiat Wayang Orang.Kompas.6 Februari 2016.Hal.16

Wayang orang selama ini identik dengan budaya Jawa. Namun, di Kota Malang, Jawa Timur, tidak selalu demikian. Ketika masyarakat Jawa di Malang kurang tertarik lagi mengurus wayang orang, sejumlah anggota masyarakat Tionghoa justu giat memeliharanya.

OLEH DAHLIA IRAWATI

Kwee Kiat Siang atau lebih dikenal dengan nama Sita Dewi Kusumawati (74) adalah pendiri kelompok wayang orang Bara Pratama di Malang yang anggotanya gabungan antara masyarakat Jawa dan Tionghoa. Kelompok wayang orang yang Sita dirikan tahun 1995 itu masih bertahan dan aktif.

Mereka selalu siap menerima undangan tampil. Pada 22 Februari nanti, misalnya, Bara Pratama akan tampil dalam pentas wayang orang dengan lakon Anoman Obong di Kelenteng Eng An Kiong Malang dalam  perayaan Cap Go Meh.

Kelompok Bara Pratama didirikan oleh Sita karena seni wayang orang di paguyuban Ang Hien Hoo (berdiri sejak tahun 1910)—kemudian berganti nama menjadi Panca Budhi (1967)—tidak aktif lagi.

“Saya terlanjur mencintai wayang orang sehingga saya ingin wayang orang tetap bisa bertahan,” kata Sita yang waktu kecil sering di gendong oleh orangtuanya menonton pentas wayang orang di Batu (sekarang Kota Batu).  Dengan begitu, wayang orang tidak hanya dekat, tapi juga melekat dalam ingatan Sita.

Kehadiran kelompok Wayang Bara Pratama bukan bentukan Sita memperpanjang catatan keterlibatan masyarakat Tionghoa Malang dalam menggerakan  dan memelihara wayang orang di Malang. Cikal bakal keterlibatan masyarakat Tionghoa Malang dalam kesenian wayang orang, menurut Sita, adalah paguyuban Ang Hien Hoo yang didirikan tahun 1910.

Awalnya, paguyuban Ang Hien Hoo lebih condong sebagai perkumpulan pecinta olahraga. Baru pada tahun 1942, Ang Hien Hoo mengembangkan seni wayang orang. Saat itu, semua pemain wayang orang Ang Hien Hoo adalah pria. Tokoh atau karakter perempuan dalam wayang pun dimainkan oleh pria.

Kelompok wayang orang itu kemudian menjadi tersohor di kawasan Malang. Bahkan, kelompok tersebut pernah ditanggap di Istana Kepresidenan pada masa Presiden Soekarno. Namun, tahun 1965, saat diskriminasi terhadap etnis Tionghoa muncul, paguyuban Ang Hien Hoo pun bubar.

Dua tahun kemudian, Ang Hien Hoo muncul lagi dengan nama baru, Panca Budhi. Pergantian nama itu diikuti oleh perubahan susunan pemain wayang orang. Awalnya semua pemain Panca Budhi yang berjumlah 100 orang adalah masyarakat Tionghoa. Setelah berganti nama, jumlah pemain beretnis Tionghoa tinggal 25 orang, sisanya orang Jawa.

Bukan pemain

Sita aktif di paguyuban Ang Hien Hoo ketika namanya sudah berubah menjadi Panca Budhi tahun 1967. Ia menjadi pengurus paguyuban dan menjabat wakil ketua.

Namun, Sita sebenarnya tidak pernah menjadi pemain wayang orang  meski itu adalah mimpi besarnya sejak kecil. Kedua orang tuanya tidak mengizinkannya untuk bermain wayang orang. Sita harus puas hanya menjadi penonton pertunjukan wayang orang Panca Budhi hingga ia menikah dan mempunyai anak.

Setelah tiga anaknya lahir, Sita melihat anak bungsunya, Irene Kartika Wijaya, tertarik pada wayang orang. Sita yang masih terobsesi menjadi bagian dari kelompok wayang orang mengizinkan Irene berlatih wayang orang bersama kelompok Panca Budhi tahun1977. Tidak hanya itu, ia selalu menjadi penyemangat bagi Irene agar rutin latihan wayang orang.

Hasilnya, Irene meraih berbagai prestasi seni, baik di bidang tari Jawa, wayang orang, maupun model. Dengan dukungan Sita, Irene bahkan mewakili Indonesia pentas di sejumlah Negara. Belakangan, Roy—anak ke dua Sita atau kakak Irene—juga tertarik main wayang orang.

“Anak pertama saya (Hadi Wijaya) sebenarnya juga suka bermain wayang orang. Tapi saat itu, karena kulitnya sangat putih dan banyak orang mengejeknya dengan sebutan cina, dia mengurungkan niatnya,” tutur Sita

Koleksi paling lengkap

Seiring waktu, kesenian wayang orang di paguyuban Panca Budhi meredup dan akhirnya bubar tahun 1987 karena ada konflik internal. Paguyuban Panca Budhi sendiri tetap ada dan sekarang menjadi  yayasan yang mengurusi pemakaman.

Sita tidak rela kesenian wayang orang itu berakhir brgitu saja. Ia pun bergerak bersama suaminya, Rudiyanto Rama Wijaya, mendirikan kelompok wayang orang baru bernama Bara Pratama pada tahun 1989. Susah payah ia dan suami mengelola kelompok wayang tersebut. Tidak sedikit orang harus dikeluarkan Sita dan Rama untuk menutup kebutuhan pentas.

“Misalnya, sekali pentas kami hanya mendapat uang RP 5 juta, tetapi kebutuhan operasional habisnya bisa Rp 12 juta, ya, semua kami tanggung. Itu tidak masalah  asalkan kami bia pentas,” ujar Sita yang telah di tinggal mati suaminya dan kini mencari uang lewat usaha catering.

Selain aktif mengurus Bara Pratama, Sita juga menjadi rujukan kostum dan aksesori wayang orang dan pakaian adat di Malang. Koleksi kelompok itu disebut-sebut paling lengkap. Bahkan, berbagai koleksi pakaian adat India pun ia punya.

Sita membuat sendiri sebagian koleksi busana dak aksesori pentas tradisi tersebut. Sebagian lagi ia beli. Ribuan koleksi busana dan aksesori wayang koleksi Sita jika dinilai dengan uang mencapai Rp 600 juta.

Hingga sekarang, kelompok wayang orang Bara Pratama memang masih bertahan, tetapi Sita mulai resah. Sebagian anggota Bara Pratama mulai menua, sakit, atau meninggal. Sebagian besar anggota yang masih aktif itu kini rata-rata berusia di atas 40 tahun.

“Saya sebenarnya ingin agar wayang orang di kalangan etnis Tionghoa ini terus bertahan, tapi kelihatannya sulit. Anak-anak muda biasanya hanya tertarik tampil saat pentas. Namun, jiwanya terlihat tidak di sana,” kata nenek lima cucu tersebut.

Irene dan Roy, dua anak Sita, juga tidak lagi bermain wayang orang. Irene saat ini bekerja di perusahaan telekomunikasi di Jakarta dan sibuk mengurus anaknya. “Roy juga demikian. Namun, pada pentas imlek mendatang, ia masih akan bermain,” tambah Sita senang..

Untuk kepentingan regenerasi, Sita berusaha melibatkan mahasiswa seni dari sejumlah perguruan tinggi di Malang. Kehadiran mereka juga penting untuk memberikan sentuhan kemasan lebih segar pada wayang orang.

“Tidak mungkin semua pemainnya orang-orang tua. Dibutuhkan anak anak muda yang lebih menarik sehingga mengundang  orang untuk menonton pertunjukan wayang orang,” ungkap ibu tiga anak tersebut.

Mengapa Sita begitu  ngotot  mengurusi wayang orang? Buat Sita, meski berasal dari etnis Tionghoa, dirinya lahir dan besar di tanah Jawa. Ari-ari nya pun di tanam di tanah Jawa.

“Jadi, tidak ada yang salah jika saya mencintai seni dan budaya Jawa. Seni dan budaya itu adalah soal rasa. Tidak pernah memandang siapa pelakonnya,” ujarnya.

SITA DEWI KUSUMAWATI ATAU KWEE KIAT SIANG

  • Lahir :Batu,15 November 1941
  • Suami : Rudiyanto Rama Wijaya (Oie Nam Sien) (alm)
  • Anak :
  • Hadi Wijaya (alm)
  • Roy Indra Surya
  • Irene Kartika Wijaya
  • Status :
  • Pegiat Wayang orang
  • Pendiri kelompok wayang orang Bara Pratama

UC Lib-Collect

Kompas.februari 2016.hal.16

Mulyono Bersahabat dengan Lebah Madu

Bersahabat dengan Lebah Madu.Kompas.2 Februari 2016.Hal.16

  • Semula,warga di Desa Pemantang Pasir , Kecamatan Ketapang , Kabupaten Lampung Selatan,Lampung , takut pada lebah yang suka menyangat . Mulyono, pengusaha lebah madu, mendorong mereka memelihara hewan itu dan menguduh madunya.


OLEH VINA OKTAVIA

Perubahan itu bermula dari satu kisah yang menarik 20 tahun silam.Suatu pagi di musim hujan,pintu rumah Mulyono digedor seorang tetangga.Dengan wajah cemas,sang tamu memintanya untuk mengusir lebah yang bersarang diatap rumah tetangga itu.

“Masalah” itu ternyata justru membuat Mulyono senang ,Ia pun bergegas mengambil bamboo dan golok, lalu mendatangi rumah tantangannya.Dengan tenang,dia memindahkan sarang lebah it uke rumahnya sendiri.

“Bagi saya,lebah adalah hewan pembawa rezeki yang harus dipelihara,”katanya,mengenang peristiwa unik itu. Kami berbincang santai di rumahnya, di Desa Pemantang Pasir, pertengahan Januari 2016.

Kejadian seperti itu tak hanya terjadi satu atau dua kali.Para tetangga yang takut dengan kemunculan lebah di atap rumah atau pepohonan di halaman rumah selalu mendatangi Mulyono.Sebenarnya pekerjaan formal lelaki ini adalah guru sekolah dasar (SD) , tetapi ia juga dikenal sebagai peternak lebah.

Awalnya,warga di desa itu memang mengangap lebah sebagai hewan pembawa penyakit,terutama Karena sengatnya yang menyakitkan.Anak-anak sering menjadi korban sengatan lebah hingga wajah atau tangannya bengkak.Tak sedikit orang tua yang membawa anak korban sengatan lebah ke dokter.

Tanaman jagung dan pisang yang banyak tumbuh di kampung itu secara tidak langsung mengundang puluhan koloni lebah.Polen(serbuk sari bunga) yang dihasilkan oleh tanaman jagung atau pisang merupakan pakan utama lebah.Itulah yang membuat lebah datang dan membuat sarang di atap rumah atau pepohonan di halaman rumah warga.

Sebelum Mulyono menetap di desa itu,warga yang terlanjur takut pada lebah biasanya mengusir hewan penghasil madu tersebut dengan asap.Bahkan,ada warga yang membakar sarang lebah.Perlakuan itu membuat banyak lebah mati.

Mengubah Pola Pikir

Pola piker itulah yang perlahan diubah oleh Mulyono dengan membudidayakan lebah madu.Lebah yang ditakuti warga justru ia pelihara dengan baik sehingga menghasilkan madu sebanyak 20-30 botol per bulan.Dari usaha tersebut,dia memperoleh tambahan penghasilan berkisar Rp 2 juta – Rp 5 juta per bulan.

Mulyono pun mengajak para tetangga memeliihara lebah.Setiap sarang lebah yang diserahkan kepada Mulyono dibeli Rp 25.000 – Rp.50.000, bergantung pada banyaknya jumlah lebah dalam koloni.

Sejak itu,banyak warga yang berinisiatif mengundang koloni lebah.Mereka menggantungkan batang pohon kelapa yang sudah dipotong berukuran 0,5 meter di atas pohon.

“Tanaman jagung dan pisang yang banyak tumbuh di sekitar sini adalah sumber pakan utama bagi lebah.Saya ingin masyarakat dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka,”ujarnya.

Warga yang sebagian besar adalah petano juga diajak menernak lebah Mulyono mengagas pendirian Kelompok Tani Lebah Madu-Nahl.Mulyono juga mendirikan balai pertemuan Rumah Madu sebagai sarana warga untuk belajar dan berbagai pengalaman.

Di balai itu,warga mempelajari  seluk-beluk memelihara lebah,termasuk cara membedakan lebah raja,lebah ratu dan lebah pekerja.”Mereka harus tahu bahwa hanya boleh ada satu lebah ratu dalam setiap koloni.Jumlah lebah raja juga tidak boleh lebih dari sepuluh ekor Karena dapat menghasilkan banyak makanan,”kata Mulyono .

Tak hanya itu,dia juga mengajak petani di kabupaten lain membudidayakan lebah.Setiap bulan,dia rutin mengunjungi petani di sekitar perkebunan karet,kopi atau durian .Mereka didorong memelihara lebah yang sudah siap menghasilkan madu.

“Saat ini,kami fokus mengembangkan lebah pekerja.Lebah yang sudah berumur lebih dari tiga puluh hari lalu dibawa ke perkebunan karet,kopi atau durian.Di sana,lebah digembalakan hingga menghasilakan madu sesuai dengan spesifikasi jenis bunganya,”katanya.

Tidak hanya madu,petani juga diajarkan memanen royal jelly, bee pollen, dan lilin.Dengan begitu peternak lebah madu mendapatkan penghasilan yang lebih banyak.Kini,sudah ada 67 kelompok tani lebah di Lampung yang menjadi binaan Mulyono.

Lelaki itu dianggap berjasa karena telah membina banyak petani untuk memperkuat ketahanan pangan melalui budidaya lebah madu.Atas upaya tersebut,Mulyono mendapatkan Penghargaan Adikarya Pangan Nusantara 2015 dari Kementrian Pertanian Republik Indonesia .Piagam penghargaan itu diserahkan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

 

Galakkan penghijauan

          Tak hanya mengajarkan cara menernak lebah,Mulyono juga menggalakkan gerakan penghijauan di desanya.Dengan bantuan bibit pohon dari Kementrian Kehutanan,dia mengajak warga menanam berbagai jenis pohon dan bunga di lahan kosong .

Kegiatan menanam pohon itu juga digiatkan di sekilah tingkat dasar,menengah ,dan sekolah tingkat atas di Kecamatan Ketapang. Guru dan siswa di sekolah diajak menanam berbagai jenis bunga dan pohon, seperti bunga matahari,pohon manga,dan pohon jambu.

“Dengan gerakan penghijauan ini, warga sekitar juga mendapatkan  manfaat.Selain itu,peternak lebah juga mendapatkan manfaat.Selain itu,peternak lebah juga mendapatkan sumber pakan yang lebih banyak.Manfaatnya budidaya lebah ini menjadi lebih berarti,”katanya.

Mulyono selalu menekankan kejujuran pada setiap petani.Mereka dilarang mencampur madu dengan gula Karena dapat merugikan konsumen.Perilaku tersebut juga dapat membahayakan keselamatan orang lain.

“Madu bermanfaat menyembuhkan penyakit jika penjualnya jujur.Namun,kalua mereka tidak jujur,misalnya mencampur madu dengan gula atau pemain buatan,madu yang dijual justru dapat menjadi pembunuh .Bayangkan jika madu yang di campur dengan gula itu diminum oleh penderita penyakit diabetes. Itu bisa membahayakan kesehatan konsumen,” katanya.

Mulyono, yang kini telah pension sebagai guru,terus membina petani lebah madu di Lampung.Dia bahagia jika lebah madu yang selama ini telah menghidupinya dapat terus dibudidayakan oleh banyak orang.

 

MULYONO

  • Lahir : Yogyakarta,11 Agustus 1953
  • Pendidikan :
    S-1 Program Studi Pendidikan Luar Sekolah (PLS) Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Pringsewu,Lampung.
  • Keluarga :
    – Istri : Suciwati
    – Anak :
    Siti Nurul Wakhidah
    2.Muamar Dodi Prasetyo

3.Erlina Kripti Yanti
4.Axgeis

  • Penghargaan :
    – Juara 1 Lomba Penghijauan Tingkat Provinsi (Lampung) Tahun 1996.
    – Juara 1 Tingkat Nasional Adikarya Pangan Nusantara Tahun 2015 , Kategori Pemangku.


UC-Lib Collect

Kompas,Selasa , 2 Februari 2016

Taufik Abdul Rouf Berbagi Ilmu di Bukit Berbunga

Berbagi Ilmu di Bukit Berbunga.Kompas.4 Februari 2016.Hal.16

Awalnya, Taufik Abdul Rouf hanya bermaksud mendampingi anaknya belajar di rumah ketika malam tiba. Taufik kemudian terinspirasi untuk mendampingi anak anak lain di sekitar rumahnya. Dia pun akhirnya mendirikan sanggar belajar sejak 10 tahun lalu. Kini, lebih dari 1801 anak usia SD sampai SMA—sebagian dari keluarga tidak mampu atau yatim piatu—telah di damping Taufik.

OLEH DEFRI WERDIONO

Taufik sadar benar, telefisi—dan sekarang gawai—semakin lekat dengan kehidupan anak anak. Sebagian dari mereka pun larut menonton televise atau mengutak-atik gawai. Saking asyiknya, mereka kadang lupa untuk belajar. Ironisnya, banyak orang tua juga tidak acuh pada kegiatan sehari-hari anak-anaknya.

Taufik tahu hal itu berbahaya jika dibiarkan. Pria yang sehari-hari bertani serta mengusahakan jasa percetakan dan grafis itu tergerak untuk berbuat sesuatu. Tahun 2006, ia mulai merangkul dan membimbing anak anak di kampungnya melalui kegiatan belajar bersama.

Di rumahnya yang tidak terlalu besar di tepi jalan bukit berbunga, Kota Batu, Jawa Timur, Taufik menyisakan satu ruangan paling belakang sebagai tempat belajar bagi anak anak. Dengan beralaskan lantai, lebih dari 20 anak yang berasal dari kelas dan sekolah berbeda belajar bersama di ruang berukuran 4 meter x 8 meter itu.

Pria yang kini berusia 47 tahun itu menamakan sanggarnya Sinau Sesuluh yang berarti belajar dan memberi pencerahan. Bersama Qoriatul Azizah (37), istrinya yang juga pengajar kelas V di salah satu sekolah dasar di Batu, Taufik mengalokasikan waktunya enam kali dalam sepekan untuk membimbing anak anak belajar. Kegiatan belajar di mulai sejak pukul 16.00 dan berakhir selepas pukul 20.00.

Di sanggar itu, anak-anak tidak saja dibantu memahami materi pelajaran sekolah, tetapi juga mendapatkan pengetahuan lain, seperti membuat resensi buku bacaan, menulis puisi, dan keterampilan lain.

“Kami memiliki waktu, kenapa tidak berbuat sesuatu buat mereka. Karena dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini anak terlalu di tekan dengan sesuatu yang bersifat menghafal, jiwa sosialnya tidak terbangun. Kami mencoba memberi keseimbangan karena  tidak semua pelajaran diperlukan oleh anak,” ucapnya, Selasa (26/1)

Dibayar seadanya

Taufik tidak mematok biaya kepada orangtua anak-anak. Membayar boleh, tidakpun bukan jadi persoalan. Kadang Taufik mendapat gula pasir atau apel yang baru dipetik dari orangtua anak-anak bimbingnya  sebagai bayaran.

Menurut Taufik, belajar bersama dengan pendampingan dirasakan lebih mengena dibandingkan dengan siswa belajar sendiri. Metode sambil  bermain yang ia terapkan membuat situasi belajar lebih nyaman. Prestasi siswa pun di sekolah meningkat. Ia mencontohkan ada tiga siswa dari kelas berbeda di suatu madrasah ibtidaiyah yang semuanya mendapat peringkat pertama di kelasnya.

“Kami tidak hanya mendampingi dari sisi bagaimana mereka bisa memahami materi pelajaran. Kami juga membuat mereka bisa bersosialisasi dan bertanggung jawab terhadap diri masing-masing. Ketika mereka telah selesai belajar, kami arahkan membuat resensi dari buku-buku yang mengandung hikmah berupa pembangunan karakter dan kejujuran. Di sini ada hamper 1.000 buku bacaan milik Kegiatan Belajar Masyarakat,” ucapnya.

Lelaki dengan latar belakang pendidikan jurusan pertanian ini menilai, Sanggar Sinau Sesuluh berusaha mengurangi ketegangan yang dirasakan siswa di sekolah. Selama ini, yang disampaikan guru di sekolah hanya berupa materi, buku teks, dan bukan konteks permasalahan. “Misalnya, guru lebih menekankan menghafal, bukan memahami,” katanya.

Pada tahun pertama sanggar berdiri, ada 60-an anak yang ikut bimbingan belajar. Besarnya animo anak-anak membuat Taufik harus memindahkan tempat belajar ke TK Baudathul Athfal yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Saat itu ada 10 tenaga bantuan sukarela yang merupakan lulusan SMA dan mahasiswa di lingkungan setempat.

Setiap tahun, anggota sanggar silih berganti. Selain mereka yang masih memiliki orangtua, saat ini tercatat ada 65 anak yatim  piatu yang didampingi. Dari jumlah tersebut, 38 anak mendapatkan beasiswa dari yayasan Yatim Mandiri. “Ada 110-15 anak yang setiap hari belajar bersama anak-anak lain yang memiliki ayah ibu di tempat ini. Sementara sisanya berkumpul secara temporer,” ucapnya.

Mengenai anak yatim, Taufik berpendapat, biasanya penyantunan yang dilakukan masyarakat hanya bersifat spontan , setelah itu selesai. Pembinaan yang berkelanjutanmasih jarang. Padahal, mereka juga sama dengan anak anak yang lain, membutuhkan pendampingan untuk tumbuh dan berkembang, serta menumpuk rasa percaya diri.

“Kalau mereka kita naikkan panggung lalu kita santuni, itu terlalu melankolis. Akhirnya mereka kita ajak bersosialisasi agar tidak minder saat bersama yang lain. Lebih baik kepada (membangun) rasa percaya diri dan tanggung jawab,” jelas Taufik yang kini tengah dalam proses menyiapkan sebuah sekolah alam.

Keterlibatan lelaki asal Batu di bidang pendidikan tidak hanya sebatas pendampingan belajar. Ia pernah dua periode ditunjuk sebagai kepala TK Raudhatul Athfal yang sat itu baru saja selesai direnovasi dari sebelumnya berwujud sebuah rumah menjadi bangunan sekolah dua lantai. Sebelum diangkat menjadi kepala sekolah, Taufik menjadi sekretaris panitia renovasi. Di dalamnya ia terlibat aktivitas penggalian dana, pengawasan, hingga terjun langsung sebagai tukang.

Kepedulian Taufik tidak berhenti di bidang pendidikan. Ia juga kini tengah mengembangkan cara bercocok tanam efektif dengan media vertikultur menggunakan pipa paralon. Metode bertanam secara vertical ini mulai dia geluti sejak beberapa bulan lalu. Ada sekitar 1.5009 batang stroberi yang ia tanam secara organic. Taufik mempersilakan apabila ada tetangga atau petani di daerahnya yang ingin mencontoh cara bertani seperti ini.

Dengan semua aktivitasnya di atas, Taufik berharap bisa mendorong agar masyarakat berkembang lebih baik.

TAUFIK ABDUL ROUF

  • Lahir :Batu,27 Juli 1969
  • Istri : Qoriatul Azizah (37)
  • Anak:
  • Nuris Saidah
  • Nahya E Mafula
  • Pendidikan :
  • SD Sidomulyo 3 Batu
  • MTS hasyim As’ari Batu
  • MAN 2 Batu
  • Universitas Mataram
  • Penghargaan antara lain :
  • Pemuda pelopor tentang lingkungan dari pemerintah Kota Batu tahun 1999

 

UC LIB-COLLECT

KOMPAS.FEBRUARI 2016.HAL.16

Jookie Vebriansyah Bandul Penyeimbangan Belitung

Bandul Penyeimbangan Belitung. Kompas. 16 Februari 2016. Hal.16

Hari-hari Jookie Verbiansyah dihabiskan di antara pertemuan, menanam bakau,dan menghapus cat dari granit di pantai-pantai Belitung, Kepulauan Bangka Belitung. Semua itu kerap membuatnya dituding sebagai penghambat kemajuan. Padahal , dia justru berjuang demi masa depan.

Oleh Kris Razianto Mada

Paling mutakhir, ayah tiga anak itu dituding tidak mendukung pengembangan pariwisata Belitung. Tudingan itu muncul karena ia menentang pembabatan bakau di satu wilayah untuk dijadikan daerah wisata.

“saya tidak menghalangi pembangunan atau geliat pariwisata yang sedang dijadikan motor baru perekonomian Belitung. Saya mendukung pariwisata berkelanjutan di Belitung,” ujarnya di sela menanam bakau di tepi Sungai Pilang, Belitung, awal Februari 2016.

Bersama puluhan pelajar dan warga, Ketua Gabungan Pecinta Alam Belitong (Gapabel) itu menanam ratusan bibit bakau.penanaman di desa dukong, Tanjung Pandan, itu adalah cara Gapabel mengenalkan seluk beluk bakau kepada pelajar, “Bakau penting bagi ekosistem. Belitung yang daratannya terbatas. Paling pokok, (bakau) sebagai penahan ombak dan abrasi, serta habitat aneka hewan darat dan air,” tuturnya.

Bibit Bakau di Desa Dukong itu hasil penyemaian Gapabel. Komunitas ini beranggotakan , antara lain, para pelajar dari sejumlah sekolah di Belitunng. Selain menanam bakau, mereka juga menyemai bibit bakau dan aneka tumbuhan tumbuhan lain. Apabila siap ditanam, sebagian bibit itu diberikan kepada warga. Sebagian lagi ditanam bersama oleh anggota Gapabel.

Jookie juga mengajak anggota Gapabel untuk memeriksa tempat-tempat wisata. Di sana, mereka membersihkan bekas-bekas vandalisme. “setiap pengumuman kelulusan sekolah, kami pasti ke tempat-tempat wisata. Kalau belum terjadi (Vandalisme). Paling banyak corat coret granit dengan cat ,” tuturnya.

Menyisihkan Penghasilan

Untuk mendanai semua kegiatan itu, Jookie dan sejumlah senior di Gapabel menyisihkan sebagian dari penghasilan masing-masing. Mereka juga sesekali mendapat sumbangan dari pengusaha pariwasata yang sadar peran lingkungan hidup untuk keberlangsungan pariwisata Belitung.

Gapabel bekerja sama dengan sejumlah pebisnis pariwisata Belitung untuk menjaga kondisi alami suatu kawasan. Kondisi alami itu dibutuhkan sebagai penarik wisatawan. Selain itu , ada pula paket wisata menanam bakau. Dengan cara itu , pariwisata dan pelestarian lingkungan bisa berjalan beriringan. “Orang datang ke Belitung karena alamnya. Kerusakan alam berarti kehilangan magnet pariwisata ujarnya.

Semua kegiatan itu dilakukan di tengah keterbatasan dana. “kami tidak mau mengajukan proposal. Ada banyak peluang pendanaan kalau kami mau mengajukan proposal. Cara itu berbahaya dan berpotensi bias kepentingan . Biarlah kami mendanai kegiatan seadanya.” Ungkapnya.

Penanaman bakau dan aneka tumbuhan lain serta pembersihan bekas vandalisme adalah cara Jookie berkonstribusi untuk pariwisata. Ia yakin pariwisata bisa berjalan tanpa harus merusak lingkungan.

Namun ia merasa masih banyak orang belum menyadari hal itu. Buktinya , pembabatan hutan, penambangan timah liar, dan perusahaan granit masih berlangsung, “Pantai mana bisa tetap jernih kalau bakau tergerus dan sampah berserahkan. Belitung terkenal karena pantai-pantai yang jernih dan bersih.” Tuturnya.

Keyakinan kepada pariwisata berkelanjutan menjadi salah satu penyemangat Jookie untuk aktif di Gapabel. Keyakinan  serupa membuatnya konsisten menolak perusakan bakau dan dan hutan atas nama investasi. “baru-baru ini, berhektar-hektar bakau di Penggantungan dibabat karena akan dijadikan lokas wisata terpadu. Kami sudah protes,” katanya.

Protes Jookie tidak hanya kepada pengusaha yang membabat bakau demi pembangunan tempat wisata. Bersama berbagai lapisan warga Belitung, ia menggagalkan rencana penambangan timah di dasar laut Belitung.

Penambangan itu didorong oleh sejumlah pejabat di Bangka Belitung. Lokasi penambangan terletak di dekat Tanjung Pendam, pantai terdekat dari Tanjung Pendan. Penambangan itu berkedok reklamasi untuk pembangunan wahana hiburan terpadu.

“Belitung sudah diberi anugrah alam sangat indah dan bisa dijadikan tujuan wisata behari. Buat apalagi  mengeruk laut dan menimbun pantai dengan alasan pembuatan tempat wisata baru?” ucapnya.

Jookie menggalang penolakan dari berbagai penjuru. Dukungan atas gerakan itu datang dari berbagai daerah dan organisasi di Indonesia. “Belitung pernah ditinggalkan timah. Kerusakan akibat tambang timah masih terlihat dan terasa sampai sekarang. Jangan sampai terulang lagi,” ujarnya.

Penambangan itu memang akhirnya batal. Setidaknya , sampai sekarang tidak lagi terdengar rencana penambangan berkedok reklamasi itu. Namun, Jookie dan rekan-rekannya tetap waspada pada kemungkinan lobi pengusaha tambang itu.

Kehilangan Pekerjaan

Kesadaran Jookie untuk melestarikan lingkungan tumbuh sejak kuliah di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Bandung tahun 1997 dan aktif dalam kelompok mahasiswa pecinta alam di kampus itu. Saat kembali ke Belitung, kecintaannya kepada lingkungan itu diuji oleh berbagai tantangan yang lebih nyata.

Kegigihan pemuda itu menjaga lingkungan bukan tanpa resiko. Ia kehilangan pekerjaan sebagai pengajar di dua akademi di Belitung. Ia juga tidak diberi tugas apa pun walau masih berstatus guru di satu SMK negeri di Belitung, “setiap hari, saya ke sekolah, paling tidak memenuhi kewajiban presensi,” ujarnya.

Berkali-kali ia menanyakan apa pekerjaan yang bisa dilakukan di sekolah. Namun, pertanyaan itu tak kunjung dijawab. “saya bukan mau mengabaikan tanggung jawab sebagai guru dan pegawai negeri sipil. Saya sudah berusaha meminta pekerjaan  dan jam mengajar, tetapi sampai sekarang belum diberikan,” ujar pengajar bidang studi, Teknik Informatika itu.

Ia berusaha berpikir positif dengan menyatakan ketiadaan jam mengajar merupakan dampak perubahan kurikulum. Dalam kurikulum terbaru, bidang studi Teknik Informatika dan pelajaran sejenis dihapuskan. Akibatnya guru guru bidang studi itu kehilangan  jam mengajar yang berimbas pada tiadanya tunjangan kinerja.

Dengan kondisi itu, wajar apabila penghasilan Jookie pas-pasan. Sejumlah pihak berkali-kali berupaya memanfaatkan itu. Mereka menawari Jookie berbagai imbalan materi. Syaratnya , ia harus berhenti memprotes perusakan hutan dan pembabatan bakau. Semua tawaran itu ditolaknya.

Tidak mempan disuap, ia berkali-kali diancam preman. Bahkan , ada pula yang menggunakan santet. Beruntung , sejauh ini belum berdampak terhadap dirinya. “ saya tidak melakukan hal yang salah. Apa yang saya lakukan hanya untuk menjaga keseimbangan akan Belitung,” tuturnya.

Jookie percaya bahwa pembangunan dan kemajuan dibutuhkan. Namun , semua itu harus diseimbangkan agar Belitung tidak rusak karena kerakusan orang-orang yang hanya berpikir mengeruk keuntungan sesaat. Ketika pembangunan sudah terlalu jauh menggangu keseimbangan alam. Jookie menjadi bandul penyeimbang.

 

Kompas, Selasa, 16 Februari 2016

Fahni Ahmad Fatoni Memurnikan Ayam “Raja Galuh Ciung Wanara”

Memurnikan Ayam Raja Galuh Ciung Wanara. Kompas. 3 Desember 2015.Hal.16

Ketika banyak pihak menyilangkan berbagai jenis ayam untuk menemukan produktivitas (daging dan telur) yang tinggi, Fahni Ahmad Fatony (32) malah memurnikan ayam sentul. Peternak ayam asal kampung Karang, Desa Ciamis , Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, ini dianggap aneh karena saat ayam goreng sudah tersaji di piring biasanya orang jarang menanyakan asal-usul ayam.

Oleh Dedi Muhtadi

Lulusan Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran 2007 ini bergeming saat teman-temannya mempertanyakan langkahnya. Sebaliknya , Fahni berkeyakinan, dengan meningkatnya populasi dan penampilan ayam asli yang khas, manfaat ekonomi akan mengikuti. “saya disebut belagu, tetapi saya tak peduli karena ingin menjaga keaslian turunan ayam sentul.” Ujarnya di Ciamis, Jumat (27/11).

Ayam Sentul merupakan turunan ayam hutan asal Ciamis yang telah didomestifikasi. Ciri khasnya, dominasi bulu abu-abu dengan postur mirip ayam petarung atau ayam adu. Dulu ayam adu ini disebut si Jelug. Namun, karena ayam ini sering bertengger di pohon sentul, sejenis pohon kecapi, lama-kelamaan disebut ayam sentul.

Menurut hikayat rakyat Ciamis, ayam lokal asli Tatar Galuh (Ciamis), ini disebut ayam Ciung Wanara karena terkait dengan Satria Ciung Wanara, salah satu Raja Kerajaan Galuh sekitar abad ke-8. Saat masih bayi, ia dibuang ke Sungai Citanduy oleh Paman Lengser untuk mengelabui upaya pembunuhan oleh Patih Bondan Sarati. Saat itu Bondan dititipi Kerajaan Galuh oleh Raja Permadikusumah, ayah yang meninggalkan kerajaan untuk bertapa.

Dalam perahunya, bayi itu dibekali dua telur yang kemudian ditemukan pasangan kakek nenek Balangantrang. Singkat cerita, telur tersebut menetas dan berkembang biak menjadi ayam adu dengan ciri khas warna abu-abu. Konon, karena ayam ini mengalahkan ayam raja Bondan, kerajaan Galuh pun bisa direbutnya kembali.

Usaha pemuliaan yang dilakukan Fani dimulai 2005 bersama kakaknya almarhum Edi Diana, yang meninggal awal 2015. Untuk mencari bibit ayam asli, diperoleh dari kelompok peternak ayam di Banjasari, Kabupaten Pangandaran , yang sudah bangkrut.

“Peternakannya kami beli karena tidak berkembang. Ayam-ayamnya ternyata sudah tidak terurus dan berkandang di kebun,” kenangnya.

Perindukan dan pembesaran

Malam-malam Fahni menangkap ayam satu per satu, lalu dikandangkan untuk dimurnikan. Dari hasil pemuliaan tersebut, ayam jantan ternyata ada lima warna, yaitu sentul geni, sentul batu,kelabu, emas,dan sentul debu. Di betina kebanyakan dua warna, yakni abu batu dan warna debu. Bersama almarhum kakaknya, ia membentuk Gabungan Kelompok Ternak (Gapoknak) Sentul Ciung Wanara.

Gapoknak ini sekaligus membagi peran dalam kelompok ternak lainnya, yakni bidang perindukan dan pembesaran. Fahni bersama kakaknya bergabung dalam Kelompok Ternak Unggas Barokah yang mengembangkan kedua pola pemurnian ayam sentul.

Lewat usaha yang jatuh bangun, 10 tahun kemudian keyakinannya di awal mulai membuahkan hasil. Ayam sentul pedaging banyak diminati konsumen di Bandung, Bogor, dan Jakarta. Dari ribuan permintaan, baru sekitar 1.500 ayam sentul yang bisa dikirim ke tiga kota besar itu setiap hari.

“Itu yang memicu tingginya harga ayam sentul Rp.30.000-Rp.35.000 per kg. Padahal harga ayam ras pedaging Rp.18.000-Rp.20.000 per kg,” tutur Fahni

Keunggulan ayam sentul, pertumbuhannya relatif cepat ketimbang ayam kampung biasa. Sentul jantan selama tiga bulan bisa mencapai 1 kg, sedangkan ayam betina rata-rata 0,8 kilogram. Kalau ayam kampung biasa pada usia empat bulan baru mencapai 0,8 kilogram.

Menurut data di Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli), ayam sentul merupakan satu dari 28 jenis ayam lokal asli Indonesia.

“Dari berbagai jenis ayam asli itu, hanya ayam sentul yang layak dijadikan sebagai galur murni (pure line) untuk pengembangan selanjutnya ayam produksi,” tutur Ketua Umum Himpuli Ade M Zaulkarnain.

Namun, seiring berjalannya waktu, ayam sentul tidak berkembang biak dengan baik. Bahkan, 10 tahun lalu, populasi di daerah asalnya hanya sekitar 3000 ayam. “kelompok ternak Barokah dan dilanjutkan Gapoknak Ciung Wanara dikenal gigih melestarikan ayam sentul,” tutur Ade.

Untuk melindungi jenis ayam ini, pada 2013 Menteri Pertanian melakukan penetapan rumpun ayam sentul sebagai ayam lokal asli asal Ciamis. SK Menteri Pertanian No 689/2013 menetapkan lima jenis sentul, yakni geni, batu, kelabu, emas, dan sentul debu.

Pelestarian

Kalau dulu ayam sentul digunakan sebagai ayam adu, sekarang jenis ayam ini lebih banyak dimanfaatkan sebagai ayam pedaging. Selain pertumbuhannya lebih cepat, penampilannya juga sangat disukai pedagang dan konsumen. Namun peternak dan pedagang tetap menyebut ayam sentul sebagai ayam kampung karena keterbatasan pengetahuan genetik.

Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Kementerian Pertanian sejak 2009 melakukan seleksi dan pemurniadn yang selanjutnya dikenal dengan ayam sensi (sentul seleksi). Hasilnya kemudian dikembangkan di Bogor dan Sukabumi setelah dilakukan MOU antara Balitnak dan Himpuli pada 19 April 2012 untuk pelestarian dan pengembangan, diseminasi hasil penelitian, penerapan teknologi , pengawalan dan pendampingan, serta pemanfaatan fasilitas bersama.

Dari kerja sama itulah selanjutnya berkembang usaha pembibitan ayam sentul dalam skala besar. Hasil daily old chicken (DOC)-nya diminati para peternak ayam lokal di seluruh Indonesia. Sarana pembibitannya cukup modern, seperti menggunakan mesin tetas digital asal Belanda dan jumlah indukan yang mencapai 20.000 ayam di satu lokasi.

Produksi 80.000-120.000 DOC setiap bulan diserap oleh peternak di sejumlah provinsi di Tanah Air , seperti kepulauan Riau, Jambi, Bangka Belitung, Banten, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Maluku Utara, dan Papua.

Sebelum adanya usaha pembibitan ayam sentul skala besar di Bogor dan Sukabumi, telah berkembang lebih dulu pembibitan ayam kampung di Cipanas, Cianjur. Pembibit ini pada 2002-2012 boleh dikatakan sebagai polopor pengembangbiakan ayam kampung terbesar di Indonesia dengan produksi sekitar 60.000 DOC setiap bulan.

Ada juga Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Jawa Barat yang menangani pembibitan ayam lokal, yaitu Balai Pembibitan Ternak Unggas (BPTU) di Jatiwangi, Majalengka. Namun, hingga kini produksinya belum signifikan. Himpuli berharap pemurnian ayam sentul ini nantinya mampu memproduksi grand parent stock (GPS) ayam lokal asli.

 

Kompas, Kamis, 03 Desember 2015

Sunny Gho Memperluas Industri Komik Lokal

Memperluas Industri Komik Lokal. Kompas. 18 November 2015.Hal.16

Kecintaan Sunny Gho (33) pada komik tak menyurutkan langkahnya meski merasa salah mengambil jurusan kuliah. Berbagai cara di lakukannya untuk tetap bisa berkarya membuat komik, sampai kemudian mendirikan stellar Labs dan menjadi salah satu penggagas festival budaya populer, popcorn Asia di Jakarta.

OLEH SUSIE BERINDRA

Aku memang suka komik dari kecil. Dengan harapan mendapat ilmu menggambar , aku memilih kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual. Universitas Trisakti. Tapi ternyata , disana malah enggak di ajarkan menggambar, kecewa juga sih. Kata Sunny mengisahkan permulaan perjalanan kariernya sebagai comic artist.

Untuk mengasah kemampuannya. Sunny bergabung dengan klub design Comic society di kampusnya. Meski merasa tak bisa mengembangkan bekatnya lebih baik Sunny bersama teman-temannya mengikuti pameran di pekan Komik Nasional Universitas Petra Surabaya, tahun 2002. Dari acara itu mereka bertemu dengan banyak komunitas dari sejumlah kota seperti Solo, Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta.

“Dari situ saya melihat bisa sukses dengan menjadi komikus dan saya menentukan bakat saya sebagai colorist. Kemudian ketika lulus kuliah saya tetap bertahan dengan komik.  Sama sekali  enggak mau kerja di bidang advertising seperti teman – teman lainnya kata Sunny.

Sebagai mahasiswa yang bisa  menghasilkan uang, tentunya menjadi kebanggaan tersendiri. Saat itu, sunny  diajak oleh temannya untuk menggarap sebuah komik terbitan PT Elex  Media Kompuindo. Awalnya , sunny tidak percaya diri karena  harus mewarnai komik dengan komputer.

Dengan waktu yang singkat , dia pun belajar mewarnai komik dengan menggunakkan slylus. Lumayan untuk seseorang mahasiswa mendapatkan honor sebesar rp. 35.000 per halaman dengan terget 52 halaman satu bulan sekali, tapi akibatnya saya terlambat lulus kuliah tahun 2005 karena keasikan ngurusin komik “ujar Sunny”

Seusai kuliah, jalan untuk mengembangkan komik lokal kembali buntu karena komik lokal terbitan Elex di hentikan . Ahkirnya, seperti para komikus di Indonesia lainnya, Sunny pun menawarkan karyanya ke luar negeri. Sampai kemudian dia mendapat pekerjaan dari orang Jerman yang melihat karyanya di Devianart.

“Untuk satu gambar, saya bisa mendapat honor 100 dollar AS. Tahun 2006 itu, jika saya mendapat proyek dua gambar saja, saya bisa mempunyai penghasilan yang sama dengan mahasiswa yang baru lulus,” kata Sunny.

Di tahun yang sama, Sunny bergabung dengan Imaginary Friends Studio di Singapura itu menawarkan kerja sama dengan membangun cabang di Jakarta. Jadilah Sunny mengumpulkan sekitar 30 komikus untuk mendirikan studio komik cabang dari Singapura. Di bawah Imaginary, Sunny dan teman-temannya mengerjakan komik Marvel dan DC Comics.

Studio komik

            Apakah cukup puas hanya sebagai tukang gambar atau mewarnai saja? Sayang sekali, padahal bakat komikus di Indonesia tak kalah dengan luar negeri. “Aku berpikir kapan bisa komik yang asli Indonesia, kok, selama ini kita hanya bekerja untuk luar negeri,” ujarnya.

Sedikit demi sedikit, Sunny mulai membangun cita-citanya untuk mengembangkan industry komik local. Dia mendirikan Makko Publishing menebitkan komik local di internet. Pada 2010, Makko Publishing menerbitkan komik Rokki di majalah Hai. Sayangnya, hanya berjalan selama satu tahun.

Meski hanya sebentar, Makko sempat menorehkan  prestasi dalam industry kreatif. Salah satu komik terbitan Makko Publishing yang berjudul “5 menit Sebelum Tayang” karya Ockto Barimbing dan Muhammad Fathanatul Haq berhasil memenangi Silver Award di 6th International Mangan Award di Jepang.

Padal 2012, Sunny memisahkan diri dari Imaginart Friends Srudio mengerjakan proyek komik dari luar negeri, Sunny terus mencari cara bagaimana bisa mengembangkan komik local dengan konten khas Indonesia. Dia pun menjadi salah satu penggagas festival budaya popular Popcorn Asia bersama Grace Kusnadi dan Marlin Sugama.

“Pertama kali digelar tahun 2012, Popcon masih menghadirkan tamu dari luar negeri. Kami memberikan kesempatan kepada komikus, pencipta games, dan mainan untuk memamerkan karyanya. Lalu, pada 2015, barulah Popcon lebih banyak menghadirkan konten local yang tidak kalah dengan luar negeri,” kata Sunny.

Nah di Popcon 2015, Sunny memberanikan diri meluncurkan majalah komik Mook yang mengangkat cerita asli Indonesia. Beberapa nama komikus terkenal yang mengisi majalah Kosmik, seperti Ockto Bringbing, Swetta Kartika, dan Faza Meonk. Dengan tagline #KomikUntukSemua, Kosmik yang pertama terbit langsung laku 1.000 eksemplar dalam waktu satu setengah hari saat Popcon Asia 2015.

Beberapa cerita di Kosmik mengangkat tentang Indonesia. Salah satunya “Suryaraka” karya Ockto dan Catur yang mengisahkan kisah heroic kelahiran Kerajaan Majapahit. Lalu, ada komik “Jamu S.A.K.T.I” yang member resep ramuan jamu untuk kesehatan.

Cerita unik lain tentan gastronot wanita bernama Rixa. Untuk komi ini, Sunny bekerja sama denga Lembaga Penerbangan dan ANtaruiksa Nasional (Lapan) yang ingin mengenalkan profesi astronot kepada masyarakat. Hingga kini, Kosmik sudah terbit dua kali.

“Aku ingin ketika orang di luar Indonesia membaca Kosmik  langsung tahu itu komik asli Indonesia. Tetapi, ceritanya juga harus bisa dimengerti oleh mereka,” ujar Sunny.

Kini, untuk lebih mengembangkan komik local, Stelar Labs bergabung dengan Glitch merupakan produsen mainan yang benar-benar asli karya anak bangsa. Kami ingin mengangkat talenta Indonesia ke panggung dunia. Bukan hanya sebagai pasar mainan dari luar negeri atau sebagai tukang gambar saja, melainkan juga harus mempunyai keunikan tersendiri,” kata Sunny.

Perjuangan untuk mengenalkan komik Indonesia memang masih panjang. Tak boleh berhenti sampai di sini. Talenta anak bangsa harus bisa bersaing di kancah international.

KOMPAS, RABU, 18 NOVEMBER 2015