Sebenarnya sudah dua kali saya membahas carpal tunnel syndrome, alias sindrom lorong karpal. Tapi masih banyak banget yang menanyakan. Itu berarti, penderitanya makin banyak. Dan memang gangguan ini bisa menyerang siapa saja. Mulai dari pekerja kantoran yang banyak. menggunakan komputer, hingga mereka yang mengalami kondisi medis tertentu.
TEMAN, Pak Ferry, hobi main T tenis meja. Suatu hari, tiba-tiba tanganya tak bisa memegang bet. Lain dengan Pak Syamsul, la tak bisa mengancingkan baju dan kesemutan pada seluruh jari tangan. Kedua kenalan saya itu baru bisa beraktivitas normal setelah menjalani operasi. Keduanya didiagnosa mengalami carpal tunnel syndrome. Yang gejalanya menyerang telapak tangan.
Gangguan itu biasanya timbul pada usia pertengahan. Penderita perempuan lebih banyak. Keluhan yang sama kadang dialami ibu hamil. Mereka merasa seluruh jari tak bisa digengamkan rapat, karena mengalami kesemutan luar biasa. Namun, setelah anak lahir, keluhan itu menghilang dengan sendirinya.
Apa itu Carpal Tunnel Syndrome? Carpal tunnel syndrome (CTS) atau sindrom lorong karpal merupakan suatu kondisi neuropati yang menimbulkan sensasi kesemutan pada tangan. Biasanya, sindrom ini menyerang bagian pergelangan dan jari-jari tangan. Ia adalah kumpulan gejala dan tanda yang terjadi karena kompresi nervus medianus dalam carpal tunnel di pergelangan tangan.
CTS menyebabkan paresthesia pada area distribusi nervus medianus tersebut. Prevalensi CTS sebesar 15 persen dari populasi. Prevalensi paling banyak pada perempuan dengan usia di atas 55 tahun. Gejala ini juga sering ditemukan pada orang dengan obesitas, perokok, dan penderita diabetes mellitus (DM), Cervical Root Compression dan Thoracic Outlet Abnormality juga dihubungkan dengan CTS.
Faktor resiko terjadinya CTS dihubungkan dengan jenis pekerjaan yang menyebabkan
- posisi pergelangan tangan dan tangan yang salah
- penekanan pada bagian dasar dan telapak tangan
- Gerakan yang berlebihan dan vibrasi
Saat mengalami CTS, jari-jari tangan mengalami sensasi mati rasa, kesemutan, dan nyeri, Bagian yang paling sering terpengaruh adalah jempol, jari tengah, dan telunjuk. Biasanya mati rasa itu terjadi pada malam. Gejala ini kemungkinan disebabkan karena tangan dan pergelangan berada pada posisi rileks dan lentur saat tertidur. Selain itu, bisa juga disebabkan karena penimbunan cairan yang mengakibatkan terhimpitnya persendian. Akhirnya, Andal akan terbangun dengan tangan mengalami kesemutan dan mati rasa.
Angka Kejadian National Health Interview Study (NHS) memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan di antara populasi dewasa adalah sebesar 1,55 persen (2,6 juta). Kejadian CTS pada populasi diperikrakan 3 persen pada perempuan, dan 2 person pada laki-laki. Dengan prevalensi tertinggi pada perempuan berusia lebih dari 55 tahun. Tapi CTS bisa mengenal usia pertengahan. Prevalensi meningkat pada kehamilan.
Mekanisme Terjadi Carpal Tunnel Syndrome
Carpal tunnel adalah lorong sertipit pada pergelangan tangan, yang dikelilingi tulang pergelangan tangan di bagian bawah dan jaringan ikat (ligamen) yang melintang di atasnya. Saraf median berjalan melalui lorong ini untuk memberikan sensasi perasa atau sentuhan pada telapak ibu jari, jar telunjuk, jari tengah, dan setengah jari manis.
Ketika terjadi pembengkakan pada bagian saraf, tendon, atau bahkan keduanya, saraf median akan tertekan dan mengakibatkan kondisi carpal tunnel syndrome. CTS bisa terjadi saat seseorang menderita radang sendi, melakukan gerakan berulang, serta mengandung.
CTS terjadi karena peningkatan tekanan pada fibroosseus tunnel. Tekanan normal pada carpal tunnel adalah 7-8 mmHg. Peningkatan tekanan sebesar 30 mmHg dapat menimbulkan gejala CTS. Tekanan yang besar menyebabkan iskemia dan kegagalan konduksi dari nervus medianus.
Jika peningkatan tekanan terus berlanjut, maka akan terjadi demyelisasi segmental. Serat sensoris dari nervus medianus adalah yang pertama terpengaruh Karena myelinisasinya yang luas dan kebutuhan metabolik yang tinggi. Peningkatan tekanan yang semakin lama menyebabkan kerusakan motor fiber dan kelemahan terjadi kemudian.
Gejala CTS
Pada tahap awal, penderita mungkin hanya mengalami gangguan sensorik. Biasanya berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran i listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari, walaupun kadang-kadang dirasakan mengenai seluruh jari-jart.
Bila penyakit berlanjut rasa nyeri dapat bertambah berat dengan frekuensi serangan yang semakin soring bahkan dapat menetap. Kadang-kadang nyeri dapat terasa sampai kelengan atas dan leher, sedangkan parestesia umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan. Keluhan dirasakan terutama malam hari.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari tangan dan pergalangan tangan, terutama saat pagi. Lebih lanjut lagi, penderita mengeluh jari jarinya menjadi kurang terampil. Misalnya saat memungut benda-benda kecil. Gejala yang muncul bisa terjadi pada salah satu atau kedua tangan sekaligus. Tapi pada kebanyakan kasus, CTS akhirnya memengaruhi kedua tangan.
- Kesemutan, mati rasa atau kebas, dan rasa sakit pada tiga jari tangan (bu jari, telunjuk, dan jari tengah).
- Ibu jari melemah
- Muncul rasa seperti tertusuk pada jari tangan.
- Muncul rasa sakit yang menjalar ke tangan atau lengan.
Penyebab CTS Penyebab CTS diduga oleh karena trauma, infeksi, gangguan endokrin, dan lain lain. Tetapi sebagian lagi tidak diketahui penyebabnya. Penggunaan tangan yang berlebihan dan repetitif diduga berhubungan dengan sindrom ini. Pada kebanyakan kasus CTS, penyebab tertekannya saraf median ini belum diketahul. Tapi ada beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko. Berikut beberapa faktorya:
- Faktor keturunan keluarga yang menderita CTS
- Cedera pada pergelangan tangan
- Kehamilan, hampir setengah dari perempuan hamill mengalami CTS. Gejala itu biasanya menghilang sesaat setelah bayi lahir
- Pekerjaan berat dan berulang-ulang dengan memakai tangan, seperti mengetik, menulis, atau menjahit
- Kondisi medis lain, misalnya rheumatoid arthritis dan diabetes
- Menggunakan tangan yang terpengaruh untuk beraktivitas
- Melakukan gerakan tangan atau pergelangan secara berulang-ulang
- Tidak menggerakkan tangan atau lengan untuk waktu yang lama.
Penunjang Diagnosa
- Tes fisik
- Tes darah
- Elektromiografi
- Studi konduksi saraf
- Sinar X
Diagnosa didasarkan pada Phalen’s test dan Tinel’s sign yang positif. Bisa juga dengan Phalen’s maneuver. Yang dilakukan dengan cara menekuk kedua pergelangan tangan. Lalu ditekan secara lembut. Curigai bila terasa nyeri atau kebas yang menjalar. Diagnosa ketiga ditentukan oleh elektromiografi atau studi konduksi saraf. Adanya fibrilasi, polifasik, gelombang positif, dan berkurangnya jumlah motor unit pada otot-otot thenar. Bisa juga dengan pencitraan USG pada telapak tangan.
Pengobatan
Rehabilitasi
- Medikamentosa steroid sesuai indikasi (baik oral maupun injeksi)
- Modifikasi pekerjaan sementara waktu termasuk modifikasi postur
- Tendon and Nervo Gliding Excercise.
Terapi Modalitas
- Low Level Laser Therapy (LLLT) pada daerah carpal tunnel. LLLT dapat mengurangi nyeri, meningkatkan ROM aktif, dan memperbaiki toleransi aktivitas fungsional
- Pulsed Ultrasound (25 % duty cycle), 1 MHz, 1,0 W/cm2 selama 15 menit.
Terapi Ortotik
Penggunaan spirit pada posisi netral pada malam hari dapat mengurangi gejala CTS. Jika dilakukan secara full time, dapat memperbaiki gejala dan elektrofisiologi yang lebih baik. Perbaikan maksimal terjadi dalam dua sampai tiga pakan, Selama periode istirahat, takukan stretching fleksi dan ekstensi pergelangan tangan dan lengan bawah, dibantu oleh tangan yang sehat. Latihan strengthening dapat dilakukan, tetapi hindari strengthening yang agresif. Semua tindakan di atas disesuaikan dengan derajat keparahan dan hasil pemeriksaan kemampuan fungsional (functional status scale dan symptomverity scale)
Terapi Operasi Indikasi operasi pada kasus CTS adalah adanya atrofi thenar, defisit sesoris, potensial fibrilasi pada pemeran EMG, gejala yang persiateroih setahun, di mana terapiservatif gagal. Teknik operasi yang digunakan adalah Open Carpal Tunne! Release (OCTR).
Di beberapa literatur, dinyatakan bahwa teknik OCTR adalah gold standard untuk terapi pembedahan pada pasien dengan CTS. Teknik ini memberikan hasil yang bagus dan komplikasi yang minimal. Beberapa studi menunjukkan OCTR berhubungan dengan beberapa insiden pasca operasi, berupa rasa tidak nyaman pada area palmar, scar tendemess, dan kelemahan. Oleh sebab itu teknik endoscopic release dapat digunakan sebagai alternative
Gejala CTS yang ringan dan sedang bisa ditangani dengan cara membalut pergelangan dengan papan kecil. Pembalutan tangan ini bertujuan untuk meminimalkan gerakan yang dapat memicu penekanan saraf medianus, terutama gerakan menekuk pergelangan tangan ke arah dalam.
Penanganan faktor risiko akan memperbaiki gejala, penggunaan obat anti Inflamasi untuk artritis tangan, mengurangi penggunaaan tangan yang berulang. mengistirahatkan pergelangan tangan, Pemasangan bidai pada posisi netral pada pergelangan tangan akan memperbaiki gejala. Jangan anggap sepele CTS, karena kondisi ini bisa membuat kita susah beraktivitas (Retna Christa-“)
Sumber: Harian Disway. 17 Januari 2022. Hal. 42-43