Biasakan Jalani Usaha Naik Turun_Kampus Gembleng Jiwa Wirausaha Sejak Awal Kuliah. Surya. 22 Januari 2018.Hal.9,12. Trianggoro Wiradinata_Dekan Fakultas Entrepreneurship Dan Humaniora

Surabaya, Surya – Mata kuliah Kewirausaan kini sudah masuk dalam kurikulum pendidikan, khususnya di tingkat perguruan tinggi (PT). Tujuannya, mempersiapkan mahasiswa menjadi seorang wirausaha setelah lulus kuliah nanti.

Dengan demikian, tidak hanya membekali dengan hard skills tetapi juga membentuk soft skills-nya. Mahasiswa bisa mandiri dan menciptakan lapangan pekerjaan, palinga tidak untuk dirinya sendiri.

Beberapa universitas di Surabaya, seperti Universitas Ciputra (UC) atau Institut Tekonolgi 10 Nopember (ITS) telah menerapkan materi ini sebagai mata kuliah wajib.

Di UC, kampus yang dikenal dalam mencetak wirausaha, mata kuliah ini harus ditempuh dalam 5 semester. UC berkomitmen menggembleng mental mahasiswanya untuk memulai usaha. Trianggoro Wiradinata, Dekan Fakultas Entrepreneurship dan Humanoria UC mengungkapkan, kuliah kewirausahaan atau Entrepreneur dibagi menjadi 5 bagian, dan harus diambil mulai semester 1 dan berlanjut hingga semester 5. (lihat tabel-Red)

“Jadi mahasiswa punya peluang untuk benar-benar tahu peluang usaha.” Ujar Trianggoro. Ia mengungkapkan, semua mahasiswa dari berbagai jurusan pada semester 1 mendapat materi kewirahusahaan untuk mengubah pemikiran mereka yang baru lulus SMA.

“Pemikiran yang ditanamkan bahwa menempuh kuliah tidak hany berorientasi akan nilai.” Katanya.

Dengan 5 semester kuliah ini, harapanya, mahasiswa terbiasa dengan menjalankan usaha. Jadi, saat memulai sesuatu usaha selepas kuliah, mereka tidak memulai dari nol.

“Mahsiswa sudah jatuh bangun dalam usah semasa kuliah, dan kerugian semasa kuliah jauh lebih kecil dibanding saat berdiri sendiri.” Ungkapnya.

Bahkan di semester 5 , lanjut Trianggoro, mereka sudah memikirkan standar global. Produknya tidak harus dipasarkan ke luar negeri, tetapi standarnya harus menyesuaikan.

“Tujuannya, saat produk ke luar negeri, mereka tidak mengalami penolakan akibat regulasi yang dibuat negara lain berbeda dengan Indonesia.” Terangnya.

Pembuatan Software

Lain lagi di ITS. Menggeluti bidang teknik, bukan berarti peluang usah kecil. Mahasiswa juga mendapat bekal soft skill dan harus mengambil 3 sistem kredit semester (sks) untuk mata kuliah Technopreneur. Sehingga, lulusan ITS salah satu profilnya berjiwa Technopreneur.

Muhammad Nurif, Koordinator Mata Kuliah Technopreneur menjelaskan, mahasiswa diajarkan mental berwirausaha dan mengasah kepekaan dalam berwirausahaa. Harapannya, mampu membuat produk layak jual selama kuliah, bukan berarti harus dijual saat kuliah.

“Mahasiswa diminta buat prototype dan diusahakan ikut inkubator bisnis. Kalau lolos akan dicarikan investor.” Urai Nurif.

Sejak awal 2016, mahasiswa lebih diarahkan pada pengembangan teknologi untuk dijadikan wirausaha. Jadi, tidak hanya melihat pasar kuliner.

“Pengembangan usaha mereka bisa mengarah ke pembuatan software, atau berbasis teknologi, seperti robot, mesin.” Katanya.

Selain mencarikan tutor untuk mendampingin mahasiswa, Nurif menambahkan, mahasiswa bisa mengikutkan usahanya dalam mata kuliah untuk Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yang didanai Kemenristekdikti.

 

Sumber: Surya. 22 Januari 2018.Hal.9,12.

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *