Taufik Abdul Rouf Berbagi Ilmu di Bukit Berbunga

Berbagi Ilmu di Bukit Berbunga.Kompas.4 Februari 2016.Hal.16

Awalnya, Taufik Abdul Rouf hanya bermaksud mendampingi anaknya belajar di rumah ketika malam tiba. Taufik kemudian terinspirasi untuk mendampingi anak anak lain di sekitar rumahnya. Dia pun akhirnya mendirikan sanggar belajar sejak 10 tahun lalu. Kini, lebih dari 1801 anak usia SD sampai SMA—sebagian dari keluarga tidak mampu atau yatim piatu—telah di damping Taufik.

OLEH DEFRI WERDIONO

Taufik sadar benar, telefisi—dan sekarang gawai—semakin lekat dengan kehidupan anak anak. Sebagian dari mereka pun larut menonton televise atau mengutak-atik gawai. Saking asyiknya, mereka kadang lupa untuk belajar. Ironisnya, banyak orang tua juga tidak acuh pada kegiatan sehari-hari anak-anaknya.

Taufik tahu hal itu berbahaya jika dibiarkan. Pria yang sehari-hari bertani serta mengusahakan jasa percetakan dan grafis itu tergerak untuk berbuat sesuatu. Tahun 2006, ia mulai merangkul dan membimbing anak anak di kampungnya melalui kegiatan belajar bersama.

Di rumahnya yang tidak terlalu besar di tepi jalan bukit berbunga, Kota Batu, Jawa Timur, Taufik menyisakan satu ruangan paling belakang sebagai tempat belajar bagi anak anak. Dengan beralaskan lantai, lebih dari 20 anak yang berasal dari kelas dan sekolah berbeda belajar bersama di ruang berukuran 4 meter x 8 meter itu.

Pria yang kini berusia 47 tahun itu menamakan sanggarnya Sinau Sesuluh yang berarti belajar dan memberi pencerahan. Bersama Qoriatul Azizah (37), istrinya yang juga pengajar kelas V di salah satu sekolah dasar di Batu, Taufik mengalokasikan waktunya enam kali dalam sepekan untuk membimbing anak anak belajar. Kegiatan belajar di mulai sejak pukul 16.00 dan berakhir selepas pukul 20.00.

Di sanggar itu, anak-anak tidak saja dibantu memahami materi pelajaran sekolah, tetapi juga mendapatkan pengetahuan lain, seperti membuat resensi buku bacaan, menulis puisi, dan keterampilan lain.

“Kami memiliki waktu, kenapa tidak berbuat sesuatu buat mereka. Karena dalam proses pembelajaran di sekolah saat ini anak terlalu di tekan dengan sesuatu yang bersifat menghafal, jiwa sosialnya tidak terbangun. Kami mencoba memberi keseimbangan karena  tidak semua pelajaran diperlukan oleh anak,” ucapnya, Selasa (26/1)

Dibayar seadanya

Taufik tidak mematok biaya kepada orangtua anak-anak. Membayar boleh, tidakpun bukan jadi persoalan. Kadang Taufik mendapat gula pasir atau apel yang baru dipetik dari orangtua anak-anak bimbingnya  sebagai bayaran.

Menurut Taufik, belajar bersama dengan pendampingan dirasakan lebih mengena dibandingkan dengan siswa belajar sendiri. Metode sambil  bermain yang ia terapkan membuat situasi belajar lebih nyaman. Prestasi siswa pun di sekolah meningkat. Ia mencontohkan ada tiga siswa dari kelas berbeda di suatu madrasah ibtidaiyah yang semuanya mendapat peringkat pertama di kelasnya.

“Kami tidak hanya mendampingi dari sisi bagaimana mereka bisa memahami materi pelajaran. Kami juga membuat mereka bisa bersosialisasi dan bertanggung jawab terhadap diri masing-masing. Ketika mereka telah selesai belajar, kami arahkan membuat resensi dari buku-buku yang mengandung hikmah berupa pembangunan karakter dan kejujuran. Di sini ada hamper 1.000 buku bacaan milik Kegiatan Belajar Masyarakat,” ucapnya.

Lelaki dengan latar belakang pendidikan jurusan pertanian ini menilai, Sanggar Sinau Sesuluh berusaha mengurangi ketegangan yang dirasakan siswa di sekolah. Selama ini, yang disampaikan guru di sekolah hanya berupa materi, buku teks, dan bukan konteks permasalahan. “Misalnya, guru lebih menekankan menghafal, bukan memahami,” katanya.

Pada tahun pertama sanggar berdiri, ada 60-an anak yang ikut bimbingan belajar. Besarnya animo anak-anak membuat Taufik harus memindahkan tempat belajar ke TK Baudathul Athfal yang berjarak sekitar 200 meter dari rumahnya. Saat itu ada 10 tenaga bantuan sukarela yang merupakan lulusan SMA dan mahasiswa di lingkungan setempat.

Setiap tahun, anggota sanggar silih berganti. Selain mereka yang masih memiliki orangtua, saat ini tercatat ada 65 anak yatim  piatu yang didampingi. Dari jumlah tersebut, 38 anak mendapatkan beasiswa dari yayasan Yatim Mandiri. “Ada 110-15 anak yang setiap hari belajar bersama anak-anak lain yang memiliki ayah ibu di tempat ini. Sementara sisanya berkumpul secara temporer,” ucapnya.

Mengenai anak yatim, Taufik berpendapat, biasanya penyantunan yang dilakukan masyarakat hanya bersifat spontan , setelah itu selesai. Pembinaan yang berkelanjutanmasih jarang. Padahal, mereka juga sama dengan anak anak yang lain, membutuhkan pendampingan untuk tumbuh dan berkembang, serta menumpuk rasa percaya diri.

“Kalau mereka kita naikkan panggung lalu kita santuni, itu terlalu melankolis. Akhirnya mereka kita ajak bersosialisasi agar tidak minder saat bersama yang lain. Lebih baik kepada (membangun) rasa percaya diri dan tanggung jawab,” jelas Taufik yang kini tengah dalam proses menyiapkan sebuah sekolah alam.

Keterlibatan lelaki asal Batu di bidang pendidikan tidak hanya sebatas pendampingan belajar. Ia pernah dua periode ditunjuk sebagai kepala TK Raudhatul Athfal yang sat itu baru saja selesai direnovasi dari sebelumnya berwujud sebuah rumah menjadi bangunan sekolah dua lantai. Sebelum diangkat menjadi kepala sekolah, Taufik menjadi sekretaris panitia renovasi. Di dalamnya ia terlibat aktivitas penggalian dana, pengawasan, hingga terjun langsung sebagai tukang.

Kepedulian Taufik tidak berhenti di bidang pendidikan. Ia juga kini tengah mengembangkan cara bercocok tanam efektif dengan media vertikultur menggunakan pipa paralon. Metode bertanam secara vertical ini mulai dia geluti sejak beberapa bulan lalu. Ada sekitar 1.5009 batang stroberi yang ia tanam secara organic. Taufik mempersilakan apabila ada tetangga atau petani di daerahnya yang ingin mencontoh cara bertani seperti ini.

Dengan semua aktivitasnya di atas, Taufik berharap bisa mendorong agar masyarakat berkembang lebih baik.

TAUFIK ABDUL ROUF

  • Lahir :Batu,27 Juli 1969
  • Istri : Qoriatul Azizah (37)
  • Anak:
  • Nuris Saidah
  • Nahya E Mafula
  • Pendidikan :
  • SD Sidomulyo 3 Batu
  • MTS hasyim As’ari Batu
  • MAN 2 Batu
  • Universitas Mataram
  • Penghargaan antara lain :
  • Pemuda pelopor tentang lingkungan dari pemerintah Kota Batu tahun 1999

 

UC LIB-COLLECT

KOMPAS.FEBRUARI 2016.HAL.16

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *