Arman AZ_Jejak Naskah Kuno Lampung. 15 Februari 2021.Hal.16

Kepedulian pada aksara Lampung membawa Arman Arifin Zainal (44) blusukan ke kampung-kampung tua hingga luar negeri demi melacak naskah kuno Lampung. Perjalanan itu dia lakoni sebagai ikhtiar merawat sejarah meski tak ada imbalan untuknya.

Vina Oktavia

Menggali kembali naskah kuno Lampung ibarat menelusuri jejak yang samar. Hingga kini, bukti peradaban masa lalu di Lampung masih tercecer di masyarakat dan di luar negeri. Sering kali naskah beraksara Lampung ditemukan sepenggal-sepenggal hingga sulit diketahui isinya.

Arman AZ adalah satu dari sedikit orang yang peduli pada aksara Lampung. Sejak 10 tahun lalu, lelaki yang telah menghasilkan banyak karya sastra ini giat mempelajari aksara Lampung dan naskah kuno. Berbagai kesulitan dia hadapi saat melacak naskah kuno, mulai minimnya dana, kurangnya perhatian pemerintah, terputusnya generasi yang mampu membaca aksara Lampung, hingga keyakinan tertentu di masyarakat.

Pada 2018, misalnya, ia berkunjung ke sebuah desa di Kabupaten Lampung Barat untuk menemui pemilik naskah kuno yang akan memperlihatkan naskahnya. Namun, pemilik naskah membatalkan janjinya karena salah seorang anggota keluarganya mengalami kesurupan sehari sebelum Arman datang.

Kejadian itu dianggap sebagai pertanda bahwa naskah kuno yang diyakinin sebagai benda pusaka itu tidak boleh “diganggu”.

Berbagai kesulitan itu tidak menghentikan niat Arman untuk melacak naskah kuno. Baginya, pencarian ini merupakan upaya “menengok” masa lalu guna membangun fondasi masa depan.

“Naskah kuno itu menyimpan kearifan lokal sekaligus menjadi pintu masuk mengungkap sejarah masyarakat Lampung,” katanya saat ditemui di Bandar Lampung, Rabu (3/2/2021).

Dari kunjungannya ke kampung-kampung di pelosok Lampung, ia mendapati banyak naskah kuno dari beberapa zaman yang tidak terawatt dan lusuh. Masyarakat yang memiliki naskah itu sebagai barang warisan umumnya tidak tahu cara penyimpanan naskah kuno. Akibatnya, banyak naskah yang rusak.

“Semestinya naskah kuno itu dikumpulkan oleh pemerintah sehingga pelestarian dan penelitian bisa dilakukan dengan lebih baik,” ucapnya.

Seperti kebanyakan orang, awalnya Arman tidak tahu bagaimana membaca aksara Lampung. Padahal, ia ingin tahu apa saja kekayaan yang terkandung di dalamnya. Untuk itu, ia sering berdiskusi dengan para pegiat aksara dan filolog di Lampung serta luar daerah yang mampu membaca aksara Lampung.

Seiring waktu, ia secara otodidak mempelajari aksara dan berupaya menelaah naskah kuno Lampung. Beberapa naskah yang dia temukan berisi ilmu pengobatan dan ilmu agama, kisah hidup masyarakat Lampung, serta petuah bagaimana menjalani kehidupan. Setiap potongan informasi dalam naskah-naskah itu ia dokumentasikan.

Sampai Belanda

Minat Arman pada aksara dan naskah kuno Lampung bermula pada 2011. Saat itu, ia tergerak melakukan penelitian mandiri untuk mencari tahu sosok Herman Neubronner van der Tuuk, linguis Belanda yang banyak meneliti naskah-naskah kuno Nusantara.

Arman pergi ke sejumlah daerah di Indonesia, antara lain berkunjung ke makam Van derTuuk di Surabaya hingga menengok tempat kelahirannya di Malaysia. Dia juga datang ke Museum Lontar hingga melacak cerita rakyat dan naskah kuno koleksi Van derTuuk. Dari situ, Arman semakin tertarik mempelajari aksara dan melacak naskah kuno Lampung.

Kepeduliannya pada aksara Lampung membuat Arman diundang ke Belanda untuk mengidentifikasi koleksi naskah kuno Lampung. Dia sebenarnya sudah beberapa kali mendapat undangan sejak 2014 hingga 2020. Namun, ia baru bisa memenuhinya dua kali.

Dia pertama kali ke Belanda pada 2015 dengan bantuan dana Dompet Dhuafa melalui gerakan donasi dukung budaya. Selama tiga minggu, dia memulai proses identifikasi dan dokumentasi berbagai naskah kuno Lampung. Pada 2018, ia kembali ke Belandan selama dua bulan untuk melanjutkan pelacakannya tentang naskah kuno Lampung.

Sejumlah tempat yang dia kunjungi, antara lain Tropen Museum di Amsterdam dan Museum Volkenkunde di Leiden. Selain itu, dia juga mengunjungi perpustakaan Universitas Leiden.

Menatap langsung koleksi naskah kuno Lampung di Belanda membuat Arman termenung. Bagi dia, naskah-naskah dari masa silam itu seolah ingin menyampaikan pesan kepada orang-orang yang hidup di masa kini. Mereka seolah membuka diri untuk dibaca dan dikaji ulang.

Dua buku yang dia terbitkan pada Desember 2020 dan Januari 2021 menjadi bukti upaya Arman dalam melacak naskah kuno Lampung. Buku pertama berjudul Katalog Naskah Kuno di Tropen Museum dan Museum Volkenkunde Vol. 1. Buku kedua, Monograf Lampung Lampau: Sejumlah Catatan Budaya dan Sejarah Lampung.

Minimnya ahli yang bisa membaca aksara Lampung membuat upaya pengkajian naskah kuno Lampung di Indonesia terkendala. Negara lain justru bisa melestarikan dan meneliti naskah kuno Lampung dengan lebih baik. Di luar negeri, diperkirakan ada lebih dari 100 naskah kuno Lampung yang menanti dikaji. Selain di Belanda, naskah-naskah itu juga tersebar di Amerika Serikat, Denmark, Inggris, Perancis, dan Jerman.

Arman menyadari, upaya melacak jejak peradaban Lampung lewat naskah-naskah kuno merupakan jalan yang panjang. Kedua buku yang ia terbitkan baru langkah awal saja. Ia berharap kedua buku tersebut memantik rasa ingin tahu generasi muda untuk ikut mempelajari naskah kuno dan aksara Lampung.

Arman AZ

Lahir: Teluk Betung, 30 Mei 1977

Pendidikan:

  • SD Xavenus Teluk Betung
  • SMP Xavenus Teluk Betung
  • SMA Negeri 1 Tanjung Karang (sekarang SMAN 1 Bandar Lampung)
  • S-1 Ekonomi Manajemen Universitas Lampung

 

Sumber: Kompas, 15 Februari 2021

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *