Dream Big, Start Small
Oleh Ekuslie Goestiandi (Pengamat Manajemen dan Kepemimpinan)
Untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan, kita harus bangun motivasi dan aksi secara bersama.
Awal tahun adalah saat-saat terbaik untuk bicara tentang mimpi. Ya, mimpi! Banyak orang hebat di muka bumi yang mengajak orang untuk berani bermimpi. Proklamator republik ini, Bung Karno, senang sekali berseru kepada kaum muda untuk menggantungkan cita-cita setinggi langit. “Kalaupun jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang!”
Penulis dan aktivis politik Inggris ternama, George Bernard Shaw, pernah bertutur dengan nada penuh tantangan, You see things and say why? But I dream things that never were and say why not? Tak kalah dahsyatnya, pendiri taman mimpi Disney, Walt Disney, dengan gagah berani menyampaikan keyakinannya, “If you can dream it, then you can do it!”
Mimpi begitu laku di awal tahu, karena pada saat itu orang biasanya membangun resolusi. Tak bisa orang membangun resolusi tanpa merumuskan mimpi. Mengapa? Karena, pada dasarnya resolusi adalah tekad untuk mewujudkan mimpi. Resolusi adalah sebuah pernyataan batin untuk membangun jalan menuju istana mimpi.
Ada yang menyatakan secara diam-diam, dan cukup disimpan di dalam hati. Ada yang menuangkannya secara tertulis, dan ditempel di dinding kamar pribadi. Ada juga yang secara lantang mendeklarasikannya di depan teman-teman dengan harapan antusiasme dan komitmennya makin terangkat kuat.
Namun, awal tahun ini, saya justru kedatangan seorang anak muda yang galau, bahkan cenderung putus asa. Dengan lugas, ia berucap bahwa saat ini ia telah menanggalkan mimpi-mimpinya. “Taka da gunanya, Bertahun-tahun saya membangun resolusi, toh ujung-ujungnya tak ada hasil yang berarti,” tuturnya lirih. “Tak banyak resolusi awal tahun yang terwujud nyata di akhir tahun. Kalau demikan kenyataannya, mengapa pula harus bersusah-susah memikirkan mimpi dan menanamkan resolusi di awal tahun?” sambungnya lagi.
Bagi saya, ini sebuah pengakuan yang menarik! Saya yakin, sesungguhnya banyak yang mengalami hal serupa, yakni resolusi awal tahun yang tak terbukti di akhir tahun. Justru sahabat muda ini menunjukkan sikap yang jujur. Ia tak mau berbasa-basi dengan keadaan, dan juga tak hendak membangun resolusi untuk sekedar gaya-gayaan.
Memadukan “kenyataan” dan “mimpi” adalah paradoks yang penuh dinamika. Tanpa mimpi, taka da bensin untuk mendorong kemajuan; sebaliknya tanpa kenyataan, kita seperti hidup di lingkungan angan-angan. Sejatinya, yang membedakan “mimpi yang aspiratif” (mendorong kemajuan) dan “mimpi yang delutif” (angan-angan belaka) adalah kesanggupan kita untuk membentangkan jalan penghubung bagi kedua paradoks itu.
Aksi dan motivasi
Banyak orang (juga organisasi) gagal meraih mimpi, bukan karena aspirasinya yang tak cemerlang ataupun pilihan strategi pencapaian yang tak tepat. Seringkali, aspirasi tetap menggantung di awan pikiran, lantaran kita kendur dalam komitmen. Termasuk di dalamnya komitmen hati (motivasi) dan juga komitmen tindakan (aksi).
Banyak orang yang berpikir bahwa untuk melakukan sebuah aksi, seseorang terlebih dulu harus memupuk motivasi kuat dalam dirinya. Hipotesanya adalah harus ada motivasi yang mendahului sebuah aksi. Padahal pada kenyataannya, tak jarang motivasi muncul justru setelah seseorang melakukan sebuah aksi. Dengan kata lain, sebuah aksi bisa mendahului munculnya sebuah motivasi.
Pengalaman seorang teman membuktikan kebenaran hipotesa ini. Yang bersangkutan mendapatkan penugasan yang sangat berat dari perusahaan. Awalnya, ia tak percaya mampu menggenai tugas tersebut dengan baik. Oleh karenanya, ia pun beranjak menunaikan tugasnya dengan rasa malas, cenderung terpaksa.
Namun, dalam perjalanan menuntaskan tugas, ia mendapatkan kemajuan-kemajuan tak terduga. Secara perlahan namun pasti, lahir motivasinya untuk melanjutkan tugas. Apa yang terjadi berikutnya? Ternyata, pada akhirnya ia memang betul-betul dapat menuntaskan tugasnya dengan sempurna.
Untuk mewujudkan mimpi menjadi kenyataan, kita dapat (bahkan harus) membangun motivasi dan aksi secara bersam-sama. Boleh saja kita membangun mimpi selebar cakrawala, namun tetapkan hati untuk mengayunkan kaki selangkah demi selangkah. Saat kita melangkah, sesungguhnya bukan hanya ada kemajuan kecil yang diraih, namun juga motivasi baru.
Kata orang bule: Dream big, but start small and bold. Karena, “sebaik-baiknya mimpi yang menggantung di langit, tetap lebih baik kenyataan yang mendarat di bumi”.
Selamat Tahun Baru 2018!
Sumber: Tabloid Kontan.14 Januari 2018