[vc_row][vc_column][/vc_column][/vc_row][vc_row][vc_column][vc_column_text] Era Disruption terdiri menjadi dua yakni era yang berarti zaman dan Disruption adalah singkatan dari Disruptive Innovation. Mengapa menggunakan istilah disruptive (menggangu) karena saat ini terdapat pergeseran model bisnis dari era analog ke era digital yang lekat dengan internet of thing sehingga membuat segalanya menjadi mudah bagi konsumen. Lantas bagaimana ilmu manajemen yang dipersiapkan dengan baik oleh beberapa institusi di negeri ini menyikapinya?
Masih lekat dalam ingatan kita ketika model dan gaya transportasi mengalami perubahan hebat pada beberapa tahun belakangan ini. Model dan gaya transportasi yang konvensional berbalik penuh menjadi model sentuhan jari. Konsumen tak lagi harus berdiri dipinggir jalan untuk menumpang taksi atau angkutan ojek (angkutan motor), tetapi cukup dengan duduk santai dirumah menghadap ponsel pintar. Bukan hanya itu, kemudahan pengiriman barang, reparasi mobil, pijat refleksi, dan pesanan makanan siap antar telah dikembangkan oleh GO-JEK.
Beberapa tahun lalu sebuah raksasa ponsel dunia Nokia pun mulai mengalaminya. Saat konfrensi pers sesaat sebelum Nokia di akuisisi oleh Microsoft, CEO Nokia mengatakan “kami tidak melakukan kesalahan apapun, tapi entah kenapa, kami kalah”. Saat era keemasaan Nokia tiba-tiba di disruptive oleh inovasi Blackberry, Nokia pun tumbang. Dan benar saja Nokia tidak melakukan kesalahan apapun, hanya saja brand mereka terdisruptive oleh brand yang telah berinovasi, sedangkan nokia hanya bertahan pada zona nyaman sehingga tidak melakukan inovasi yang signifikan untuk melawan pesaingnya.
Berbelanja dulu menjadi hal yang cukup melelahkan, menyita waktu dan terasa berat saat tidak menemukan barang yang kita mau. Saat ini kita hanya menggunaka jari sebagai penentu barang apa yang kita inginkan tanpa harus mendatangi toko atau pusat-pusat perbelanjaan yang cukup jauh dari tempat tinggal. Toko konvensional, Departement store dan pusat grosir mulai terganggu dan bertumbangan seiring waktu. Inilah yang dinamakan era Disruption. Bagaimana ilmu manajemen mempersiapkan dan ikut serta berinovasi sebagai proses yang melahirkan agen-agen perubahan masa depan?
Ilmu manajemen secara umum berbicara tentang bagaimana mengatur seluruh sumberdaya dalam sebuah perusahaan agar menjadi optimal dan memberikan keunggulan bersaing yang berkelanjutan bagi perusahaan. Era disruption menuntut inovasi yang tak terbatas ruang dan waktu, yang mana semua itu bertujuan untuk memudahkan konsumen dalam beraktifitas. Hal ini bukan sebuah kondisi yang normal sehingga mampu dijawab oleh kurikulum program studi ilmu manajemen biasa. Dibutuhkan muatan-muatan mata kuliah yang mengarah pada penciptaan inovasi dan pendekatan Entrepreneurship sebagai bentuk Experiential Learning.
Mata kuliah di ilmu manajemen secara umum di desain untuk menciptakan sarjana unggul bidang manajemen yang mampu memahami konsep dalam manajemen bisnis, menggunakan metode analisis manajemen, dan pembangunan karakter. Hal ini tidak lah cukup menstimulus mahasiswa menciptakan lingkungan yang kondusif terhadap ide-ide inovasi. Butuh lebih dari itu, Landscape desain pembelajaran harus mengarah pada (1) keterampilan penggunaan teknologi informasi dalam manajemen bisnis, (2) keterampilan dalam pengambilan keputusan bisnis dan analisis data kritis, (3) mengembangan jaringan internal dan eksternal. Ketiga hal tersebut relevan dengan pendekatan entrepreneurship di program studi ilmu manajemen di Universitas Ciputra.
Pendekatan entrepreneurship sebagai sebuah bentuk Experiential Learning memberikan kesempatan bagi mahasiswa, terkhusus mahasiswa ilmu manajemen untuk secara nyata pengalaman sebagai seorang entrepreneur di era disruption. Langkah ini dimulai dengan pembangunan karakter di semester awal untuk peka terhadap kondisi lingkungan sosial sebagai bentuk peluang penciptaan jaringan kerja bisnis masa depan. Langkah selanjutnya institusi meberikan kesempatan bagi projek mahasiswa untuk di implementasikan sebuah sebuah bisnis mikro, hingga menjaga keberlangsungan dan analisis bisnis sebagai produk akhir lulusan. Skema ini sangat sesuai dengan dinamika perubahan model bisnis yang terus berevolusi seiring dengan perkembangan teknologi.
Mempersiapkan agen-agen perubahan di era disruption bukan semudah membalikan telapak tangan. Dibutuhkan integritas, profesionalisme dan jiwa entreprenurship pada setiap dosen, tenaga pendukung pendidikan, dan seluruh mahasiswa yang ada didalam sistem tersebut. Bentuk dari produk ilmu manajemen di kampus entreprenurship adalah agen perubahan yang peka terhadap masalah lingkungan sosial, peluang usaha, dinamika bisnis masa depan, inovasi berkelanjutan dan memiliki jiwa nasionalisme tinggi dalam turut serta membangun perekonomian bangsa di masa mendatang.
Artikel tentang data science dapat dilihat disini[/vc_column_text][vc_column_text]Oleh:
Dr. Timotius Febry Christian S.T., M.T.
Dosen International Business Management
Universitas Ciputra Surabaya[/vc_column_text][/vc_column][/vc_row]