Menyikapi Pedofilia On-Line

Pedofilia Online sangat menjangkiti para anak anak zaman sekarang.

Subdirektorat  Cyber  Crime Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya membongkar praktek pornografi anak dibawah umur jaringan Internasional. Polda Metro Jaya menangkap 4 pelaku pornografi anak via facebook jaringan internasional.

Selain menampilkan konten pornografi, 2 pelaku diantaranya juga melakukan kekerasan seksual terhadap sejumlah korbannya, yang diantara korbannya masih keluarga pelaku.

Salah satu pelaku “Loly candy’s”, nama group facebook pornografi tersebut,  gabung di 11 group WA pedofil internasional, juga pengelola (admin) group facebook pornografi anak official loly candi’s 18+ jaringan beberapa Negara.

Syarat menjadi anggota group tersebut, wajib kirim link video pornografi anak, kemudian admin meng-approve jadi anggota (member). Member wajib men-share video/gambar pornografi anak yang dibuat sendiri.

Penyebab dan proses

Ketertarikan secara seksual kepada anak-anak, yang diistilahkan dengan pedofilia, perlu mendapat perhatian semua pihak agar kasusnya bisa diminimalkan. Hal tersebut karena sebagian pelaku menjadi pedofil karena pengalaman pernah menjadi korban pedofilia dimasa lalu.

Dari aspek korban pedofilia, proses menjadi korban bisa karena ketidaktahuan, bujuk rayu, paksaan, atau karena jenis kepribadian yang sifatnya permissive yaitu kepribadian dependent.

Jenis kepribadian dependent mempunyai ciri, rela berkorban asal orang lain senang, sangat tergantung orang-lain, dan tidak mampu membuat keputusan untuk diri sendiri. Orang-tua yang memanjakan anak sampai anak sangat tergantung pada orang-tuanya bahkan dalam urusan sepele yang semestinya anak bisa buat keputusan, dia tidak mampu; merupakan contoh tidak baik dalam model pendidikan anak dalam keluarga.

Sedangkan aspek pelaku Pedofil, selain karena pengalaman menjadi korban pedofil masa lalu, jenis kepribadian kurang percaya diri (rendah diri/minder) menjadi faktor penyebab yang menjadikan anak (korban) menjadi objek seksual karena dianggap lebih lemah dibanding pelaku.

Berbagai modus  yang dilakukan dalam proses pedofilia antara lain pelaku berperan sebagai pekerja dan atau pelindung anak, atau membujuk anak dengan iming-iming sesuatu yang menarik bagi anak, untuk selanjutnya jika ada kesempatan terjadi kekerasan seks pedofilia.

Pedofilia on-line

     Group Loly candi’s sudah lama ada di luar negeri sebagai jaringan pedofilia online internasional, yang kemudian karena kemajuan teknologi digital selanjutnya  diakses di Indonesia dalam group candi’s. Pengaruh kelompok pedofil dalam jaringan bisa menyuburkan munculnya pedofilia, karenanya otoritas pihak berwenang dan fungsi regulasi kontra-pedofilia memiliki peran significant dalam mereduksi peluang tumbuhnya pedofilia di masyarakat.

     Ketika globalisasi informasi sulit dikelola dari pengendalian dampak buruk yang terjadi, maka solusi pentingnya yaitu  pembentukan karakter anak. Anak yang memiliki kematangan karakter secara umum dan kematangan karakter terhadap seksualitas, anak akan bisa terhindar dari/sebagai korban kekerasan seksual. Faktor penting lain yaitu keimanan, target pendididikan anak yang tak terbantahkan untuk harus dioptimalkan.

Pendidikan seks pada anak

Proses terjadinya praktek pedofilia diantaranya terjadi karena ketidaktahuan anak, pada batas mana ketika orang lain memegang bagian tubuhnya, dia harus mengatakan tidak/tidak boleh. Karenanya peran orang-tua untuk secara verbal memberitahukan kepada anak tentang batas-batas yang orang lain tak boleh memegang bagian tubuhnya, perlu diberitahukan kepada anak.

Pendidikan seks pada anak adalah pendidikan karakter terkait seksualitas yang diberikan pada anak, sehingga ada orang-tua atau tidak ada orang-tua di dekatnya maka anak dapat bersikap secara “dewasa”. Sikap kedewasaan diartikan bisa memilih yang baik, yang benar, dan bertanggung jawab terhadap pilihannya. Keluarga yang memiliki sistim pendidikan demokratis, tidak otoriter dan atau tidak permissive, mampu membentuk anak yang bisa menemukan identitas diri dengan baik. Anak mampu berfikir kritis dan berprestasi, dan potensial memiliki karakter yang kuat, tidak mudah kena pengaruh lingkungan yang kurang baik.

Faktor keteladan orang-tua merupakan point penting, orang-tua adalah kitab hidup yang dibaca oleh anak. Ketika seorang suami menghargai istrinya, istri menghargai suaminya, dan orang-tua menghargai anak-anaknya, maka potensial terbentuk karakter yang kuat pada anak. Anak yang merasa dihargai, mendapat pujian yang proporsional, akan mampu menunjukkan aktualisasi diri dengan baik.  Sebaliknya anak yang lebih banyak mendapat cemooh dan minim pujian, akan kurang berprestasi dan kemudian melakukan hal yang kurang terpuji sebagai pelampiasan aktualisasi dirinya.

Selanjutnya peran guru di sekolah merupakan hal yang strategis sebagai bagian pembentukan karakter anak. Ketika anak mulai sekolah, lebih banyak waktu anak berada di lingkungan sekolah. Pembekalan yang memadai kepada para guru, khususnya tentang materi pendidikan seks pada anak merupakan kebutuhan. Masih banyak guru yang canggung untuk mengajarkan materi seksualitas kepada anak didiknya. Faktor belum adanya standar materi pendidikan seks yang bisa menjadi acuan, merupakan salah satu faktor yang menghambat pencapaian.

Kurangnya buku acuan yang ada merupakan alasan yang logis, karena jika pendidikan seks diberikan tidak tepat sasaran atau tidak tepat dosis, maka hasilnya adalah masalah baru atau menambah  masalah.

Salah satu solusi, selain mengadakan pelatihan pendidikan seks untuk para guru, alternatif kerjasama dengan lembaga/perorangan yang mumpuni perlu menjadi pertimbangan.

Keluarga Jaman Sekarang

Saat ini banyak Ibu rumah tangga yang ikut bekerja untuk bisa mendukung keuangan keluarga. Tidak banyak waktu untuk bisa menemani anaknya, sementara anak-anak jaman sekarang memiliki beban stres sosial dan stres pornografi relatif tinggi.

Ketika kwantitas waktu dan bahkan kwalitas kebersamaan dengan anak semakin terbatas maka pembentukan karakter anak yang “dewasa” menjadi hal penting, selain tentunya keimanan.

Ibu harus menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak wanitanya. Ketika anak wanita dekat dengan Ibunya, dan mengagumi ayah sebagai figur positif yang diidolakan, maka akan baik untuk perkembangan anak dikemudian hari. Bahkan ketika anak mulai tertarik dengan lawan jenisnya, anak akan komunikasi dengan orang-tuanya, sehingga orang-tua bisa memberikan bukan hanya pertimbangan tetapi nilai (value) yang mempunyai nilai keimanan.

Sudahkan kita orang-tua berperan secara bertanggung jawab kepada anak yang Tuhan telah percayakan kepada kita?

Penulis: Dr. dr. Hudi Winarso, Sp.And.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Ciputra

Ahli Andrologi Fakultas kedokteran Universitas Ciputra

Pemenang Indonesian sexuality Award 2016, Asosiasi Seksologi Indonesia

[vc_single_image image=”177″ img_size=”FULL”]

Artikel lain